“Yaaaaaaaa,”
teriak Jalal sembari membanting sendok ke piringnya. “Apa kau gila? Kau
meninggal mobil mu entah dimana lalu berlari kesini disaat sedang hujann.”
Jodha ikut
membanting sendoknya,”Kenapa kau selalu berteriak padaku? Baru kemarin kau
meminta maaf padaku, tapi sekarang kau kembali membentak ku,” kata Jodha dengan
nada yang tidak kalah tinggi.
“Bagaimana
aku tidak berteriak, kau tau bagaimana khawatirnya aku saat kakak mu menelpon
ku memberitahuku bahwa kau belum pulang ke rumah, jantung ku hampir berhenti
berdetak. Apa kau mau aku mati karna jantungan akibat selalu mengkhawatirkan
mu,hah?”
Jodha
tiba-tiba menangis histeris.
“Hei,
kenapa kau menangis? Diam lah, nanti kau membangunkan semua orang.
Jodha
bukannya diam justru menangis lebih histeris. “Kau selalu saja membentakku.”
“Ya khuda,”
Jalal meremas rambutnya. Gadis ini kembali bertingkah seperti anak kecil yang
menangis karna kehilangan permennya, dan lagi-lagi dia harus menjadi seorang
paman yang menenangkannya.
“Baiklah-baiklah
aku minta maaf, hah? Sekarang diamlah. Setelah ini kita makan es cream, ok”
Jodha
menghentikan tangisannya. “Aku mau rasa strowberry,” ucapnya meski masih
terdengar sisa isak tangisnya.
Jalal
terkekeh, “Ya Tuhan, kenapa aku bisa sampai jatuh cinta dengan mu,” gumamnya
sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
***************
“Jalal
baru saja menelpon, dia bilang Jodha saat ini sedang ada dirumahnya,” kata
Sujamal kepada Meina.
Meina
menghela nafas dan menganggukkan kepalanya sedikit. Raut wajahnya yang tadi
tegang karna khawatir kini bisa kembali tersenyum. setidaknya ia sekarang tau
keberadaan Jodha dan bagaimana kondisinya.
“Apa ibu
akan melakukan apa yang diminta sama Jalal kepada ibu?” tanya Sujamal saat
melihat ibunya hanya diam dari tadi.
*Flashback
Siang itu
Jalal datang ke kantor Meina. Jalal langsung memberikan USB yang menjadi barang
bukti kejahatan Meina.
“Aku tidak
akan membawa masalah ini ke ranah hukum, tapi aku minta tante kembalikan semua yang
seharusnya memang menjadi milik Jodha,”
“Tapi
Jalal___” tangan Meina bergetar saat menggenggam USB, “Apakah Jodha sudah
mengetahui ini semua?”
Jalal
menggeleng.
Meina menghela
nafasnya. Meina meraih kedua tangan Jalal lalu mengenggamnya dengan erat, “Tante
mohon Jalal, biarkan tante yang memberitahu Jodha semua ini, tante mau minta
maaf kepadanya Jalal.”
*Flashback End
Meina
mengangguk pelan.
“Setelah
masalah ini selesai aku akan pergi dari sini, dan aku minta ibu ikut dengan ku,
bu,” pinta Sujamal. Suaranya terdengar serak karna berusaha menahan agar
tangisnya tidak pecah. “Kita tidak pantas disini bu, aku juga malu jika nanti
harus berhadapn dengan Jodha, apa yang harus aku katakan pada Jodha? Apa aku
harus bilang bahwa Ibu ku yang selama ini menyayanginya adalah pembunuh
ayahnya. Meski Jodha adalah adik tiri ku tapi aku sangat menyayanginya bu.”
Sujamal
membersihkan air mata yang mulai mengganggu pandangannya, “Saat ini aku malu
menjadi anak ibu,” ucapnya lalu bangkit dari duduk nya dan mulai berjalan
kearah pintu tapi langkahnya terhenti saat mendengar Meina berkata “Maafkan ibu
Sujamal, karna telah mengecewakan mu.”
Sujamal
membalikkan tubuhnya, melihat kearah Meina yang duduk di kursi kerjanya. Sujamal melihat Meina yang ternyata juga sedang
menangis.
**************
Jalal
merebahkan Jodha diatas ranjangnya, menutup tubuh Jodha dengan selimut hingga
sampai ke dadanya. “Tidurlah yang nyenyak, aku akan tidur di sofa,” ucapnya dan lalu mencium kening Jodha dengan lembut.
Ketika
Jalal akan pergi dengan cepat Jodha menahan pergelangan tangan Jalal hingga
membuat Jalal menghentikan langkahnya. Jalal membalik tubuhnya menghadap ke
Jodha, “Ada apa?” tanya Jalal kemudian duduk di tepi ranjang. Jodha pun bangun
dan duduk menghadap ke Jalal.
“Jalal,,,,”
panggil Jodha dengan lembut.
“Hmmm,”
jawab Jalal.
“Hhmmm,
apakah kau akan melaporkan ibu ku ke kantor polisi?” tanya Jodha dengan
hati-hati.
Jalal
menundukkan kepalanya untuk melihat langsung ke mata Jodha. “Bagaimana kau bisa
tau?” tanya Jalal yang terkejut mendengar pertanyaan Jodha.
Jodha
mengangguk, “Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mu dengan Abul mali di kantor tadi siang.”
Jalal
menghela nafasnya sebentar,”Awalnya aku memang ingin membawa masalah ini ke
ranah hukum, tapi aku tau, kau pasti tidak ingin aku melakukan itu, karan kau
begitu menyayangi mereka,” jelas Jalal sambil membelai pipi jodha.
Jodha
mengangguk, matanya sudah mulai berkaca-kaca. “Makasih,” ucap Jodha dengan
pelan.
“Terimakasih
untuk apa?”
“Terimakasih
karna sudah mau menjadi calon suami ku.”
Jalal
menghapus air mata Jodha yang mulai membasahi pipinya, “Aku juga terimakasih
padamu karna sudah mau menjadi calon istriku,” lalu kembali mencium kening
Jodha dengan lembut.
“Tapi, ada
apa kau ke kantor ku tadi siang?” tanya Jalal
“Oh itu,
aku habis ketemu sama Ruqyah. Dia memberitahu ku sesuatu yang membuat ku harus
secepatnya menemui mu.”
Wajah
Jalal langsung berubah tegang saat mendengar nama Ruqyah. Dia takut Ruqyah akan
melakukan sesuatu yang bisa menyakiti Jodha lagi.
Melihat
perubahan wajah Jalal membuat Jodha langsung tertawa. “Tidak perlu tegang
seperti itu, dia tidak menyakiti ku kok, dia cuma memberitahukan sebuah rahasia
besar tentang mu.”
“Apa?
Rahasia?” tanya Jalal yang semakin terkejut. 'Apa Ruqyah memberitahu Jodha
bahwa aku dulu sering gonta ganti pacar?'
Jodha
mengangguk sambil berusaha menahan tawanya. “Dia memberitahu ku bahwa kau_____”
Jodha sengaja menghentikan kata-katanya, ia ingin menggoda Jalal, “Bahwa
kau____” kembali Jodha menghentikan kata-katanya. Ingin rasanya Jodha tertawa
sekencang-kencangnya karna melihat reaksi Jalal yang sangat ketakutan. “Bahwa
kau sangat mencintai ku.”
Jalal
menghela nafas panjang, “Kau menakutkan ku,” ucapnya karna merasa lega Ruqyah
tidak mengatakan sesuatu yang aneh-aneh. “Syukurlah akhirnya kau tau bagaimana
perasaan ku padamu. Sebenarnya aku sudah mulai menyukai mu saat pertama kali
melihatmu dari foto yang mama kasih ke aku. Dan aku juga tau kalo kau sekarang
juga sudah mulai mencintaiku.”
Jodha
langsung menundukkan wajahnya yang merona merah karna merasa malu dengan Jalal yang
mengetahui perasaanya dengan tepat.
Jalal
menunduk melihat langsung kemata gadis itu. “Apakah itu artinya kalo sekarang
kita pacaran?”
Jodha
langsung mengangkat wajahnya, menatap wajah Jalal dengan intens. Jodha tidak
menjawab pertanyaan Jalal, tapi dia melingkarkan tangannya di leher Jalal, mencium bibir Jalal sebagai jawaban dari pertanyaan
Jalal.
Ciumannya
begitu kaku, tanpa teknik sama sekali. Namun, ulah gadis ini tetap dapat
mengetuk keras saraf ransangan Jalal dengan kuat, membuat seluruh badan Jalal
terasa panas.
Jalal
mendorong tubuh Jodha dengan lembut, “Aku yakin jika caramu mencium pria
seperti itu, tidak akan ada pria akan tergoda oleh mu,” ucap Jalal yang sengaja
mengejek teknik ciuman Jodha.
Jodha lalu
memukul dada Jalal seolah merasa kesal dengan ucapan Jalal. Dia lalu langsung
merebahkan kepalanya di dada bidang pria itu yang sebentar lagi
akan menjadi suaminya.
Jalal
terkekeh dengan ulah Jodha barusan, “Sekarang tidurlah, sudah malam,” ujar
Jalal lalu mencium kepala Jodha dengan lembut.
Bersambung
FanFiction
Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik
Disini