Mohon
maaf, Part 36 tidak menjadi The Last Part, melainkan membahas Persiapan
Pernikahan Jalal dan Jodha. Happy Reading all.
Part
36
Dua bulan kemudian
Jalal dan
Jodha sedang berada di halaman belakang rumah Jodha. Mereka berdua berada di
kursi ayunan dengan posisi Jodha sedang tiduran dipangkuan Jalal. Tangan kiri
Jalal bertautan dengan tangan Jodha sedangkan tangan kanan Jalal membelai
rambut hitam legam milik Jodha. Mereka berdua sedang membicarakan mengenai
acara pernikahan mereka.
"Jalal,
ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," selidik Jodha sambil mengelus
tangan Jalal yang bertautan dengan tangan Jodha yang satunya.
"Apa
itu, sayang?" jawab Jalal masih menatap lurus ke depan.
"Jalal,
sepertinya ada hal kamu sembunyikan dariku?!"
"A...aku
tidak mengerti maksudmu, sayang?" sahut Jalal dan pandangannya beralih
menatap Jodha.
"Mengenai
pernikahan kita, Jalal. Konsep acaranya, pakaiannya, katering, fotografer dan
hal-hal lainnya sudah kita bahas bersama namun, mengenai tempat dimana acara
pernikahan kita berlangsung, kamu tidak memberitahu aku," tanya Jodha
masih asik mengelus tangan Jalal.
"Ohh,
mengenai hal itu. Tenang saja sayang, aku sudah memikirkan tempatnya namun, aku
tidak akan memberitahukannya kepadamu karena aku ingin memberikanmu
kejutan," ucap Jalal sambil tersenyum kepada Jodha.
Jodha
bangun dari pangkuan Jalal dan menatapnya, "kenapa harus dirahasiakan,
Jalal? apakah kamu takut kalau aku nantinya tidak akan menyukai tempat
itu!" selidik Jodha menatap tajam kepada Jalal.
"Tempat
itu sangat indah, sayang. Kamu pasti akan menyukainya.," goda Jalal sambil
menjawil hidung Jodha, "oya, sayang, sebaiknya kamu bersiap-siap karena
kita akan melakukan jauh dan lama. Lusa kita akan berangkat ke tempat dimana
acara pernikahan kita berlangsung. Aku sudah membahas mengenai hal ini kepada
kedua orang tua kita dan juga keluarga besar kita," pinta Jalal.
"Whattt??
Jadi hanya aku yang tidak tahu dimana tempat kita akan menikah?!" ucap
Jodha kesal dengan nada sedikit meninggi dan mendekap kedua tangannya di dada
serta memalingkan wajahnya sebagai tanda kesal.
"Sayang,
bukankah tadi aku sudah mengatakannya kepadamu kalau aku ingin memberimu
kejutan?? Sebaiknya kamu segera membereskan barang bawaanmu. Saat ini aku tidak
ingin berdebat denganmu kecuali kalau kamu ingin dirayu..." ucap Jalal
sambil memiringkan kepalanya mendekat ke wajah Jodha. Sontak membuat Jodha
terkejut dan bangkit dari duduknya untuk berusaha menghindar.
Jalal ikut
bangkit dan memeluk pinggang Jodha, "kamu tidak usah terlalu memikirkan
hal itu sayang, percayakan saja semuanya padaku," ucapnya sambil
menempelkan keningnya ke kening Jodha.
Lalu Jodha
memeluk erat Jalal sebagai tanda bahwa ia mengerti akan keinginan dan maksud
Jalal.
***************
~H-5
Menuju Pernikahan~
Jalal dan
Jodha sudah berada di IGI (Indira Gandhi International) Aiport dengan
diantarkan oleh kedua orangtua mereka. Mereka semua saling berpelukan sebelum
Jodha dan Jalal masuk ke dalam terminal bandara. Setelah selesai berpamitan,
mereka berduapun masuk ke dalam terminal bandara. Sampai saat ini, Jodha masih
belum tahu kemana tujuan mereka pergi. Sebelum Jalal melakukan check in, Jalal
menutup mata Jodha dengan syal. Jodha sempat protes namun akhirnya dia menuruti
Jalal karena Jalal mengancamnya akan mencium dirinya di depan orang banyak.
Tindakannya itu sukses membuat Jodha mendengus kesal dan Jalal tersenyum
senang.
Setelah
selesai check in, urus bagasi dan urus keimigrasian. Mereka berdua menuju
executive lounge untuk menunggu masuk ke dalam pesawat. Mereka berdua menjadi
pusat perhatian di dalam bandara tersebut karena ulah Jalal kepada Jodha. Tidak
lama terdengar suara pengumuman kalau pesawat akan segera take off dan para
penumpangnya diminta untuk segera naik ke dalam pesawat. Ketika di dalam pesawat,
Jodha kembali mengeluh, sampai kapan dia harus menutup matanya?! Namun tidak
hanya sampai disitu ulah nakal Jalal. Ketika pramugari akan memberitahukan
tujuan penerbangannya, Jalal langsung memakaikan headset ke telinga Jodha dan
menyetelkan musik untuknya. Ketika dirasa sudah aman, Jalal membuka syal yang
menutup mata Jodha. Selama penerbangan yang lama itu, Jodha terus saja
menggerutu kepada Jalal namun bukan Jalal namanya jika dia tidak bisa
menaklukkan Jodha. Begitu pula ketika pramugari memberitahukan kalau pesawat
akan segera mendarat, Jalal kembali menutup mata Jodha dengan syal dan
memakaikan kembali headset kepadanya.
Setelah
melakukan penerbangan yang melelahkan selama kurang lebih 10jam lamanya.
Pesawat Emirates itu pun landing di Mohammed V International airport,
Casablanca, Maroko. Setelah melakukan cek bagasi dan urus keimigrasian, Jalal
dan Jodha keluar dari bandara dan disana sudah menunggu seorang supir yang
bernama Ali untuk menjemput mereka berdua. Setelah memasukkan barang-barang bawaan
mereka. Ali pun segera mengantar mereka ke sebuah mansion mewah.
Mereka
bertiga pun sampai di Mansion mewah bergaya Baroque modern dengan didominasi
warna merah, emas, hitam dan putih. Mereka bertiga disambut oleh Moti. Jalal
membawa Jodha masuk ke dalam mansion tersebut dan membuka syal yang menutupi
mata Jodha. Ketika Jodha membuka matanya, betapa terkejutnya dia dimana dia
berada saat ini. Jalal membawa Jodha kembali ke Maroko dan mereka saat ini
berada di mansion keluarga Jodha ketika mereka sekeluarga tinggal di Maroko.
Jodha melihat ke sekeliling ruangan dimana dia berada saat ini. Dia mengamati
tiap detail mansion itu dan membandingkannya dengan yang ada di memorinya saat
ini. Jodha terbayang akan masa kecilnya saat berada di mansion tersebut. Jalal
hanya mengamati saja gerak gerik Jodha. Tak terasa bulir-bulir kristal yang
menggenangi kedua matanya mengalir turun membasahi pipinya. Jalal yang melihat
hal itu, berjalan mendekatinya.
"Jalal,
ini? kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Jodha memalingkan wajahnya masih
menatapi ruangan itu.
Bukannya
menjawab pertanyaan Jodha, Jalal malah mengajukan pertanyaan kepadanya.
"Jodha,
kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya padaku, kalau selama ini kamu
masih saja mengalami mimpi buruk sejak insiden penculikan terakhir itu
terjadi?!" tanya Jalal tegas.
Jodha
langsung kaget mendengar pertanyaan Jalal dan dipikirannya bertanya-tanya,
"darimana Jalal tahu mengenai hal itu?!"
Jodha
masih saja diam dan masih memalingkan wajahnya. Dia tidak berani menatap Jalal.
Karena tidak mendapat jawaban dari Jodha, Jalal langsung bertanya lagi,
"Jodha, please look at me when I'm talking to you!" perintah Jalal
dan membuat Jodha sedikit takut.
Akhirnya
Jodha membalikkan badannya menghadap Jalal. Terlihat ekspresi kekhawatiran,
marah dan sedih di wajah Jalal dan membuat Jodha merasa bersalah karena sudah
merahasiakan hal ini dari Jalal. Jodha menjawab pertanyaan Jalal, "maafkan
aku, Jalal karena sudah merahasiakan hal ini darimu karena aku tidak mau
membuatmu khawatir dan..."
"Jodha!"
ucap Jalal memotong perkataan Jodha, "sayang, dengan kamu tidak mengatakan
hal ini kepadaku malah membuatku menjadi semakin khawatir kepadamu! apakah kamu
lupa sayang, kalau kita akan menjadi pasangan suami istri. Kita harus saling
terbuka dan jujur dengan perasaan masing-masing. Aku berhak tahu apa yang kamu
rasakan. Kamu sedih, senang, sakit, aku pun akan merasakannya. Saat ini
keselamatan dan kebahagiaanmu adalah prioritas utamaku. Aku tidak mau terjadi
lagi hal-hal buruk yang menimpamu. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri, di
depan kedua orang tuamu dan juga keluarga besar kita bahwa aku akan selalu
menjagamu. Aku sangat mencintaimu Jodha" ucap Jalal sambil membelai rambut
Jodha.
Mendengar
penjelasan Jalal, membuat airmata yang mengenangi kedua mata Jodha, mengalir
turun dan dia memeluk Jalal sambil berkata, "maafkan aku
Jalal...maafkan..."
Jalal
memeluknya sebentar lalu melepaskannya untuk memberi jarak, menyeka airmata
Jodha yang mengalir dan memegang kedua pipi Jodha dengan lembut, "apakah
kamu tahu sayang, kenapa aku membawamu kesini?"
Jodha
menggelengkan kepalanya, Jalal memegang bahunya dan melanjutkan ucapannya,
"apakah kamu masih ingat dengan ucapanmu waktu kita akan bertunangan dulu?
kamu mengatakan kalau kamu ingin menikah di negara ini?"
"Iya,
Jalal, lalu maksud kamu apa?" selidik Jodha.
"Aku
akan mewujudkan keinginanmu itu. Kita akan menikah di negara ini, dimana kamu
dibesarkan. Aku ingin semua peristiwa yang terjadi India, kita lupakan dan
membuka lembaran baru kehidupan kita berdua karena kita akan tinggal disini
setelah menikah. Aku sudah meminta izin kepada kedua orang tuamu dan mereka
merestuinya," ucap Jalal.
"Be...benarkah
itu, Jalal? tapi...?" tanya Jodha dengan wajah antara senang dan sedih.
"Iya
sayang," Jalal memotong perkataan Jodha, "perlukah aku
membuktikannya?" goda Jalal. "Nehii, Jalal" ucap Jodha menaruh
telunjuknya di bibir tebal Jalal.
"Mengenai
hal lain, besok saja kita membahasnya. Sebaiknya kamu istirahat, sayang. Kamu
terlihat lelah. Kamu masih ingatkan dimana kamarmu? atau perlukah kamu, aku
gendong untuk membawamu ke kamarmu?" goda Jalal lagi dan mengeluarkan
senyum andalannya.
Jalal
memanggil Moti dan memintanya untuk mengantarkan Jodha ke kamarnya. Jalal sudah
menyiapkan segalanya mengenai keputusannya untuk tinggal di Maroko setelah
mereka menikah. Jalal selalu terngiang akan wajah trauma Jodha saat Ruq
menculiknya dan juga perkataan dari calon ibu mertuanya kalau Jodha masih saja
mengalami mimpi buruk di malam hari setelah peristiwa penculikan terakhir itu.
Sudah cukup penderitaan yang dialami oleh Jodha yang hampir merenggut nyawanya.
Yang diinginkan Jalal saat ini adalah selalu memberi kebahagiaan untuk Jodha.
Moti dan juga beberapa pelayan setia baik dari keluarga Jodha maupun keluarga
Jalal, dibawanya ke Maroko. Sebelumnya, semua kendaraan pribadi Jalal sudah
dikirim ke Maroko. Bahkan Jalal mengangkat Rohit yaitu detektif swasta
kepercayaannya menjadi pengawal pribadi untuk Jodha disaat Jalal sedang tidak
bersamanya.
Di malam
harinya setelah Jalal dan Jodha selesai makan malam. Jalal mengajak Jodha ke
halaman depan mansionnya, lebih tepatnya ke arah garasi. Ketika mereka sampai,
Jodha nampak bingung kenapa Jalal membawanya ke sana. Jalal berbisik di telinga
Jodha kalau dia ingin memberikan Jodha hadiah. Lalu dia membuka kain penutup
menutupi hadiah itu dan ternyata hadiahnya adalah sebuah mobil yaitu Audi R8
Convertible (atap mobilnya bisa dibuka tutup). Jodha terkejut, wajahnya antara
senang dan bingung. Jalal yang melihat ekspresi Jodha seperti orang
kebingungan, langsung bertanya, "ada apa, sayang? apakah kamu tidak suka
dengan hadiahnya?"
"Tidak,
Jalal. Aku suka dengan hadiahnya, hanya saja..." Jodha melanjutkan
ucapannya dengan berbisik di telinga Jalal.
"Apaaa?!!
yang serius kamu, sayang!!" teriak Jalal karena kaget mendengar ucapan
Jodha.
"Iya
sayang, benar. Apakah kamu lupa kalau aku ini pernah amnesia. Waktu aku tumbuh
dewasa, aku sama sekali tidak belajar nyetir mobil lagi setelah aku berhasil
menabrakkan mobil nenek Athifa hingga hancur bagian depannya dan aku harus
dirawat selama seminggu di RS. Sejak itulah, aku tidak diperbolehkan untuk
menyetir lagi oleh nenek Athifa," jawab Jodha sedih dengan wajah sedikit
manyun.
Bukannya
prihatin mendengar ceritanya Jodha, Jalal malah tertawa dan hal itu membuat
Jodha mendengus kesal, "ha...ha...ha, aku jadi pengen lihat gaya
menyetirmu itu, sayang, sungguh," ucap Jalal dan dia masih saja tertawa.
Sedangkan, Jodha semakin merengut kesal dan menyilangkan kedua tangannya di
dada.
"Saat
ini, aku sedang membayangkan anggapan orang-orang kalau istri dari Jalaluddin
Mohammed Akbar tidak bisa menyetir mobil. Pasti akan menjadi headline di surat
kabar," lirik Jalal nakal dengan tertawa yang ditahannya.
"Jalallllll...!
Aku tidak terima, kamu terus-terusan meledekku. Baiklah akan aku buktikan kalau
Nyonya Jalaluddin bisa menyetir mobil!!" ucap Jodha dengan emosi yang
meninggi dan dia berjalan menuju Audi R8 itu, "mana kunci mobilnya!"
pinta Jodha sambil menyodorkan tangannya.
"Kamu
serius, sayang ingin belajar menyetir lagi??" tanya Jalal meledek.
"Iya,
Jalal!! sudah cepat, mana kunci mobilnya?!
"Tidak,
sayang. Aku tidak akan membiarkanmu menyetir dengan mobil baru itu. Kita pakai
mobilku yang lain saja!" pinta Jalal.
Jalal
berjalan menuju garasi dan mengeluarkan Audi TT 2.0 T Quattro miliknya dan
meminta Jodha untuk masuk ke dalam. Jalal mulai melajukan Audinya ke suatu
jalanan yang sepi yang pas untuk Jodha belajar nyetir.
Sepertinya
ide mengajari Jodha menyetir adalah ide terburuk yang pernah muncul dalam otak
cerdas Jalal, ia merasa sangat menyesal karena mau menerima permintaan Jodha
ini. Ternyata mengajari Jodha menyetir mobil adalah sebuah ujian kesabaran yang
maha berat untuk Jalal. Didalam Audi nampak wajah kesal Jalal di kursi
penumpang.
“Bisakah
kau mempercepat laju mobilnya?!, kalau kau tak bisa menyetir lebih dari
20km/jam lebih baik kau jalan kaki saja!” seru Jalal kesal.
Dengan
masih menatap lurus kedepan Jodha membalas perkataan Jalal dengan tak kalah
sengitnya, “kita harus mematuhi peraturan dan harap Anda ingat Mr. IceMan, ini
pertama kalinya aku belajar menyetir lagi, jadi fokus saja mengajariku!. Jangan
banyak interupsi”
“Ahhhhh,
ini membunuhku!!. Nona Jodha, kau bisa membunuh seseorang dengan caramu
menyetir seperti ini!. Hyaaaa, kau terlalu menepi! Menyetirlah agak menengah
dan pandanganmu jangan lurus kedepan terus. Lihatlah kaca spion kiri dan kanan.
Memangnya, mereka dipasang disitu cuma buat aksesoris saja!” cecar Jalal makin
tak sabar melihat cara Jodha menyetir.
“Heiii...!!!
kau kira aku menganggur?, aku sibuk melihat jalan didepan. Kenapa bukan kau
saja yang melihatnya. Kuperhatikan dari tadi kau hanya duduk-duduk saja
disampingku sambil mengkritikku. Apa kau tak punya kerjaan lain?” Jodha dengan
nada kesal membuat pembelaan.
“A...apa
kau bilang?! ohhh serius Jodha, sebelum menikah mungkin aku sudah akan mati
disini dan juga tubuhmu kalau menyetir jangan terlalu membungkuk kedepan”
sambil berkata seperti itu, tangan Jalal mencoba membetulkan posisi tubuh Jodha
agar tak terlalu kedepan setir. Namun naas, tanpa disadari Jalal memilih tempat
yang salah untuk meletakkan tanganya. Ia mendorong tubuh Jodha kebelakang
dengan menempelkan tangan kirinya tepat dibagian dada Jodha. Melihat itu tak
ayal Jodha berteriak, “Kyaaaa, Jalaaallll...!! Kau pikir tanganmu ada dimana?
Dasar otak mesum!” Jodha berkata dengan panik tapi masih tetap mencoba
konsentrasi mengendalikan mobilnya. (stir kemudi Audi TT 2.0T Quattro berada di
sebelah kiri)
Menyadari
kesalahannya, Jalal langsung menarik tanganya. “Hei...Hei...Hei... aku tak
sengaja maaf.” Untuk menutupi kecanggunganya Jalal meminta sekali lagi kepada
Jodha untuk mempercepat laju mobilnya. Namun, ketika Jodha tetap dengan gaya
menyetirnya yang seperti semula membuat kesabaran Jalal habis sudah,
“hentikannn...hentikaaan hentikannn...injak rem-nya. Cepatt!!” sambil berkata
begitu Jalal membanting stir kearah kiri dan Jodha sudah sigap mengerem disaat
yang tepat dan mobilpun berhenti mendadak dan sukses membuat kening
penumpangnya mencium dashboard. (Jadi teringat pengalaman pribadi...**upss
abaikan)
Tanpa
membuang waktu Jalal langsung membuka pintu mobil keluar lalu membanting
pintunya dengan keras, disusul Jodha yang melakukan hal yang sama, “bagaimana
kau bisa menyetir dengan cara seperti itu? Apa kau bodoh?!" bentak Jalal
yang hilang kendali.
“Apa?
Bodoh? Wuahhhh, asal kau tahu Jalal, bukan salahku jika caraku menyetir seperti
itu. Mobil ini tak cocok denganku, ini mobilmu bukan mobilku sendiri jadi aku
tak bisa leluasa menaikinya atau salahkan gurunya yang dengan arogannya
mengatai bodoh muridnya!” Jodha tak terima dengan perkataan Jalal, ia mengatur
nafasnya agar tidak semakin emosi menghadapi Jallad yang ada didepannya ini.
“Kamu
selalu saja mencari alasan, kalau salah ya salah saja,” kata Jalal kesal.
"Baaassssss!!
sudahlah, Jalal, sudah cukup! aku tidak mau belajar lagi! berapa kalipun kamu
memaksa, aku tidak akan mau dan kamu harus menanggung akibat perkataanmu!”
akhirnya Jodha mengeluarkan ancamannya.
Mendengar
itu, Jalal sadar akan bahaya didepannya dengan sedikit merendahkan suaranya ia
berkata, “apa kamu marah, sayang? maafkan aku, sayang, aku sudah lepas kendali.
Baiklah, aku mengaku kalau aku salah dan siap menerima hukuman dari My
Princess.”
“Hukuman??
Hhhmm, hukuman seperti apa yang pantas diberikan untuk seorang Jalaluddin?!”
Jodha mengatakannya dengan nada kesal dan nampak berpikir keras. Tapi sebelum
Jodha memutuskan hukuman apa yang pantas, ternyata Jalal sudah berinisiatif
memberi hukuman kepada dirinya sendiri yaitu secara tiba-tiba Jalal mengecup
singkat bibir Jodha.
Melihat
kelakuan Jalal, Jodha semakin kesal, "Jalalll...!!! kamu sebut ini
hukuman?!.”
“Jadi kamu
tak suka hukuman ini, sayang?, baiklah aku tarik kembali.” Setelah berkata
demikian Jalal kembali mencium bibir Jodha sebagai tanda dia menghapus
hukumannya. Jalal cengengesan dan tak ayal kelakuan ajaib Jalal membuat
senyuman terbit dari bibir Jodha.
Setelah
belajar menyetir selama 3jam akhirnya Jodha sudah bisa menyetir dengan baik dan
benar namun, dengan menghancurkan sebagian body mobilnya Jalal. Saat Jodha
belajar dengan menggunakan mobilnya dan membuatnya ringsek, terlihat ekspresi
sedih dan frustasi di wajah Jalal dan juga dia terus bergumam, "aarrgghh,
not my Audi, Jodha." Ketika mereka sampai di mansionnya, Jalal langsung
menelepon pihak bengkel untuk membawa Audinya. Jalal melihat sekali lagi mobil
kesayangannya itu yang selalu menemaninya kemana saja. Mobil itu dia beli
dengan hasil keringatnya sendiri setelah dia menjalankan sendiri bisnis
mendiang ayahnya.
"Oohh,
my Audi. Maafkan aku karena calon istriku yang telah membuatmu menjadi seperti
ini. Untuk sementara ini kamu istirahat dulu ya," ucapnya berbisik kepada
mobilnya.
Melihat
kelakuan Jalal yang terlalu berlebihan seperti itu malah membuat Jodha menjadi
kesal. Jodha merasa cemburu, meskipun itu hanya sebuah mobil ternyata ada yang
disayangi Jalal selain dirinya. Ketika Jalal akan masuk ke dalam mansionnya,
nampak Jodha yang sedang berdiri di depan pintu. Jalal merasa merasa heran
karena Jodha tidak memperlihatkan wajah rasa tidak bersalahnya. Jalal mendekati
Jodha dan berkata, "tunggu pembalasan dariku, Jodha setelah kita menikah
nanti!!" ucapnya sambil melirik nakal ke arah Jodha dan mengeluarkan
killer smilenya.
Perkataan
Jalal itu, sukses membuat Jodha membelalakkan matanya dan diam mematung.
~H-4
Menuju Pernikahan~
Setelah
Jalal dan Jodha selesai sarapan. Jalal langsung mengajak Jodha ke suatu tempat.
Karena Audi TT 2.0 T Quattronya ringsek dan sudah dibawa ke bengkel untuk
diperbaiki, Jalal memutuskan untuk memakai Audi R8 Convertible milik Jodha.
Jalal membuka atap mobil itu karena cuaca kota Casablanca saat itu sangat
cerah. Jalal melajukan Audi R8 itu mengelilingi kota Casablanca, Maroko.
Casablanca
adalah kota terbesar dan pelabuhan terpenting di Maroko, yang terletak di
pantai Altantik, di bagian barat Maroko. Casablanca pusat ekonomi dan budaya
negara. Di Casablanca terletak Lembaga Oseanografi dan Royal Navy Base di
Maroko. Awalnya kota besar ini bernama Anfa yang sangat maju dalam hal
perdagangan. Bangsa Portugis kemudian mengambil alih Anfa dan mengubah nama
kota ini menjadi Casa Branca. Pada 1755, sebagian besar kota tersebut hancur
oleh gempa. Dalam paruh kedua dari 18 abad, kota yang dipulihkan Sultan Sidi
Mohammed III. dan kota bernama Dar el Beida (bahasa Arab yang berarti White
House atau rumah yang putih ). Pada 1781 kota ini direbut oleh orang Spanyol
dan kota berganti nama menjadi Casa Blanca (bahasa Perancis yang berarti sama
yaitu White House). Pada tahun 1907 Casablanca menjadi bagian dari koloni
Perancis. Pada 1956 Maroko menjadi negara merdeka. Kota Casablanca memiliki dua
bagian, yaitu Kota tua (medina qodim) dan Kota Baru (medina jaded). Kota tua
dikelilingi oleh dinding-dinding benteng peninggalan dari sejarah dan
dikelilingi oleh pelabuhan. Sedangkan Kota baru dibangun oleh Perancis. Pusat
kota Casablanca baru bernama Place Mohammed V dengan bangunan dibuat dengan
gaya Moor. Kota terbesar di Maroko ini menyimpan banyak bangunan indah bergaya
Art deco. Monumen yang paling penting adalah Masjid Hassan II Casablanca.
Masjid ini berdiri di outcropping berbatu di atas laut dan mendominasi kota.
Konstruksi dimulai tahun 1980 dan selesai pada tahun 1993. Menara Masjid ini
mempunyai ketinggian 200 meter. bangunan lain yang menarik di kota Casablanca
adalah Katedral Sacre Coeur. Di Casablanca, terdapat sebuah taman yang bagus
yang bernama de la Ligue Arabe.
Setelah
berkendara selama 45 menit, akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sedang
direnovasi. Jodha merasa bingung kenapa Jalal membawanya kesananya. Rencana
Jalal untuk tinggal di Maroko setelah menikah, sudah dipikirkannya dengan
matang demi kebahagiaan Jodha. Selain menghadiahkan sebuah mobil, Jalal juga
memberikannya sebuah toko bunga kepada Jodha sebagai hadiah pernikahan. Jalal menyerahkan
sebuah dokumen kepada Jodha yang berisi kalau toko bunga itu atas nama dirinya.
"Ja...Jalal,
ini? iya, sayang. Atas namamu, aku membeli ini untukmu. Bukankah merangkai
bunga adalah hobimu sayang dan aku ingin kamu tetap melanjutkan hobimu itu setelah
kita tinggal disini," ucapnya sambil memeluk mesra pinggang Jodha dari
arah belakang.
Mereka
berdua berkeliling di dalam toko itu untuk melihat-lihat dan saling berdiskusi
membahas masalah dekorasi interiornya dan hal lainnya. Setelah hampir 2 jam lamanya
mereka berada disana. Jalal dan Jodha melanjutkan perjalanan mereka. Mereka
akan menuju ke kota terbesar lainnya yang ada di Maroko yaitu Marrakech
(Marrakesh), disanalah Jalal menyewa sebuah istana yang akan digunakan olehnya
untuk tempat acara pernikahannya berlangsung.
Kota
Marrakech dijuluki The Red City atau Kota Merah karena hampir seluruh gedung,
hotel, rumah-rumah penduduk dan bangunan lainnya yang ada di kota ini didesain
dengan warna merah yang sangat indah. Di kota ini terdapat kekayaan budaya dan
tempat wisata yang menjadi destinasi utama bagi turis mancanegara, khususnya
Eropa. Maka tak heran, jika Marrakech kini menjadi kota wisata paling populer
di Maroko yang bisa memberikan fantasi dan kesenangan langsung bagi pengunjung.
Ada beberapa tempat yang sangat menarik dikunjungi ketika anda sampai di
Marrakech, kota ini menawarkan tempat-tempat bersejarah dan beberapa arsitektur
serta beberapa museum yaitu Djemaa El-fna, Masjid Koutobia, Majorelle Gardens,
Istana Bahia.
Setelah
melakukan perjalanan selama kurang lebih 2jam. Akhirnya mereka sampai di istana
The Royal Mansour.
Bangunan
ini memang dibuat khusus sebagai hunian raja, atas perintah Raja Mohammed.
Sebuah perusahaan desain top Paris mendesain istana megah dengan ruang tengah
seluas 350 ribu meter persegi. Desain ruangan dengan langit-langit yang tinggi
dengan lantai dihiasi ubin mozaik Zellige ala Maroko. Istana ini dilengkapi
dengan terowongan bawah tanah yang digunakan para staff istana.
Tentu
saja, sebelum mereka tiba di istana itu, Jalal sudah menutup mata Jodha dengan
syal karena lagi-lagi, dia akan memberikan Jodha kejutan. Setelah mereka masuk
ke bagian tengah istana, Jalal melepaskan syal yang menutupi mata Jodha dan
Jodha menampakkan wajah terkejutnya. Jodha tidak percaya kalau Jalal akan
menyewa tempat itu sebagai tempat untuk mereka menikah. Ekspresi bahagia,
nampak dengan jelas menghiasi wajah cantiknya.
"Apakah
kamu suka, sayang dengan tempat ini?" tanya Jalal sambil memandang wajah
cantik Jodha.
"Tentu,
Jalal. Aku tidak percaya kalau kamu benar-benar mewujudkan impianku untuk
menikah disini. Ohhh, terima kasih, Jalal," jawab Jodha tersenyum manis
kepada Jalal dan kedua tangannya bergelayut manja di leher Jalal.
"Hhhmmm,
sepertinya ucapan terima kasih kurang, sayang jika itu dianggap sebagai balasan
atas apa yang aku lakukan," goda Jalal.
"Lalu,
apa Jalal?"
"Aku
akan menagihnya nanti setelah kita sudah menikah," goda Jalal sambil
tersenyum nakal dan lagi-lagi membuat Jodha kaget dan menunduk malu.
Setelah
cukup lama mereka melihat-lihat istana itu. Mereka berdua menemui dua staff WO
yang dipakai Jalal untuk mengurusi acara pernikahannya. Dua staff itu bernama
Vivian Rossi dan Ike Rajkumar (mitha, pinjam tokoh JAANnya ya). Mereka berempat
nampak sibuk berdiskusi dan berkeliling ke seluruh istana untuk melihat sudah
sejauhmana dekorasi acara pernikahan mereka karena untuk konsep acaranya, Jalal
dan Jodha memutuskan bertema Arabian Nights atau ala Timur Tengah.
Hampir 3
jam lamanya Jalal dan Jodha berada di istana itu dan bersantap siang disana. Merasa
tidak cukup waktu untuk menjemput keluarga besar mereka berdua yang akan tiba
di Maroko hari ini, Jalal menelepon Ali untuk memintanya menjemput mereka semua
di bandara khusus karena Jalal menerbangkan mereka semua dengan menggunakan Jet
pribadi yang Jalal beli dari maskapai FIFI AIR. Begitu pula untuk kerabat dekat
mereka seperti Ins. Vijay beserta keluarganya, Dr. Pratap Kumar, Salima dan
suaminya. Kecuali Shehnaz dan Maan Singh yang akan menggunakan pesawat komersil
karena mereka terbang langsung dari negara mereka masing-masing.
Ketika
hari menjelang sore, Jalal dan Jodha kembali ke mansion namun sebelumnya, Jalal
mengajak Jodha untuk melaksanakan shalat Ashar di Masjid Koutobia. Setelah
selesai, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Nampak aura kebahagiaan yang
terpancar di wajah mereka. Angin meniupkan rambut dan syal Jodha yang melingkar
di lehernya. Sesekali Jodha menyandarkan kepalanya di bahu Jalal.
Akhirnya
mereka pun tiba di mansion dan tak lama kemudian, tibalah keluarga besar
mereka. Mereka semua saling berpelukan dan nampak aura kebahagiaan di wajah
mereka semua kemudian Jalal dan Jodha meminta kepada mereka semua istirahat.
Menjelang
malam, Jalal dan Jodha sudah menyiapkan pesta barbeque di halaman belakang
mansion itu. Seluruh keluarga nampak sangat menikmati pesta itu dan tidak
menunjukkan wajah kelelahan setelah menempuh penerbangan selama 10 jam terutama
Maan Singh yang terbang langsung dari USA. Ketika pesta barbeque tersebut usai,
mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat karena mulai
besok, mereka semua akan disibukkan dengan persiapan pernikahan lainnya...
To Be
Continued
FanFiction
Love
From The Past Part yang lain Klik
Disini