“JALALLLLLL.......”
“JODHAAAAAAA,”
teriak Jalal ketika melihat dua orang berpakaian serba hitam membawa paksa
Jodha masuk ke dalam mobil.
Melihat
Jodha yang diculik, Jalal langsung berlari menuju parkiran dimana mobilnya
berada. Namun, disaat akan menuju kesana, dia berpapasan dengan Mirza yang
sedang menuju ke lobi kantor. Melihat kakaknya yang berlari terburu-buru, dia
langsung menyambar lengannya Jalal.
“Ada apa,
Kak? kenapa kau lari terburu-buru seperti itu?!” selidik Mirza.
“Seseorang
telah menculik Jodha!!, aku harus segera menolongnya!!,” jawab Jalal khawatir
dan hendak pergi menuju parkiran.
Wajah
Mirza langsung tegang dan kaget mendengar perkataan Jalal dan dia pun ikut
berlari mengejar kakaknya yang sedang menuju parkiran.
“Aku ikut,
Kak,” ucap Mirza sambil ikutan berlari mengejar kakaknya.
Tanpa
menunggu perkataan apapun dari Jalal, Mirza langsung ikut masuk ke dalam Audi
hitamnya Jalal dan mereka pun langsung melesat mengejar van hitam itu.
Setelah
menculik Jodha, van hitam Chrysler itu langsung melaju kencang dan menabrak
apapun yang ada di depannya. Dengan kecepatan kencang, van itu berusaha
menabrak sekuriti yang mencoba menghalanginya, namun para sekuriti itu berhasil
menghindar. Bukannya memperlambat lajunya, Chrysler itu malah mempercepat
lajunya dan langsung menabrak automatic barrier and parking portal gates
(palang parkir otomatis) lalu van hitam Chrysler itu pun berhasil kabur dari
sana. Setelah berhasil membawa paksa Jodha ke dalam van, wajahnya langsung
dibekap dengan sapu tangan yang sudah dituangkan Kloroform sehingga Jodha tak
sadarkan diri.
Jalal
melajukan Audi hitamnya secepat kilat untuk mengejar van hitam Chrysler itu.
Dia mencatat nomor polisi van itu dan menyuruh Mirza untuk menghubungi Atgha
khan dan memintanya untuk menghubungi Rohit dan Ins. Vijay Kumar untuk membantu
pengejaran van hitam tersebut. Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Audi hitam
Jalal dengan van hitam tersebut di jalan raya kota Delhi yang cukup ramai.
Jalal
segera memacu Audi TT 2.0 T Quattro miliknya, berusaha mengejar van hitam yang
melaju kencang didepannya karena jalanan kota Delhi yang cukup ramai membuat
Jalal sedikit kewalahan untuk mengejar van hitam tersebut. Saat ia menyetir
dengan gerakkan zig zag terdengah bunyi klakson yang nyaring dan panjang dari
pengemudi lain. Mereka merasa terganggu akibat aksi Jalal. Jarak van hitam
tersebut cukup jauh dari mobilnya, tapi saat dijalan lurus dan sedikit lengang
Jalal hampir berhasil mendekati van hitam Chrysler itu. Jalal menekan pedal gas
dengan dalam untuk menambah kecepatan sehingga memperpendek jarak dengan van
hitam tersebut. Si pengemudi van hitam yang terkejut reflek menaikkan laju mobilnya
lagi untuk menjauh dari Jalal. Kedua mobil itu kini sudah beradu kecepatan
bahkan posisi mobil Jalal sudah hampir sejajar dengan mobil van hitam.
“Ternyata
dia hebat juga,” geram si pengemudi van hitam Chrysler itu yang tidak lain
adalah Ruqaiyah karena terus dikejar oleh Jalal. Ia terbelalak saat melirik ke
kaca spion, mobil Jalal yang sudah di belakangnya berani beradu kejar disaat
jalanan hampir memasuki tikungan.
Si
pengemudi van hitam Chrysler tidak menurunkan kecepatannya ketika hampir
memasuki tikungan tajam di depannya. Begitupun dengan Jalal, ia sedikitpun
tidak berniat menurunkan kecepatan. Sangat berbahaya memang, tapi demi
menyelamatkan Jodha ditepisnya semua perasaan takut dan ngeri. Kedua mobil itu
sama-sama tidak ada yang mau mengalah dengan tidak menurunkan kecepatan disaat
hampir memasuki tikungan.
“Bagaimana
bisa!” seru si pengemudi van hitam, tidak terima begitu melihat Audi TT 2.0 T
Quattro Jalal berhasil meluncur mendahuluinya tepat saat akan masuk tikungan.
Dengan
kecepatan hampir 100 km/jam, Jalal melesat untuk masuk tikungan dengan tetap
menjaga ketenangannya dia mengangkat pedal gas saat kecepatan tinggi
dilanjutkan kontrol stir tanpa kesalahan untuk membelok mulus melesat membuat
sedikit jarak dengan mobil van hitam Chrysler itu. Aksi yang barusan dilakukan
oleh Jalal tadi akan membuat mata yang melihatnya terperangah ngeri.
“Sekarang
saatnya untuk melakukan blokade,” desis Jalal sambil menyeringai.
Tapi
seringaiannya seketika menghilang ketika melihat van hitam mulai merapatkan
jarak untuk menyalipnya. Si pengemudi van hitam membanting stir kekanan dan
menambah penekanan pada pedal gas. Hal itu tak disangka sama sekali oleh Jalal
dan akhirnya van hitam itu berhasil menyalipnya. Aksi kejar-kejaran kembali
terjadi saat di jalan lurus. Kali ini mobil jalal kembali unggul, ternyata
jalanan itu sudah menuju ke pusat kota Gurgaon dan kondisi jalanan disana
mempunyai banyak tikungan.
Jalal
bergerak cepat dengan menutup celah pergerakan van hitam Chrysler itu dengan
melakukan sliding sebelum memasuki tikungan. Saat akan melakukan tikungan
dengan posisi mobil yang sejajar, si pengemudi van membuat gerakan membanting
stir ke kanan sehingga menabrak bagian kiri mobil Jalal yg membuat Jalal hilang
kendali mobilnya.
Tapi tidak
sampai disitu, belum juga Jalal bisa mengatur deru nafasnya akibat benturan
tadi. Pemuda itu sudah dikejutkan dengan posisi mobil van hitam yang sudah
bergerak untuk menyalip lagi.
“Sial,
ternyata belum selesai!” ketegangan mulai menjalar kembali dalam tubuh Jalal.
Mirza yang
sedari tadi bersama kakak, hanya bisa menahan nafas dan menggeleng-gelengkan
kepalanya karena melihat aksi kakaknya. Selama ini, dia tidak pernah melihat
kakaknya menyetir mobil seperti ini. Jantungnya serasa mau copot selama aksi
kejar-kejaran ini.
“Kak, are
you mind?!! baru kali ini, aku melihatmu menyetir seperti orang gila! Memangnya
siapa, kak yang berani menculik Jodha?!” tanya Mirza yang sedari tadi sport
jantung.
“Ruq yang
menculik Jodha dan sekarang sebaiknya kau diam saja karena aku sedang
konsentrasi untuk mengejar Chrysler itu!” perintah Jalal tegas dengan masih
sibuk mengejar van hitam itu.
Mirza
bergumam dalam hati, “Ruq yang menculik Jodha? Tapi kenapa dan untuk apa?!” dan
sekarang Mirza hanya bisa mengelus dada melihat aksi kakaknya yang masih
berlanjut.
Van hitam
Chrysler itu berhasil menyalip Audi TT 2.0 T Quattro milik Jalal dan ketika
Audi hitam itu melaju mendekati mobil di depannya, tiba-tiba dari arah kanan
ada truk kontainer yang melintas sehingga membuat Jalal harus melakukan rem
mendadak dan membuat penumpangnya condong ke depan membentur dashboard dan
membuat Jalal mengumpat.
“Damn...!!!
C'mon, c'mon...shi***t!” umpatnya tak sabaran sambil memukul kasar tangannya ke
stir kemudi.
Setelah
truk kontainer itu selesai melintas di depan mobil Jalal. Audi hitam itu
kembali melesat dengan kencang namun naas, van hitam Chrysler itu sudah melaju
sangat kencang dan Jalal kebingungan ke arah mana untuk mengejarnya dan
akhirnya Jalal kehilangan jejaknya.
Jalal
menghentikan laju Audi TT 2.0 T Quattro miliknya. Jalal kembali memukulkan
tangannya ke arah stir kemudi lalu dia menundukkan kepalanya disana dan raut
wajahnya berubah menjadi kesal, marah, cemas, sedih dan bingung karena
kehilangan jejak van hitam Chrysler itu.
“Sayang,
aku pasti akan menyelamatkanmu!,” ucapnya sedih.
Mirza yang
melihatnya kakak seperti itu, mencoba menenangkannya, “sabar, kak. Kita pasti
akan menemukannya.”
Jalal
mengangkat kepalanya lalu menyuruh Mirza untuk menghubungi pamannya Atgha khan
dan Ins. Vijay Kumar, sedangkan dia menelepon Rohit.
Jalal
mengambil ponselnya dan mencari kontak nama Rohit lalu menekan dial. Setelah
terdengar teleponnya diangkat, Jalal langsung berbicara.
“Halo...Rohit,
dimana posisimu sekarang?, aku kehilangan jejak Chrysler itu. Saat ini aku
berada di depan Trident Hotel, lokasinya adalah
#443,
Delhi Jaipur Road, Near Cyber City Metro Station, Phase V, Udyog Vihar,
Gurgaon.” ucap Jalal sambil mengusap-usap rambut belakangnya.
Setelah
menelepon Rohit, Jalal keluar dari mobilnya untuk menghirup udara segar dan
pikiran tak tenang memikirkan keselamatan Jodha. Begitu pula Mirza setelah
menelepon pamannya dan Ins. Vijay, dia juga keluar dari mobil kakaknya dan
menunggu ketiga orang yang mereka telepon. Sekitar 20 menit menunggu, mobil
Rohit yang terlebih dahulu tiba. Dia keluar dari mobilnya dan menghampiri
Jalal. Tak lama kemudian datang Atgha khan dan Ins. Vijay beserta beberapa anak
buahnya.
Mereka
menanyakan bagaimana van hitam Chrysler itu bisa lolos dan sekarang mereka
berdiskusi mencari cara untuk menemukan Jodha. Tiba-tiba saja Rohit teringat
sesuatu.
“Jalal,
apakah ponsel Jodha masih aktif?” selidik Rohit.
“Aku tidak
tahu Rohit apakah sekarang masih aktif atau tidak. Kira-kira 1 jam yang lalu,
kami masih saling menelepon. Sebentar aku coba...” jawab Jalal sambil
mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Jodha.
Jalal
mencari nama Jodha di panggilan terakhirnya lalu meneleponnya dan ternyata
ponselnya Jodha masih aktif dan Rohit meminta Jalal untuk terus menghubunginya
sampai sambungan telepon itu terputus dengan sendirinya. Rohit mengeluarkan
alatnya yang bernama GPS tracker dan mencari keberadaan Jodha dengan melacak
sinyal ponsel Jodha. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya, telah diketahui
lokasi dimana Jodha berada dan tanpa berlama-lama lagi mereka segera menuju ke
lokasi.
“Sayang, tunggu aku. Aku akan
menyelamatkanmu!,” gumam
Jalal dalam hati.
Wajahnya
menampakkan sedikit kebahagiaan setelah mengetahui ada secercah harapan, Jodha
akan ditemukan. Jalal pun melajukan Audi TT 2.0 T Quattronya secepat kilat.
***************
Setelah
berhasil meloloskan diri dari kejaran Audinya Jalal. Van hitam Chrsyler itupun
sampai di sebuah gudang tua bekas pabrik yang sudah tidak terpakai atau
terbengkalai. Ruq memarkirkan van hitamnya di samping gudang itu dan dia keluar
dari van. Seorang pria berpakaian serba hitam itu segera keluar dari van dan
pria yang satunya lagi mulai mengangkat tubuh Jodha yang tidak sadarkan diri.
Pria yang sudah keluar dari van itu membantu temannya dan mereka berdua
mengangkat tubuh Jodha ke kursi yang ada di tengah-tengah bagian dalam gedung
itu. Ruq memerintahkan kepada dua pria itu untuk mengikat tangan dan kaki Jodha
ke kursi serta menutup mulutnya dengan lakban. Lalu menyuruh dua pria itu untuk
meninggalkan mereka berdua setelah Ruq memberikan bayaran atas jasa mereka.
Cahaya yang ada di ruangan itu hanya ada dimana Jodha berada. Disekitarnya
nampak gelap.
Tiba-tiba
ponsel Jodha berbunyi kembali, Ruq mengambilnya dari tas Jodha dan melihat
siapa yang meneleponnya. Begitu dia tahu siapa yang meneleponnya, Ruq
mengangkat teleponnya.
“Hallo,
Jalal sayang. Segeralah datang kesini untuk menolong calon istrimu.... Ha... ha...
hahaha,” ucap Ruq sambil tertawa dan menjatuhkan ponsel itu ke lantai lalu
menginjaknya dan ponsel itupun hancur.
Jalal yang
mendengar suara Ruq mengangkat telepon Jodha membuat pikirannya semakin kalut
dan geram, dia sangat takut kalau Ruq akan mencelakakan Jodha. Dia semakin
melajukan mobilnya menuju lokasi dimana Jodha berada.
Mendengar
suara Ruq yang tertawa terbahak-bahak, Jodha mulai sadar. Efek kloroformnya
sudah habis. Perlahan dia membuka matanya, mengerjap-ngerjapkan matanya.
Samar-samar dia melihat sosok yang ada dihadapannya dan matanya terasa silau
karena cahaya ditempatnya berada sangat terang. Ketika dia sudah bisa melihat
siapa sosok di hadapannya. Jodha langsung kaget dan dia merasakan ikatan yang
sangat kuat di tangan dan kakinya serta dimulutnya.
“Ruq...?!!” batin Jodha sambil berusaha bergerak untuk
melepaskan ikatan itu namun yang ada kaki dan tangannya terluka.
Ruq
mendekati Jodha sambil berkata, “percuma saja kau berusaha sekuat tenaga untuk
berusaha pergi dari sini, aku tidak akan melepaskanmu!!” ancam Ruq dan
melepaskan lakban yang menutup mulut Jodha.
“Ruq?! apa
maksud semua ini?” tanya Jodha bingung.
“Hahahaha,”
Ruq tertawa terbahak-bahak lalu melanjutkan ucapannya, “kau mau tahu alasanku
menculikmu?” jawab Ruq sambil mondar mandir dan memainkan pisau lipatnya.
“Iya, Ruq!
Kenapa kau menculikku? untuk apa?” tanya Jodha, ia melihat pisau yang dimainkan
Ruq didekatnya dengan pandangan ngeri.
“karena
aku membencimu!! AKU MEMBENCIMU...I HATE U!! kau telah merampas semuanya
dariku!!” teriak Ruq sambil menodongkan pisau lipatnya ke arah Jodha.
Jodha
nampak kebingungan mendengar pernyataan dari Ruq. Dia tidak mengerti akan maksud
Ruq kenapa dia membencinya??.
“Kau telah
merampas semuanya dariku!! orang-orang yang aku cintai, impianku,” teriak Ruq
kesal dan marah.
“A...apa
maksudmu, Ruq? a...aku tidak mengerti?!” tanya Jodha bingung dengan nada
sedikit meninggi.
“Kamu
telah merampas Jalal dariku. Apakah kau tidak tahu kalau sebenarnya aku sangat
mencintai Jalal?!!” ucap Ruq tegas.
Ruq
melanjutkan ucapannya sambil memainkan pisau lipatnya dan berjalan mondar
mandir dan Jodha memperhatikan dengan seksama tiap ucapan Ruq, “Ya, aku sudah
menyukai dan menyayangi Jalal sejak kami masih kecil. Kami selalu bersama-sama
sejak kecil. Dia selalu melindungiku dan perhatian kepadaku. Sejak saat itulah
tumbuh perasaan sayang dan cintaku untuk Jalal. Namun, sejak kedatanganmu...!!
sikap dan perilaku Jalal berubah, dia tidak lagi memperhatikanku,
memperdulikanku. Dia mulai mengacuhkanku. Padahal akulah teman masa kecilnya
yang selalu berbagi suka dan duka. Tiap aku membutuhkannya dia akan selalu ada,”
sambil menodongkan kembali pisau lipat itu ke arah Jodha dan Jodha pun kembali
ketakutan.
“Aku bukan
hanya membencimu tapi juga iri padamu karena kamu memiliki segalanya!! Ya,
segalanyaaa. Kamu memiliki keluarga yang utuh dan juga harta yang berlimpah,
itulah sebabnya kenapa aku sangat membencimu, Jodha!” ucap Ruq sedih.
“Ayahku
Hindal Mirza dan Ibuku Mariam Sultan bukanlah orang tua kandungku. Mereka
mengadopsiku dari panti asuhan sejak aku berusia 2 tahun. Mereka sangat
menyayangiku, namun sejak kematian ibu angkatku. Sikap ayah angkatku menjadi
berubah. Dia semakin otoriter. Terlebih lagi sejak dia tahu kalau kau dan Jalal
akan ditunangkan. Ternyata bukan hanya aku saja yang membenci dirimu namun juga
ayah angkatku karena dia tidak memiliki anak kandung, dia berharap banyak
padaku. Dia ingin agar aku dan Jalal yang bertunangan. Namun, sejak
kedatanganmu semua rencana ayahku jadi berantakan. Kau sudah mengacaukan
semuanya!! Berbagai macam cara dia lakukan untuk menyingkirkanmu. Akhirnya dia
berhasil menyingkirkanmu dengan menculikmu dan diakhiri dengan tragedi
kecelakaan itu yang diluar rencana....” ucapan Ruq dipotong oleh Jodha.
“Ja...ja...jadi
upaya menculikku adalah rencana jahat ayahmu, Ruq?!! tapi kenapa??” tanya Jodha
penasaran dan bingung.
“Hahahaha...Jodha...Jodha,
kau ini benar-benar polos dan lugu,” ucap Ruq sambil mengeleng-gelengkan kepala
dan tertawa. “Paman Humayun mewariskan seluruh aset dan harta kekayaannya
kepada Jalal. Jalal akan menjadi pewaris tunggal dari seluruh harta Humayun
setelah paman Humayun tiada. Oleh sebab itulah, ayah angkatku menginginkan aku
dan Jalal bertunangan agar impian ayah angkatku untuk menguasai harta paman
Humayun akan terwujud. Begitu pula dengan diriku yang akan menjadi Nyonya
Jalaluddin. Namun, Jalal telah menggagalkan semuanya karena rencana kejahatan
ayahku akhirnya terbongkar dan kami diasingkan ke Kabul, Afganistan. Jalal juga
memutuskan hubungan kekeluargaan kami. Sejak saat itulah kami jatuh miskin dan
ayah angkatku berubah menjadi kasar dan sering memukuliku, dia menyalahkanku
karena dia menganggap akulah penyebab semua kegagalan dari
keinginannya...menyedihkan bukan?” ucap Ruq menyeringai jahat. “Apakah kau mau
tahu Jodha, kalau akulah yang sudah membunuh ayah angkatku sendiri...hahahaha?!
aku memalsukan berita kematiannya begitu pula dengan bibiku sendiri yaitu Maham
Anga. Begitu dia tahu ada yang tidak beres dengan diriku akhirnya dia
menjebloskanku ke Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa. Namun, aku dapat kabur dari
sana lalu aku membunuhnya dan kembali ke India...hahaha,” ucap Ruq sambil
tertawa senang dan kewarasannya sudah hilang.
Jodha
tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ruq. Dia tidak menyangka kalau Ruq
bisa sekejam itu sampai membunuh ayah angkatnya sendiri serta bibinya. Raut
wajah Jodha nampak ketakutan, “jika dia bisa
berbuat seperti itu maka dia juga bisa melakukannya kepadaku!! Jalal, cepatlah
datang. Kenapa kamu lama sekali?!” batin Jodha. “Kau sudah gila Ruq, kau
sudah membunuh ayahmu sendiri meskipun dia hanya ayah angkatmu dan juga
bibimu!! Apakah tidak ada rasa bersalah atau penyesalan atas perbuatanmu itu,
Ruq!!” sahut Jodha dengan nada meninggi.
Jodha
berusaha menggerakkan tangannya lagi untuk melonggarkan ikatannya namun, tali
itu diikat terlalu kencang. Yang ada pergelangan tangannya semakin terluka.
“Hahahahaha...aku
memang sudah gila, Jodha! aku gila karena aku begitu mencintai Jalal dan tidak
boleh ada seorang wanita manapun yang boleh mendekatinya termasuk dirimu!
tujuanku ke India adalah untuk mendapatkan Jalal kembali namun begitu aku tahu
kalau dia sudah memiliki kekasih bahkan sudah bertunangan maka aku harus segera
menyingkirkan wanita itu!!! apakah kau tahu kalau akulah yang telah
menabrakmu?? namun lagi-lagi Tuhan berpihak kepadamu dan kau selamat tapi
sekarang tidak akan ada yang dapat menyelamatkanmu...!! KAU AKAN MATI KALI
INI....Hahahaha,” ancam Ruq sambil memainkan pisau lipatnya di depan wajah
Jodha dan pisau lipat itu hampir saja menggores pipi mulusnya Jodha dan Jodha
nampak ketakutan.
“Kau gila
Ruq!!! Lepaskan aku!!! Lepaskan aku!!!” teriak Jodha memerintah Ruq.
Jalal dan
Mirza tiba terlebih dahulu di gudang dimana Jodha disekap. Jalal melihat van
hitam Chrysler yang dipakai untuk menculik Jodha. Jalal langsung keluar dari
mobil dan berusaha untuk masuk ke dalam gudang karena dia sudah tidak sabar
untuk segera menolong Jodha namun dia ditahan oleh Mirza karena jika dia dengan
gegabah masuk kesana sendirian, yang ada nyawa Jodha nanti terancam. Akhirnya
mereka menuju Rohit dan Atgha Khan serta Ins. Vijay dan pasukannya.
Tidak lama
kemudian, orang-orang yang ditunggu oleh Jalal dan Mirza pun datang. Rohit dan
Ins. Vijay memberitahukan untuk berhati-hati dalam menangkap Ruq karena Ruq
adalah seorang Psikopat. Jika melakukan tindakan gegabah, nyawa Jodha bisa
melayang. Akhirnya Ins. Vijay menginstruksikan anak buahnya untuk berpencar ke
sekeliling gudang itu dan mereka mengendap-endap masuk begitu pula Jalal dan
Rohit sedangkan Mirza dan Atgha Khan memantau situasi di luar gudang dan
menghubungi RS untuk mengirimkan ambulans.
Di dalam
gudang, Ruq berjalan menjauhi Jodha dan dia mengambil sesuatu. Ternyata dia
mengambil sebuah dirigen yang berisi penuh bensin. Dia mendekati Jodha dan
mulai membuka tutup dirigen. Jodha yang melihat hal itu, semakin takut kalau
kali ini dia tidak akan selamat karena dia merasa kalau Jalal belum datang
untuk menyelamatkannya. Ruq mulai menyiram isi dirigen itu ke sekeliling dimana
Jodha berada dan juga menyiram sedikit isinya ke tubuh Jodha.
Jodha
semakin ketakutan dan mulai menangis. Dia memohon kepada Ruq agar mau
melepaskannya. Namun, Ruq semakin gila dan dia mengeluarkan pemantik api dari
saku celana jeansnya dan mulai menyalakan pemantik itu.
(slow
motion scene)
“MATILAH
KAU KALI INI JODHA...HAHAHAHA,” ucap Ruq tertawa terbahak-bahak dan menyeringai
jahat. Kewarasannya sudah hilang.
Jodha
mulai menangis, dia memejamkan matanya dan batinnya berkata, “dimana kamu Jalal? Aku mencintaimu
selamanya, Jalal”
Ketika
Jodha memejamkan matanya, terbayang akan kenangan-kenangannya bersama Jalal.
Ketika Ruq
akan menjatuhkan pemantik itu ke bensin yang berceceran di lantai, belakang
kepalanya sudah ditodongkan Bareta oleh Rohit dan Ruq sangat kaget kalau
aksinya sudah ketahuan oleh polisi.
(slow
motion scene, end)
“Angkat
tanganmu, nona Ruq,” perintah Rohit dan dia mengambil pemantik api dari tangan
Ruq dan Ins. Vijay membantu Rohit dengan memborgol tangan Ruq dan membawa Ruq
keluar.
Ins. Vijay
menyuruh anak buahnya untuk menyisir seluruh area gudang untuk mencari-cari
apakah masih ada komplotan atau anak buah Ruq. Jalal berlari ke arah Jodha
begitu keadaan sudah aman. Dia mendekati Jodha dan mulai melepaskan ikatan yang
mengikat tangan dan kaki Jodha. Namun, Jodha masih saja memejamkan matanya dan
juga menangis.
“Sayang,
kamu sudah selamat sekarang,” ucapnya sambil melepaskan ikatan yang mengikat
tangan dan kaki Jodha.
Setelah
ikatannya sudah dilepaskan, Jalal memegang kedua pipi Jodha dan berkata, “sayang,
bukalah matamu. Ini aku, sayang, Jalalmu.”
Jodha
membuka matanya dan ketika dia melihat wajah Jalal. Dia memegang kedua pipi
Jalal. Jodha bahagia namun, dia masih saja menangis. Dipikirannya terbayang,
seandainya Jalal terlambat menolongnya, maka..., Jodha langsung memeluk erat
tubuh Jalal. Melihat Jodha yang begitu ketakutan, membuat Jalal bertanya-tanya
dipikirannya, “ada apa denganmu, sayang?”
Jalal
mengangkat tubuh Jodha dan menggendongnya keluar. Jodha masih membenamkan
wajahnya ke dada Jalal. Ketika keluar dari gudang, ambulans pun tiba dan Jodha
langsung diperiksa oleh petugas medis.
Ruq yang sudah
diborgol, langsung dibawa masuk ke dalam mobil. Namun, sebelum dimasukkan ke
dalam mobil, dia berontak untuk minta dilepaskan karena dia mau mengatakan
sesuatu kepada Jodha, “lagi-lagi kali kau selamat, Jodha. Lain kali kau akan
MATI!!” dengan nada mengancam sambil menyeringai jahat lalu kepada Jalal, “aku
melakukan ini karena aku mencintaimu, Jalal. Hanya akulah yang pantas menjadi
istrimu, bukan dia...Hahahaha!!” teriak Ruq sambil melihat Jodha dan tertawa
terbahak-bahak lalu dia dimasukkan ke dalam mobil.
Jodha
memalingkan mukanya dan kembali menangis. Jalal bingung melihat kondisi Jodha
yang seperti itu. Dia memeluknya erat untuk menenangkannya.
Di
kejauhan, terlihat Ins. Vijay dan Rohit yang sedang berdiskusi lalu mereka
mendekati Jalal dan Jodha.
“Jalal,
ada hal yang harus kami bicarakan kepadamu,” ucap Ins. Vijay.
“Iya,
inspektur, bicaralah...ada apa?!” selidik Jalal.
“Mengenai
nona Ruqaiyah! aku baru mendapatkan berita ini kemarin dan rencananya aku ingin
memberitahumu hari ini namun, aku terlambat mengatakannya hingga terjadi
insiden ini,” jawab Ins. Vijay.
“Ruq?!
mengenai hal apa, inspektur?!” ucap Jalal kesal dengan nada meninggi.
“Ternyata,
paman anda yaitu Hindal Mirza, dia tidak meninggal karena serangan jantung
melainkan dia dibunuh oleh nona Ruqaiyah 5 tahun yang lalu dan bukan hanya itu
saja dia juga telah membunuh bibinya yaitu Maham Anga secara sadis dan brutal.
Nona Ruqaiyah masuk ke dalam DPO pihak kepolisian Afghanistan karena dia bukan
hanya sudah membunuh dua anggota keluarganya namun juga karena berhasil kabur
dari Panti Rehabilitasi Gangguan Mental,” ucap Ins. Vijay dan dia melanjutkan
ceritanya mengenai Ruq bahwa Ruq bukanlah anak kandung dari Hindal Mirza dan
Mariam Sultan.
Mendengar
informasi dari Ins. Vijay mengenai Ruq, membuat Jalal marah, kesal, bingung dan
sedih. Sekarang dia mengetahui semua alasan dibalik rencana pamannya yang
semata-mata menginginkan harta kekayaan ayahnya dengan menggunakan Ruq sebagai
alatnya. Ruq dan Jodha adalah sama-sama korban kejahatan atas keserakahan
pamannya.
Setelah
memberikan penjelasan kepada Jalal dan Jodha. Inspektur Vijay beserta anak
buahnya segera berlalu dari sana. Jalal yang melihat kondisi Jodha cukup
mengkhawatirkan, memutuskan untuk membawanya ke RS. Jalal berada di ambulans
menemani Jodha sedangkan Mirza membawa mobilnya Jalal.
Sesampainya
di RS, setelah Jodha diperiksa oleh dokter. Jalal membaringkan Jodha ke posisi
tidur. Dia lalu pamit sebentar keluar kamar. Diluar kamar inap Jodha, Jalal
berbicara kepada Mirza untuk tidak mengatakan hal ini kepada kedua orang tua
Jodha karena dia tidak mau mereka cemas lagi, Jalal menginginkan agar dia
sendiri yang mengatakannya kepada Bharmal dan Meinawati. Mirza pamit pulang.
Ketika
Jalal kembali masuk ke dalam kamar Jodha. Dia melihat tubuh Jodha bergetar dan
terdengar seperti menangis. Jalal langsung menghampirinya dan dia kaget melihat
kondisi Jodha yang sepertinya mengalami trauma. Selama kejadian tadi usai,
Jodha terus saja bungkam, tidak mengucapkan sepatah kata apapun.
Jalal
duduk di kursi samping tempat tidur dan bertanya, “ada apa sayang? kenapa kamu
menangis? beritahu aku, sayang sebenarnya ada apa?” ucapnya sambil membelai
rambut dan menghapus airmata yang mengalir dari kedua matanya.
“A...a...aku
takut sekali saat mereka menculikku. A...aku terbayang peristiwa 10 tahun yang
lalu. Takut kalau peristiwa itu akan terulang kembali dan a...aku akan
kehilanganmu lagi. Aku mencintaimu, Jalal” ucap Jodha terbata-bata dan sedih
lalu mulai menangis lagi.
Jalal
bangkit dari kursinya, mengangkat setengah tubuh Jodha, dia duduk menyandar di
tempat tidur dan memeluk Jodha dengan erat.
Sambil
membelai rambut Jodha, “tenanglah sayang, sekarang semuanya sudah berakhir.
Tidak akan ada lagi yang akan memisahkan kita. Aku akan selalu berada disisimu
dan melindungimu dari apapun. Mulai sekarang kita akan selalu bersama. Aku juga
mencintaimu, sayang...sangat,” ucap Jalal menenangkan Jodha dan mengecup kepala
Jodha.
Jodha
semakin mempererat pelukannya untuk mendapatkan kedamaian dipelukan Jalal.
Setelah tangisannya berhenti, dia pun tertidur di pelukan Jalal. Setelah
melihat kondisi Jodha dan berbagai hal yang sudah dialami oleh Jodha, Jalal
memikirkan sesuatu dan akhirnya dia memutuskan.........
To Be
Continued
FanFiction
Love
From The Past Part yang lain Klik
Disini
Precap:
The Last Part “The Wedding”
Ps: terima
kasih kepada neng Mitha Violet atas bantuannya.