Jodha: “Aku
tidak mungkin menceritakannya sedetail itu... kau tetaplah adik laki-lakiku!
Lagi pula, sudah malam, kau harus tidur!”
Sujamal: “Yap!
Kau sebaiknya tidur juga! Jangan terjaga sampai larut malam!”
Jodha: “Dasar
kau! Tunggu sampai aku menangkapmu!”
****************
“Hmmm... jadi aku akan makan siang dengan Ruqs dan
Salima?” gadis itu menatap pria di depannya, yang sepertinya sudah bersiap
untuk meeting dengan kliennya.
“Iya, ini
mendesak... jangan khawatir, kita akan
menggantinya besok...” dia mencoba merayunya.
“Kau tahu,
Suja sudah tahu tentang kita... hari sebelumnya dia melihatmu saat ada di
rumahku...”
“Apa!”dia
berteriak saking terkejutnya, “ Apa lagi yang dilakukannya?”
“Dia tidak
bilang apa-apa pada orang tuaku... dan dia juga menyetujui hubungan kita...”
“Wow
sayang... aku tidak menyangka adikmu
sungguh... manis... maksudku dia seperti tipe yang, kau tahu, pembuat
masalah... tapi ternyata aku salah...”
“Bahkan
aku sama terkejutnya denganmu karena ternyata dia menyayangiku lebih dari yang
kubayangkan...”
“Kurasa
aku layak untuk sebuah ciuman manis dan lama dari kekasihku!”
“Hmmm... baiklah!”
Kedua
pasangan itupun menikmati ciuman mereka yang lama hingga mengaburkan semua
kekhawatiran mereka.
************
“Menyenangkan
sekali bisa berkumpul dengan sesama penari perut yang cantik!” Salima menggoda
saat mereka bertiga duduk satu meja. Sejak Jodha dan Jalal pacaran, mereka
jarang sekali bertemu saat makan siang karena pasangan itu selalu menghabiskan
waktu bersama. Berhubung Jalal ada meeting, maka mereka bisa bersama lagi.
“Aku punya
mie yang sangat enak untuk makan siang. Kalau kalian berdua?” Ruqs bertanya
pada yang lain.
Jodha
menjawab, “Aku punya paneer dan roti.”
“Kalau aku
bawa nasi dan kari...” ucap Salima.
Merekapun
mulai makan sambil tak henti mengobrol tentang semua tugas dan gosip. Jodha
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya saat ini, hingga sampailah
mereka pada topik yang sedang ramai diperbincangkan di kantor.
Ruqaiyya:
“Teman-teman! Bukankah Manager Sales yang baru sangat seksi?”
Salima: “Iya,
dia sangat menawan... semua gadis terpesona padanya!”
Jodha: “Aku
tidak! Aku sudah memiliki pria yang mempesonaku! Meskipun bisa kubilang
kepribadiannya sangat kuat...”
Ruqaiyya:
“Aku sudah mersakannya saat pertama kali dia datang untuk wawancara! Dia
kelihatan hebat dan tampan!”
Salima: “Kelihatannya
sesorang sedang jatuh cinta! Ruqs.. Ruqs! Jangan bermimpi!”
Jodha: “Kau
sudah sering menggodaku! Sekarang giliranku menggodamu!”
Ruqaiyya:
“Kalian ini! Pria itu tidak akan tahu!”
Salima: “Tetap
saja kami akan menggodamu!”
Mereka
tetap saling mengolok dan tertawa hingga waktu makan siang habis.
****************
“Ayah.. boleh
aku masuk?” putrinya mengetuk pintu.
“Masuklah...”
Jodha
masuk dan duduk di salah satu kursi. Dia membawa sebuah berkas untuk ayahnya. “Ayah,
ini berkas yang diminta Pak Presiden untuk diberikan padamu. Isinya tentang
tugas Departemen Sales selama kau tidak ada...”
Bharmal: “Sini,
biar kulihat...”
Bharmal
melihat sekilas isinya, sementara Jodha mulai memikirkan Jalal. Baru saja
melewati waktu makan siang, tapi dia sudah merindukannya. Harusnya mereka
menghabiskan waktu bersama! Dan ciumannya! Ya Tuhan! Tidak pernah mengecewakan!
Hanya dia yang mampu membuatnya lututnya terasa lemas! Betapa dia ingin Jalal
ada disana! Dia akan menemukan alasan untuk bisa bertemu dan bersama sepanjang
waktu.
“Jodha... Jodha...”
Gadis itu
masih melamunkan kekasihnya. Dia tidak mendengar panggilan ayahnya, bahkan dia
merasa seseorang sedang mengganggu mereka! “Tolong, tinggalkan kami! Jangan
mengganggu!”
“Jodha
anakku, kau baik-baik saja?” tanya Bharmal.
Suara
ayahnya yang terdengar sedikit cemas mengembalikan kesadarannya. Matanya
membelalak dan suaranya tercekat saat dia tersadar akan kebodohan dilakukannya.
“Umm... uhh.. maaf Ayah. Ada apa?”
Bharmal: “Apa
maksud perkataanmu, ‘Tolong, tinggalkan kami... jangan mengganggu’?”
Saat itu
benar-benar memalukan. Ditambah lagi, ketakutannya jika ayahnya bisa menduga
bahwa dia memikirkan Jalal. Jodha berusaha untuk mengatur napasnya. “Ayah,
sebaiknya aku pergi. Aku masih punya laporan yang belum selesai kukerjakan.
Kita akan bertemu di rumah....”
Jodha
mulai bangkit, bersyukur karena hampir bisa melewati masalah besar itu
namun...
“Tunggu,
Jodha...”
Wajahnya
mulai pucat, saat dia berbalik menatap ayahnya, yang lebih terlihat khawatir
daripada marah.
Jodha: “Iya...”
Bharmal: “Nak,
aku tidak tahu harus percaya atau tidak saat ibumu memberitahu kalau kau
bersikap agak aneh...”
Jodha: “Bersikap
aneh seperti apa?”
Bharmal: “Kau
tahu, terutama sejak kau pulang dari Miami... terlihat jelas... dia bilang kau
sering senyum-senyum sendiri dan aku tidak tahu, dia juga bilang kau terlihat
ceria... nak, ada yang belum kau ceritakan pada kami?”
Matanya
semakin melebar karena takut dan terkejut. Ini tidaklah bagus, tidak ada yang
lebih buruk daripada saat ibumu mencurigaimu! Dia harus berpikir cepat, atau
masalah ini akan semakin besar!
Jodha: “Ayah!
Aku baik-baik saja! Hanya saja aku bisa sedikit rileks sekarang... meski itu
perjalanan bisnis, tapi aku menikmatinya dan aku bisa kembali semangat bekerja!”
Karena
ayahnya terlihat puas dengan jawabannya, Jodha segera pamit dan beranjak pergi.
Menarik napas lega, dia langsung terduduk di mejanya.
Jodha: “Woah!
Nyaris saja! Kalau ayah mengetahuinya lebih baik aku mati saja! Sekarang lebih
baik aku konsentrasi bekerja lagi. Nanti Jalal akan menjemputku pulang, jadi
aku sudah tidak sabar menunggunya.”
Perjalanan
ke Miami memang telah membantunya rileks, hanya saja dia tidak memberitahu
ayahnya alasan yang sebenarnya. Bersama Jalal memberinya rasa nyaman dan aman.
Jatuh cinta sungguh menakjubkan! Dan dia menikmati setiap detiknya!
****************
Pasangan
itu duduk di dalam mobilnya, melaju ke arah rumah Jodha. Sudah agak malam saat
Jalal kembali ke kantor dari meetingnya, dan dia langsung menjemputnya. Dia
menyetir dan di sebelahnya Jodha sedang menatap kagum padanya. Kekasihnya itu
tetap terilhat segar sedangkan dirinya sudah berantakan penampilannya.
Jalal: “Hmmm...
ada apa? Kekasihku kenapa terus memandangku?”
Jodha
(sedikit melamun): “Umm... kau masih terlihat rapi! Coba lihat aku, wajahku
sudah kusut rasanya!”
Jalal: “Kau
tetap terlihat seksi... bahkan aku ingin melahapmu sekarang...”
Jodha: “Hmm...
kendalikan pikiranmu, Tuan Presiden... kalau tidak aku akan kabur!”
Jalal: “Aku
akan memegangmu kuat-kuat bahkan sebelum kau berniat kabur.”
Jodha: “Kau
tahu... aku ingin menciummu... tapi pertama-tama, perhatikan jalan!”
Jalal: “Sesuai
permintaanmu, Nona Jodha!”
**************
Mereka
sudah sampai di pintu lobi apartemen Jodha. Keduanya turun, dan berdiri di
balik mobil untuk menghindari petugas patroli malam. Sambil bergenggaman
tangan, mereka saling menatap penuh cinta.
Jalal: “Aku
sangat merindukanmu hari ini... aku senang bisa datang tepat waktu...”
Jodha: “Hmm..
aku juga.”
Jodha
memajukan tubuhnya untuk memeluk erat Jalal, seakan ingin meleburkan dirinya.
Jalal telah menjadi pusat hidupnya, sekarang dia tidak bisa membayangkan
sedetikpun tanpa bersama Jalal.
Jodha: “Jalal,
aku mencintaimu! Aku mencintaimu sampai mati!”
Jalal: “Aku
juga Jodha, semua kata-kata tidak akan mampu menggambarkannya!”
Dengan
terpaksa mereka memisahkan diri, menyadari kalau mereka tidak sedang berada di
ruangan pribadinya. Jodha tersenyum manis padanya.
Jodha: “Jadi,
boleh aku pergi sekarang?”
Jalal: “Tentu,
tapi sebelumnya.....”
Jalal
menunduk untuk mengecup bibirnya, membuatnya tersipu.
Jodha: “Kenapa
kau lakukan itu! Bagaimana kalau ada yang melihat?”
Jalal: “Kau
tahu, aku hanya memenuhi permintaanmu saat di dalam mobil tadi... jadi itu
bukan salahku.”
Jodha: “Kau
ini... sangat manis... baiklah, aku
pergi dulu.”
Jodha
berjalan masuk sambil melambai pada Jalal yang membalasnya dengan senyuman
lebar. Saat akhirnya dia masuk lift, Jalal mengendarai mobilnya pulang.
Mereka
tidak menyadari kalau seseorang memperhatikan apa saja yang mereka lakukan dari
arah balkonnya. Apakah ketakutan Jodha yang terbesar akan jadi nyata?
To Be
Continued
Precap:
“Jalal datang ke rumah Jodha untuk makan malam
FanFiction
His First Love Chapter yang lain Klik
Disini