**Menutup-nutupi**
Sujamal
pergi ke kamarnya, masih tidak mampu mencerna fakta hubungan cinta kakaknya dan
bosnya. Jalal dan Jodha masih belum pergi, jadi dia memilih berdiam diri di
dalam kamarnya. Dia berbaring di tempat tidur, rasa kantuknya hilang begitu
saja karena hal itu. Pada saat itu dia sangat bingung, tidak tahu harus bagaimana.
“Hmmm...Aku yakin kakak belum mengatakan tentang Tuan Mohammed pada ayah dan
ibu... dan pasti mereka akan sulit menerimanya... tapi aku tidak akan bilang
apa-apa, ini hidupnya dan dia pasti akan berterus terang jika memang waktunya
sudah tepat...”
“Kak, jika
kau dalam masalah atau butuh tempat curhat, aku akan ada untukmu! Aku akan
mendengarkan apapun yang akan kau katakan!”
Itu adalah
kata-kata yang sama yang pernah diucapkannya pada kakaknya, ketika itu ibunya
marah besar saat Jodha menceritakan rencana tarian perutnya. Tepat saat itu dia
memutuskan untuk selalu mendukungnya. Dia yakin Jodha pasti memikul beban berat
karena menyimpan sebuah rahasia dan yang bisa dilakukan untuk meringankannya
hanyalah dengan menjadi orang yang bisa dipercaya Jodha.
“Ya! Aku
akan bicara padanya soal ini nanti malam!”
*****************
Sehabis
makan malam, Jodha berbaring di tempat tidurnya. Siang tadi teramat indah
membuatnya merona saat mengingatnya lagi. Dia benar-benar kasmaran, kulitnya
bersinar dan senyum di wajahnya tidak pernah lepas. Sebenarnya Mainavati
mencurigai ada yang berubah pada putrinya, Jodha seperti sedang menyembunyikan
sesuatu dan sering terbur-buru masuk kamar setelah makan malam. Tapi dia tidak
mempermasalahkannya lebih jauh, menurutnya itu hanya kecurigaan tanpa dasar.
Jodha
tidak sadar kalau ibunya mencurigainya
dan bahkan dia tidak akan menyangka jika adiknya memergoki dirinya siang
itu. Sujamal berdiri di depan pintu kamar Jodha, mempersiapkan mental untuk
bicara dengan kakaknya soal hubungan rahasianya. Menarik napas panjang, dia
mengetuk pintu “Kak! Aku boleh masuk?” “Suja! Masuklah!”
Jodha
bangun dan tersenyum, sedang Sujamal memilih duduk di samping Jodha. Dia memang
tidak mau menakuti Jodha, tapi dia harus
membicarakan apa yang sudah dilihatnya.
Jodha: “Ada
apa? Ada masalah?”
Sujamal: “Umm..aah..Kak”
Jodha: “Iya,
katakan”
Sujamal
salah tingkah, dia mengalihkan pandangannya, dia memaksa dirinya untuk
bersuara! Dia ingin Jodha tahu bahwa dia bisa dipercaya. “Kak, ada hubungan apa
antara kau dan Tuan Mohammed?”
Jodha
terhenyak! Sama sekali tidak menduganya! Adiknya masih diam menunggu jawaban,
ribuan pertanyaan muncul di benaknya, Bagaimana dia tahu? Apa dia memergoki
kami? Yang terburuk, apa dia akan memberitahu ayah dan ibu? Dia harus bisa
mengatasi hal ini, dan satu-satunya yang bisa dilakukan hanyalah menyangkalnya!
“Apa yang kau tanyakan? Tidak ada apa-apa antara Tuan Mohammed dan aku...”
Sujamal: “Jangan
berbohong, aku melihat kalian berdua di kamarmu hari ini... dan...”
Jodha
membelalakkan matanya karena shock, dia tidak tahu harus ketakutan atau merasa
malu. Dari semua orang, justru adiknya sendiri yang menangkap basah dirinya di
rumah mereka! Dia hanya berharap kalau Sujamal tidak menyaksikan semua rayuan
dan ciuman itu, dia tidak akan mampu menatapnya. “Oh..jadi kau melihat kami...”
Sujamal: “Ya,
dan...”
Jodha: “oke,
aku sangat paham apa yang akan kau katakan... tidak apa... aku akan bicara pada
ibu, ayah dan...”
Sujamal: “Kak!
Dengarkan dulu! Aku tidak mengatakannya pada siapapun!”
Jodha
(membelalak): “Hah, tidak? Kenapa?”
Sujamal: “Kau
ingat saat ibu marah? Aku sudah bilang padamu...”
Jodha: “Suja,
aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan...”
Sujamal: “Hari
itu, seorang adik berjanji pada kakaknya bahwa dia akan selalu melindungi
kakaknya dari masalah apapun, bahwa dia akan menjadi tempat berkeluh kesah dan
dia bisa berbagi apapun dengannya... Kak,
saat inilah kau sangat butuh dukunganku... aku yakin ini sangat berat untukmu,
dan aku ingin kau tahu bahwa rahasiamu aman bersamaku.. aku tidak akan
membocorkannya pada ayah dan ibu soal kau dan Tuan Mohammed...”
Kata-katanya
yang jujur dan penuh perasaan membuat Jodha berkaca-kaca. Dia tidak percaya
kalau orang yang selalu menjaganya, telah siap menjadi pendukung terbesarnya.
Sujamal masih tersenyum pada Jodha, membuat Jodha tidak mampu membendung lagi
air matanya. Jodha memeluknya dengan erat. “Oh Suja! Kupikir kau sudah
memberitahu ayah dan ibu! Aku sudah takut sekali!”
Sujamal: “Kak,
tidak akan! Aku sudah janji, kan! Dan aku tahu pasti bagaimana reaksi mereka,
lebih baik jika mereka tidak mengetahuinya dulu...tapi, kapan mulai terjadi?”
Jodha: “Kapan
mulai apa?”
Sujamal: “Oh,
Kak, ayolah! Kau dan Tuan Mohammed, tentu saja!”
Jodha
menjauhkan diri dari adiknya, merona tapi bahagia. Pertanyaannya telah membawa
kembali memori indah perjalanan mereka saat akhirnya mereka menjadi sepasang
kekasih. “Oh itu...tidak mungkin aku menceritakan semuanya padamu!”
Sujamal: “Kak!
Jangan bilang kau sudah....”
Jodha: “Tidak!
Tentu saja tidak! Oke, akan kuceritakan. Saat kami sampai Miami dan pergi ke
hotel, kamu baru diberitahu kalau staf hotel telah melakukan kesalahan dan
reservasiku dibatalkan.”
Sujamal
(terkejut): “Woah! Lalu apa yang kau lakukan?”
Jodha: “Saat
staf hotel memberitahu tidak ada kamar tersisa, aku hampir saja akan pergi
mencari hotel lain, namun Jalal menawarkan...”
Sujamal: “Apa?”
Jodha: “Kalau
dia bisa berbagi kamar denganku...”
Sujamal membelalak
terkejut, namun Jodha tetap melanjutkan ceritanya meski terasa sangat
memalukan. “Lalu, kau jawab apa?”
Jodha: “Aku
setuju... karena pada kenyataannya ruangan itu cukup besar dengan tiga kamar
tidur dan aku menempati kamar tersendiri... dan selanjutnya aku menyadari rasa
cintaku untuknya... sejak itu kami pacaran...”
Sujamal: “Ceritanya
cukup singkat! Aku tidak percaya! Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu!”
Jodha
(merona): “Tidak! Aku menceritakan semuanya!”
Sujamal: “Benarkah?
Bagian yang tak kupercaya adalah kesadaranmu yang tiba-tiba! Aku yakin ada yang
terjadi sebelumnya!”
Jodha: “Aku
tidak mungkin menceritakannya sedetail itu... kau tetaplah adik laki-lakiku!
Lagi pula, sudah malam, kau harus tidur!”
Sujamal: “Yap!
Kau sebaiknya tidur juga! Jangan terjaga sampai larut malam!”
Jodha: “Dasar
kau! Tunggu sampai aku menangkapmu!”
****************
“Hmmm... jadi aku akan makan siang dengan Ruqs dan
Salima?” gadis itu menatap pria di depannya, yang sepertinya sudah bersiap
untuk meeting dengan kliennya.
“Iya, ini
mendesak... jangan khawatir, kita akan
menggantinya besok...” dia mencoba merayunya.
“Kau tahu,
Suja sudah tahu tentang kita... hari sebelumnya dia melihatmu saat ada di
rumahku...”
“Apa!”dia
berteriak saking terkejutnya, “ Apa lagi yang dilakukannya?”
“Dia tidak
bilang apa-apa pada orang tuaku... dan dia juga menyetujui hubungan kita...”
“Wow
sayang... aku tidak menyangka adikmu
sungguh... manis... maksudku dia seperti tipe yang, kau tahu, pembuat
masalah... tapi ternyata aku salah...”
“Bahkan
aku sama terkejutnya denganmu karena ternyata dia menyayangiku lebih dari yang
kubayangkan...”
“Kurasa
aku layak untuk sebuah ciuman manis dan lama dari kekasihku!”
“Hmmm... baiklah!”
Kedua
pasangan itupun menikmati ciuman mereka yang lama hingga mengaburkan semua
kekhawatiran mereka.
************
“Menyenangkan
sekali bisa berkumpul dengan sesama penari perut yang cantik!” Salima menggoda
saat mereka bertiga duduk satu meja. Sejak Jodha dan Jalal pacaran, mereka
jarang sekali bertemu saat makan siang karena pasangan itu selalu menghabiskan
waktu bersama. Berhubung Jalal ada meeting, maka mereka bisa bersama lagi.
“Aku punya
mie yang sangat enak untuk makan siang. Kalau kalian berdua?” Ruqs bertanya
pada yang lain.
Jodha
menjawab, “Aku punya paneer dan roti.”
“Kalau aku
bawa nasi dan kari...” ucap Salima.
Merekapun
mulai makan sambil tak henti mengobrol tentang semua tugas dan gosip. Jodha
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya saat ini, hingga sampailah
mereka pada topik yang sedang ramai diperbincangkan di kantor.
Ruqaiyya:
“Teman-teman! Bukankah Manager Sales yang baru sangat seksi?”
Salima: “Iya,
dia sangat menawan... semua gadis terpesona padanya!”
Jodha: “Aku
tidak! Aku sudah memiliki pria yang mempesonaku! Meskipun bisa kubilang
kepribadiannya sangat kuat...”
Ruqaiyya:
“Aku sudah mersakannya saat pertama kali dia datang untuk wawancara! Dia
kelihatan hebat dan tampan!”
Salima: “Kelihatannya
sesorang sedang jatuh cinta! Ruqs.. Ruqs! Jangan bermimpi!”
Jodha: “Kau
sudah sering menggodaku! Sekarang giliranku menggodamu!”
Ruqaiyya:
“Kalian ini! Pria itu tidak akan tahu!”
Salima: “Tetap
saja kami akan menggodamu!”
Mereka
tetap saling mengolok dan tertawa hingga waktu makan siang habis.
****************
“Ayah.. boleh
aku masuk?” putrinya mengetuk pintu.
“Masuklah...”
Jodha
masuk dan duduk di salah satu kursi. Dia membawa sebuah berkas untuk ayahnya. “Ayah,
ini berkas yang diminta Pak Presiden untuk diberikan padamu. Isinya tentang
tugas Departemen Sales selama kau tidak ada...”
Bharmal: “Sini,
biar kulihat...”
Bharmal
melihat sekilas isinya, sementara Jodha mulai memikirkan Jalal. Baru saja
melewati waktu makan siang, tapi dia sudah merindukannya. Harusnya mereka
menghabiskan waktu bersama! Dan ciumannya! Ya Tuhan! Tidak pernah mengecewakan!
Hanya dia yang mampu membuatnya lututnya terasa lemas! Betapa dia ingin Jalal
ada disana! Dia akan menemukan alasan untuk bisa bertemu dan bersama sepanjang
waktu.
“Jodha... Jodha...”
Gadis itu
masih melamunkan kekasihnya. Dia tidak mendengar panggilan ayahnya, bahkan dia
merasa seseorang sedang mengganggu mereka! “Tolong, tinggalkan kami! Jangan
mengganggu!”
“Jodha
anakku, kau baik-baik saja?” tanya Bharmal.
Suara
ayahnya yang terdengar sedikit cemas mengembalikan kesadarannya. Matanya
membelalak dan suaranya tercekat saat dia tersadar akan kebodohan dilakukannya.
“Umm... uhh.. maaf Ayah. Ada apa?”
Bharmal: “Apa
maksud perkataanmu, ‘Tolong, tinggalkan kami... jangan mengganggu’?”
Saat itu
benar-benar memalukan. Ditambah lagi, ketakutannya jika ayahnya bisa menduga
bahwa dia memikirkan Jalal. Jodha berusaha untuk mengatur napasnya. “Ayah,
sebaiknya aku pergi. Aku masih punya laporan yang belum selesai kukerjakan.
Kita akan bertemu di rumah....”
Jodha
mulai bangkit, bersyukur karena hampir bisa melewati masalah besar itu
namun...
“Tunggu,
Jodha...”
Wajahnya
mulai pucat, saat dia berbalik menatap ayahnya, yang lebih terlihat khawatir
daripada marah.
Jodha: “Iya...”
Bharmal: “Nak,
aku tidak tahu harus percaya atau tidak saat ibumu memberitahu kalau kau
bersikap agak aneh...”
Jodha: “Bersikap
aneh seperti apa?”
Bharmal: “Kau
tahu, terutama sejak kau pulang dari Miami... terlihat jelas... dia bilang kau
sering senyum-senyum sendiri dan aku tidak tahu, dia juga bilang kau terlihat
ceria... nak, ada yang belum kau ceritakan pada kami?”
Matanya
semakin melebar karena takut dan terkejut. Ini tidaklah bagus, tidak ada yang
lebih buruk daripada saat ibumu mencurigaimu! Dia harus berpikir cepat, atau
masalah ini akan semakin besar!
Jodha: “Ayah!
Aku baik-baik saja! Hanya saja aku bisa sedikit rileks sekarang... meski itu
perjalanan bisnis, tapi aku menikmatinya dan aku bisa kembali semangat bekerja!”
Karena
ayahnya terlihat puas dengan jawabannya, Jodha segera pamit dan beranjak pergi.
Menarik napas lega, dia langsung terduduk di mejanya.
Jodha: “Woah!
Nyaris saja! Kalau ayah mengetahuinya lebih baik aku mati saja! Sekarang lebih
baik aku konsentrasi bekerja lagi. Nanti Jalal akan menjemputku pulang, jadi
aku sudah tidak sabar menunggunya.”
Perjalanan
ke Miami memang telah membantunya rileks, hanya saja dia tidak memberitahu
ayahnya alasan yang sebenarnya. Bersama Jalal memberinya rasa nyaman dan aman.
Jatuh cinta sungguh menakjubkan! Dan dia menikmati setiap detiknya!
****************
Pasangan
itu duduk di dalam mobilnya, melaju ke arah rumah Jodha. Sudah agak malam saat
Jalal kembali ke kantor dari meetingnya, dan dia langsung menjemputnya. Dia
menyetir dan di sebelahnya Jodha sedang menatap kagum padanya. Kekasihnya itu
tetap terilhat segar sedangkan dirinya sudah berantakan penampilannya.
Jalal: “Hmmm...
ada apa? Kekasihku kenapa terus memandangku?”
Jodha
(sedikit melamun): “Umm... kau masih terlihat rapi! Coba lihat aku, wajahku
sudah kusut rasanya!”
Jalal: “Kau
tetap terlihat seksi... bahkan aku ingin melahapmu sekarang...”
Jodha: “Hmm...
kendalikan pikiranmu, Tuan Presiden... kalau tidak aku akan kabur!”
Jalal: “Aku
akan memegangmu kuat-kuat bahkan sebelum kau berniat kabur.”
Jodha: “Kau
tahu... aku ingin menciummu... tapi pertama-tama, perhatikan jalan!”
Jalal: “Sesuai
permintaanmu, Nona Jodha!”
**************
Mereka
sudah sampai di pintu lobi apartemen Jodha. Keduanya turun, dan berdiri di
balik mobil untuk menghindari petugas patroli malam. Sambil bergenggaman
tangan, mereka saling menatap penuh cinta.
Jalal: “Aku
sangat merindukanmu hari ini... aku senang bisa datang tepat waktu...”
Jodha: “Hmm..
aku juga.”
Jodha
memajukan tubuhnya untuk memeluk erat Jalal, seakan ingin meleburkan dirinya.
Jalal telah menjadi pusat hidupnya, sekarang dia tidak bisa membayangkan
sedetikpun tanpa bersama Jalal.
Jodha: “Jalal,
aku mencintaimu! Aku mencintaimu sampai mati!”
Jalal: “Aku
juga Jodha, semua kata-kata tidak akan mampu menggambarkannya!”
Dengan
terpaksa mereka memisahkan diri, menyadari kalau mereka tidak sedang berada di
ruangan pribadinya. Jodha tersenyum manis padanya.
Jodha: “Jadi,
boleh aku pergi sekarang?”
Jalal: “Tentu,
tapi sebelumnya.....”
Jalal
menunduk untuk mengecup bibirnya, membuatnya tersipu.
Jodha: “Kenapa
kau lakukan itu! Bagaimana kalau ada yang melihat?”
Jalal: “Kau
tahu, aku hanya memenuhi permintaanmu saat di dalam mobil tadi... jadi itu
bukan salahku.”
Jodha: “Kau
ini... sangat manis... baiklah, aku
pergi dulu.”
Jodha
berjalan masuk sambil melambai pada Jalal yang membalasnya dengan senyuman
lebar. Saat akhirnya dia masuk lift, Jalal mengendarai mobilnya pulang.
Mereka
tidak menyadari kalau seseorang memperhatikan apa saja yang mereka lakukan dari
arah balkonnya. Apakah ketakutan Jodha yang terbesar akan jadi nyata?
To Be
Continued
Precap:
“Jalal datang ke rumah Jodha untuk makan malam
FanFiction
His First Love Chapter yang lain Klik
Disini