By: Shenazzahra...... Hujan mulai turun mengalunkan nada
rindu pada dua insan yang saling mencinta. Jalal masih menggenggam erat kedua
tangan istrinya sambil berkata “Jodha, sudah malam. Mari kita masuk? mas
ngantuk. Hmmm,, apa mau ku gendong?”
Jodha
tersenyum sambil meledek, “Emangnya mas Bawelku kuat?”
Jalal
tertawa, “hehehe... enggak... bawa badan sendiri aja berat.” Keduanya pun
tertawa bersama lalu masuk kedalam rumah.
Sekarang
mereka telah berada di kamar. Setelah lama tidak berinteraksi secara intim
membuat keduanya nampak canggung. Melihat suaminya hanya duduk ditepi ranjang,
Jodha berinisiatif bertanya, “Kenapa mas tidak tidur, bukannya tadi bilang
ngantuk?”
Jalal
tersenyum sambil berkata, “Apa istriku tidak mau memberikan obat tidur?
Biasanya mas akan nyenyak tidur kalau sudah melakukan aktivitas yang bikin capek.”
Jodha
mengerutkan keningnya, “Maksudnya?? aku gak ngerti mas!!”
Jalal
menepuk jidatnya, “Ya Alloh, mengapa istriku gak mengerti juga. Kalau suaminya
begitu merindukannya.”
Sontak
Jodha tertawa, “hahahaha.. mas sih pake muter-muter segala. Oke honey, saya
dengar dan saya ta’at. Bukankah kau pernah bilang, ‘bahkan walau kau berada
dipunggung unta pun, ketika suamimu menginginkan “nya” kau harus menurutinya’
Aku selalu ingat itu mas bawelku.”
Jalal
tersenyum sambil menarik lembut hidung Jodha, mengecup lama kening Jodha lalu
berbisik mesra ditelinga istrinya, “Jangan lupa berdo’a biar syetan tidak ikut
menikmatinya.”
~Bismillahi Allohumma jannibnaa minasy
syaithooni wa jannibisy syaithooni maa rozaqtanaa (dengan menyebut nama Alloh,
ya Alloh jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang telah
engkau rizkikan kepada kami)~
Jalal
kembali berbisik, “Sayang, mau ala ustad atau ala preman?”
Jodha
tersenyum sambil berkata, “Memang apa bedanya mas?”
Jalal
tertawa, “hehehe. Bedanya kalau cara ustad kau harus membuka seluruh bajumu. Kalau
preman kau cukup membuka seperlunya saja.”
Merekapun
tertawa bersama-sama. Jodha mendaratkan tinju sayangnya kedada bidang Jalal
sabil berkata, “Masku ini lucu banget. Hahahah.. mmm.. aku pilih cara ustad... setuju???”
Jodha mengakhiri kata-katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Jalal
tersenyum melihat tingkah lucu istri tercintanya, “Jodha... tarik selimutnya.. jangan
sampai jin ngintipin kita. Sebangsa mereka itu bisa melihat apa yang kita
lakukan.”
Suara
hujan mengiringi malam indah dua insan yang sedang memadu kasih. Mencurahkan
segenap rindu yang selama ini menuntut pemenuhan.
====
000 ====
“Syukron
sayang., Kau telah memberiku obat tidur. Aku lelah sekali,” ucap Jalal.
Jodha
segera menarik tangan Jalal untuk bangun, “sayang.. kau harus ambil wudhu dulu,
baru boleh tidur. Bukannya kau yang bilang begitu.”
Jajal
segera menarik piyamanya sambil berkata, “siap..komandan..”
Jodha pun
mengikuti dari belakang. Mereka pun tertidur dengan pulas dengan kepala Jodha
menyandar di dada bidang sang Ikwan Agra.
====000====
Keesokan
paginya setelah shalat subuh, Jalal berinisiatif mengajak Jodha jalan-jalan.
Melihat matahari terbit dan berjalan di pematang sawah menikmati sejuknya udara
pedesaan dengan kicauan burung. Seluas mata memandang terhampar pemandangan
indah, padi yang mulai menguning. Sebagian nampak masih hijau, sangat kontras
dengan hiruk pikuk suasana kota. Jodha berjalan bertelanjang kaki, dia merentangkan
kedua tangannya menjaga kesimbangan. Tubuhnya menyusuri pematang sawah yang
cuma jalan setapak, berkali-kali Jodha kehilangan keseimbangan namun dengan
sigap Jalal segera menangkap tubuh istrinya. Tiba-tiba Jodha memegangi perutnya,
“uhukk.. Hueek.”
Jalal
panik, “Jodha, kenapa... kau sakit?”
Jalal
panik melihat kondisi Jodha. “sayang, kita pulang ya..ayo naik kepunggungku,” ujar
Jalal sambil Jongkok.
”Tidak
mas, aku jalan sendiri saja.. bukannya kau tidak kuat mengendongku” bantah
Jodha.
”Jodha
Dalam kondisi terdesak, seseorang akan mampu melakukan sesuatu yang diluar
batas kemampuannya, ayo cepetan ga usah bawel, lama2 ko lebih bawel dari
suamimu.”
Akhirnya
Jodha pun mengalah, dia naik ke punggung suaminya, menyandarkan kepalanya,
tangannya melingkar di leher Jalal, dengan suara lirih Jodha berkata, “berat ya
mas? kau tidak malu diliatin orang2.”
“tidak,
untuk apa aku malu.. kau sakit, sudah jadi kewajibanku sebagai suami memberikan
pelayanan yang terbaik.”
Jodha
tersenyum sambil berkata “syukron sayang.. kau begitu baik padaku, aku
bersyukur memiliki suami yang sadar tugas sepertimu.”
Jalal
terus berjalan, suasana masih agak gelap belum banyak orang yang beraktifitas
diluar rumah, sesekali mereka melintasi rumah dimana ada ibu2 yang sedang
menjemur pakainan, mereka tersenyum melihat dua insan yang terlihat begitu
romantis.
”Jodha,
kau mau dengar cerita tentang bidadari surga?”ucap Jalal sambil membetulkan
posisi gendongannya.
“tentu
sayang,”jawab Jodha.
Jalal
mengatur nafasnya, aga repot memang mengendong sambil bercerita, karena harus
membagi membagi tenaganya... “Jodha, seorang laki2 ahli surga disediakan 72
bidadari oleh Alloh, kadang2 bidadari2 itu minta izin pd Alloh untuk turun ke
langit bumi, mengintip sang pujaan hatinya dari balik awan, mereka tidak suka
bila sang pujaan hatinya mendapat pendamping yang tidak ta'at pd suaminy,
begitu pula dg Alloh SWT tidak menyukai seorang istri yang tidak pandai
berterimakasih pada suaminya. Namun ada yang membuat para bidadari itu iri.”
“apa itu
mas?”sela Jodha.
Jalal: “Bidadari
itu iri pd istri yang ta'at sama suaminya, selama ketaatan itu bukan pd
perbuatan dosa, dan kau telah membuat mereka iri.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jalal
telah sampai di depan rumahnya, ibu Hameeda dan Dewi kaget melihat yang terjadi
dg Jodha, setelah membersihkan kakinya yang penuh lumpur sawah, Jalal
membimbing Jodha masuk kamar. “ibu adakah dokter disekitar sini?” tanya Jalal
khawatir.
Hameeda perfikir
sejenak hingga akhirnya dia tersenyum “nak, kau ingat Fara teman SMP mu,
anaknya pak Muhammad tetangga kita, dia sekarang sudah jadi dokter, sebentar
ibu cari no tlp nya, semoga dia bisa menolong kita.”
Hameeda
bergegas menuju kamarnya, dia pun segera menelepon Fara. Tak berapa lama suara
bel berbunyi, tak sabar Jalal membukakan pintu. Benar saja Fara teman SMP nya
telah berdiri di depan pintu, namun apa yang terjadi dg Fara, dia terkesima,
menatap tak berkedip sosok laki2 yang keluar dari balik pintu, Fara terpesona
dg karisma teman SMPnya, wajahnya yang teduh, sorot matanya yang adem..nyesss
rasa aneh menyiram qolbunya. Terkenang kembali masa belasan tahun yang lalu
ketika mereka sering pulang sekolah barsama menyusuri pematang sawah, Jalal
adalah laki2 pertama yang membuatnya jatuh cinta, meski hanya cinta monyet dan
belum sempat terungkap namun masa2 itu sangat berkesan.
“Fara
bisakah kau menolongku, istriku muntah2, tolong periksa dia” kata Jalal,
sontak
membuyarkan lamunan Fara, ”oh..i..iya.. tentu saja, aku akan memeriksanya.”
Mereka
bergegas kekamar, Fara memeriksa kondisi Jodha, tak berapa lama Fara
tersenyum..”selamat Jalal kau akan memiliki penerus.”
Semuanya
tersenyum lega, Ibu Hameeda dan Dewi segera memeluk Jodha, Fara pun pamit.Hameda
dan Dewi keluar dari kamar.
Jalal
duduk ditepi ranjang dielus perut istrinya penuh cinta “Jodha, aku merasa jd
lelaki sesungguhnya”dia pun melanjutkan kata2nya “Jodha kau tau, dua rakaat
shalat wanita hamil sama dg 80 rakaat shalatnya wanita biasa, malaikat akan
beristighfar unk wanita hamil, pd siang hari wanita hamil mendapatkan pahala
puasa dan malam harinya mendafatkan pahala qiyamu lail.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Di Kamar
Ikhwan Agra, Jalal sedang memuroja'ahi istrinya,mengecek hafalan Jodha, selama
hampir setahun menikah, Jodha sudah mengahafal 2 juz Al Qur'an, sebuah prestasi
yang membanggakan bagi seorang mualaf.
Jalal: “sayang
kau pernah dengar seorang ibu hamil yang menyukai surat Al Kahfi, setiap saat
ibu tersebut selalu melantunkan surat Al Kahfi..tanpa disadari anak tsb merekam
apa yang didengarnya bahkan sejak ia di dlm kandungan, itu terbukti ketika
mulai bisa bicara yang keluar dari mulutnya bacaan surat Al Kahfi.”
Jodha tersenyum
sambil mengelus perutnya perlahan tangan Jalal juga ikut mengelus perut
istrinya. ”kau dengar suara abi sayang?” telinga Jalal pun ditempelkan diperut
Jodha.. seolah ingin mendengar jawaban dari anaknya.
”apa yang
kau dengar Abi?”tanya Jodha.
”dia
bilang iri melihat kisah cinta sejati ummi sama abinya yang banyak dikisahkan
oleh para penulis.”
Jodha pun
tersenyum, “tidurlah disini,” kata Jodha sambil membimbing kepala Jalal agar
tidur dipangkuannya, perlahan jemarinya menyisir rambut Jalal yang sedikit
gondrong dia berkata “sekarang ummi mau cerita unk dedek bayi dan laki2 tampan yang
ada di pangkuanku.. mm.. alkisah ada seorang istri memiliki rambut yang sangat
panjang, banyak orang yang sudah menawar rambutnya, suatu hari sang istri
meminta dibelikan sisir pd suaminya, bukan tidak mau membelikan, namun sepedah
tua 'satu2 nya kendaraan yang mengantarnya kerja' jd kuli panggul di pasar pun
belum sempat iya ganti bannya. Keesokan harinya sang suami pergi kepasar,
dijualnya sepedah tua dg harga murah, dia pun membeli sisir dan bergegas pulang
namun ketika pulang dia kaget melihat rambut istrinya telah dipotong pendek, 'aku menjual rambutku unk membeli ban
sepedahmu'... 'dan aku menjual
sepedahku untuk membelikan mu sisir' jawab suaminya. Mereka pun menangis, bukan
krena rambut atau pun speda yang telah tiada, namun terharu dg yang dilakukukan
pasangannya. Cinta sejati bukan hanya kata2 tapi
terletak pd perbuatan dan pengorbanan yang dilakukan.”
To Be
Continued