By: Resza Restu Nirmala........ "Jodhaaaa....” teriak Jalal dalam mimpinya dan diapun terbangun dari tidurnya.
Dia mengusap wajahnya lalu mengedarkan pandangan matanya ke wajah Nadha. Jalal membelai rambut dan pipi Nadha sambil berkata, "buka matamu sayang, jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu, membutuhkanmu. Aku tidak sanggup lagi untuk hidup jika kamu tidak ada disisiku. Kehadiranmu, cintamu, kasih sayangmu telah mengubah hidupku. Sekarang kamu tidak punya hak untuk meninggalkanku pergi, Nadha. Jika kamu pergi meninggalkanku, maka aku akan ikut bersamamu. Aku memaksamu untuk kembali, kamu tidak boleh pergi meninggalkanku!!” pinta Jalal, menutup matanya sambil menangis dipunggung tangan Nadha.
Jalal mengusap air matanya yang mengalir dan dia segera bangkit dari kursinya. Namun saat dia berdiri dan beranjak pergi, jarinya yang bertautan dengan jari Nadha tidak dapat dilepaskan. Jalal merasa seolah-olah tangannya ditahan oleh Nadha. Tiba-tiba Jalal merasakan pergerakan perlahan dari jari-jari Nadha. Dia diam sebentar untuk mencoba merasakan kembali pergerakan dari jemari Nadha dan benar, jemari itu bergerak lagi secara perlahan. Lalu dia berbalik ke arah Nadha dan dia mengamati wajah Nadha, bibir dan lehernya seperti orang yang sedang menelan sesuatu. Perlahan Nadha mengerjap-ngerjapkan matanya. Samar-samar melihat lalu dia mengedarkan pandangan matanya, setelah menemukan apa yang dicarinya dia berkata terbata-bata, "Ja...Ja...Jalallll...".
Jalal yang mendengar Nadha memanggil namanya nampak sangat terkejut. Dia tidak percaya sama apa yang di dengarnya. Namun, ketika dia melihat Nadha yang sudah membuka matanya. Raut wajahnya berubah menjadi sumringah. "Iya, sayang. Aku ada disini.” ucap Jalal sambil mendekatkan wajahnya ke arah Nadha.
Tanpa pikir panjang, Jalal langsung memanggil dokter atau perawat yang sedang berjaga. Tak lama kemudian dokter dan seorang suster datang untuk memeriksa kondisi Nadha. Dokter tersebut nampak terkejut karena pasien sudah siuman dari koma. Dokter jaga tersebut langsung memeriksa Nadha dan menyuruh suster yang bersamanya untuk melepaskan alat-alat penunjang kehidupan yang terpasang di tubuh Nadha kecuali infus IV dan alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya. Jalal hanya bisa memerhatikan dokter yang sedang memeriksanya. Setelah selesai memeriksa Nadha, dokter hanya mengatakan kalau saat ini Nadha tidak boleh banyak bergerak dahulu. Harus istirahat. Untuk tindakan lanjutan, akan dilakukan oleh dokter yang menangani Nadha.
Lalu dokter dan suster yang bersamanya pun pergi meninggalkan ruangan tersebut. Jalal kembali menghampiri Nadha dengan wajah senang dan masih sedikit menyiratkan kecemasan, dilihatnya wajah kekasihnya itu yang nampak pucat masih terbaring lemah.
"Jalal....” sebelum Nadha melanjutkan ucapannya Jalal sudah memotongnya, "sssttttt...., lebih baik kamu beristirahat dahulu sayang. Aku akan menjagamu dan selalu berada disisimu.” ucap Jalal sambil membelai rambut dan pipi Nadha lalu mencium kening Nadha untuk menenangkannya.
Jalal kembali duduk di samping Nadha dan memegang tangannya untuk menandakan kalau dia ada disisinya. Nadha pun kembali tidur karena efek obat yang diberikan oleh dokter kepadanya. Selama Nadha tertidur, Jalal menghubungi Hameeda dan Meinawati, mereka nampak kaget dan bahagia mendengar kabar bahwa Nadha sudah siuman.
Ketika pagi menjelang, Nadha mulai membuka matanya kembali. Jalal yang melihatnya langsung menyambutnya dengan wajah penuh senyuman. "Selamat pagi, sleeping beauty. Bagaimana kondisimu?? Apa yang kamu rasakan saat ini, sayang??” tanya Jalal dengan wajah penuh kebahagiaan. "Pa... pagi juga Jalal. Ke.. kepalaku terasa sedikit sakit.” jawab Nadha sambil memegang kepalanya berdenyut. Jalal terlihat khawatir ketika melihat Nadha sedang meringis kesakitan. Tiba-tiba datang dua orang perawat yang memeriksa Nadha dan juga untuk membersihkan tubuhnya. Salah seorang perawat meminta Jalal untuk keluar dari ruangan dan Jalal pun mengikuti perintahnya. Setelah 20 menit menunggu diluar. Jalal dipersilahkan masuk kembali.
Senyuman di wajahnya tidak pernah lepas ketika dia mendekati Nadha dan melihat wajahnya sudah nampak lebih segar, tidak terlalu pucat lagi. Tak berapa lama, datang seorang petugas RS membawakan makanan untuk Nadha. Petugas itu menaruhnya di sebuah meja lalu dia berlalu dari sana.
Jalal menarik meja makan khusus untuk pasien ke arah Nadha dan berkata, "kamu makan ya, sayang. Biar aku suapin.” sambil melepaskan plastik yang menutupi makanan tersebut. Dengan telaten, Jalal menyuapi Nadha. Sesekali Jalal mengeluarkan senyum mautnya dan Nadha yang melihat senyuman itu nampak merona kemerahan pipinya. Setelah selesai menyuapi Nadha, Jalal membereskan peralatan makannya dan menyingkirkan meja itu ke salah satu sudut ruangan. Lalu dia memberikan obat yang diberikan oleh dua perawat tadi dan Nadha meminumnya. Kemudian Jalal membetulkan posisinya Nadha.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar Nadha dan pintu itu terbuka. Masuklah Hameeda, Meinawati dan Bharmal. Ketika melihat Nadha yang sudah siuman, mereka semua nampak sangat bahagia. Hameeda yang pertama kali memeluk dan mencium kening serta pipi Nadha dan Nadha membalas pelukannya.
Ketika Meinawati menghampirinya, Nadha berkata, "ma... mama....” mata kelincinya mulai digenangi oleh air mata. Semua orang yang mendengar Nadha memanggil Meinawati dengan sebutan "mama.” nampak sangat terkejut dan terheran-heran. "Ii... ini aku, mama. Pu... putri kecilmu. Jo... Jodhaaa.” ucap Jodha terbata-bata dan airmata yang terbendung sedari tadi mulai tumpah.
Meinawati langsung memeluk Nadha dan menangis bersamanya sambil memanggil, "Jodhaaa... benarkah kamu Jodha?? Benarkah ini putri kecilku yang sudah lama hilang??". Meinawati melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Jodha untuk mengetahui kebenarannya. "Iya mama, aku adalah Jodha. Putri kecilmu yang selalu menyusahkanmu, yang membuatmu berlari keliling rumah untuk mengejarku.” jawab Jodha bahagia campur sedih.
Mereka berpelukan lagi dan Bharmal mendekati mereka berdua. Meinawati melepas pelukannya lalu berdiri dan bergantian kepada Bharmal untuk memeluk Jodha. Ketika melihat Bharmal, Jodha pun berkata, "pa... papa.” kembali nangis dan memeluknya. Meinawati kembali bergabung memeluk mereka berdua.
Sungguh pemandangan yang sangat mengharukan. Meinawati dan Bharmal benar-benar sudah menemukan putri kesayangan mereka. Jalal dan Hameeda yang melihatnya ikutan menangis. Jalal tidak percaya kalau Nadha benar-benar sudah mengingat kembali siapa dirinya sebenarnya. Jalal yang melihat hal itu tidak tahan dan dia pergi keluar dari kamar itu untuk mencari udara segar.
Dia pergi ke salah satu bagian komplek terbuka di RS tersebut. Perasaan Jalal saat ini campur aduk. Senang, sedih, bingung dan bimbang. Dia senang karena Jodhanya sudah kembali. Namun dia bimbang akan kenyataan bagaimana menghadapi Jodha nantinya karena dia tidak mau terjadi kesalahan seperti yang sudah terjadi dan mengakibatkan Nadha/Jodhanya hampir tewas. Cukup lama Jalal berada diluar untuk menenangkan pikirannya. Batin dan pikirannya bergulat menghadapi kenyataan yang ada.
Setelah Jodha cukup lama berpelukan dan mengobrol dengan kedua orang tuanya dan juga Hameeda. Jodha mengedarkan matanya mencari sosok Jalal. Ketika tidak menemukannya, wajah Jodha mulai merengut. "Kemanakah dia?? Bukankah seharusnya dia bahagia kalau Jodhanya sudah kembali sehingga dia tidak akan salah lagi untuk memanggil diriku??!!” batin Jodha bertanya-tanya dengan memasang muka manyun.
Akhirnya Jalal kembali ke kamar Jodha. Jalal menghampiri Jodha dengan ekspresi muka bingung. Ya, bingung bagaimana menghadapi Jodha. (kayak di serialnya setelah Jodha sadar dari racun Benazir, Jalal kikuk menghadapi Jodha)
Jalal sudah dekat dengan Jodha. Mereka tidak berbicara hanya saling memandang. Terlihat jelas betapa Jalal sangat merindukan dan mencintai wanita yang ada dihadapannya saat ini. Sepertinya dia sudah tidak perduli apakah ini Nadha maupun Jodha. Baginya dua sosok wanita itu adalah satu yang berada di tubuh Jodha.
Tiba-tiba dokter Pratap datang ke kamar Jodha bersama dengan seorang suster. Dia nampak kaget mendengar kabar bahwa Jodha sudah siuman. Setelah selesai memeriksa Jodha, dia pun berkata, "saya ikut bahagia melihat kau sudah siuman, Nadha. Aku hampir....” ucapan dokter Pratap dipotong oleh Jodha. "Jodha... namaku Jodha, Dok. Bukan Nadha lagi.” dengan senyuman Jodha menegaskan. Dokter Pratap terkejut mendengar hal itu dan berkata, "a... apa tadi kau bilang? Jodha?! Benarkah tadi kau bilang, namamu adalah Jodha?! Bukan Nadha?! Jadi sekarang kau sudah bisa mengingat lagi akan kenangan masa lalumu??” tanya Dr. Pratap memastikan sambil memeriksa Jodha kembali.
Setelah selesai memeriksa Jodha. Dr. Pratap kembali berkata, "setelah mengetahui bahwa ingatanmu sudah kembali. Aku akan melakukan beberapa test pemeriksaan kepadamu untuk memastikan bahwa kondisimu baik-baik saja, tidak ada side effect akibat dari tabrakan itu". Lalu Dr. Pratap memerintahkan perawatnya untuk menyiapkan semua pemeriksaan yang akan dijalani oleh Jodha.
Dr. Pratap berlalu dari sana dan menunggu Jodha diruang pemeriksaan. Salah seorang suster masuk sambil membawa kursi roda. Jalal membantu Jodha untuk bangun dari tempat tidurnya dan mendudukkannya di kursi roda tersebut. Suster tersebut mendorongnya dan membawanya menuju ke ruang pemeriksaan. Jalal berjalan di sampingnya dan tangannya tetap memegang tangan Jodha. Hameeda, Meinawati dan Bharmal mengikutinya dari belakang.
Jodha melakukan tes CT scan/MRI kembali. Lalu rontgen, cek darah dan serangkaian tes lainnya. Sepanjang melakukan tes itu Jalal beserta orang tuanya Jodha selalu mendampinginya. Akhirnya serangkaian pemeriksaan tersebut selesai sore hari dan Jodha kembali ke kamarnya. Terlihat gurat-gurat kelelahan di wajah Jodha. Jalal membantu Jodha untuk pindah posisi dari kursi roda ke tempat tidurnya. Lalu Jalal menarik selimutnya dan membiarkan Jodha untuk beristirahat. Namun saat Jalal akan pergi, Jodha sudah menangkap tangan Jalal. Jalal merasakan hal itu langsung membalikkan badannya dan mengerti akan maksud Jodha bahwa dia ingin Jalal selalu berada di sampingnya. Jalal pun duduk di samping Jodha dan mereka hanya saling memandang dan tersenyum kemudian Jodha tertidur.
Sekitar pukul 7 malam, Jodha bangun dari tidurnya. Ketika ia membuka matanya senyuman manis dari Jalal lah yang menyambutnya dan Jodha pun membalas senyuman itu dengan tak kalah manisnya. "Hai, my sleeping beauty. Hampir saja aku akan menciummu untuk membangunkanmu.” goda Jalal dan mengeluarkan senyum mautnya. "Coba saja jika kamu berani.” sahut Jodha sengit karena Jalal sudah mulai menggodanya lagi. "Kamu menantangku, sayang?? Baiklah, aku akan melakukannya!!” jawab Jalal sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha.
Jodha hanya bisa diam mematung dan dia menyesali karena telah menantang Jalal. Saat Jalal melancarkan aksinya itu dan sedikit lagi bibir mereka bertemu, pintu kamar Jodha terbuka dan masuklah Hameeda beserta kedua orang tua Jodha. Jalal yang menyadari hal itu langsung menghentikan aksinya dan rupa wajah mereka berdua seperti maling yang ketauan aksinya alias linglung. Setelah mereka cukup lama saling mengobrol, Hameeda, Meinawati dan Bharmal pamit pulang. Jalal menemani mereka keluar sampai di depan kamar Jodha. Jalal kembali masuk ke dalam kamar dan mendekati Jodha yang duduk menyandar di atas tempat tidur dan Jalal duduk di ranjang dekat kaki Jodha. Pas mereka cuma berdua, Jalal hanya memandang Jodha dengan sendu.
"Kya hua, Jalal?? Kenapa kamu memandangku seperti itu?” tanya Jodha salah tingkah karena dipandang secara tajam oleh Jalal. "Aku sangat bersyukur karena kamu tidak meninggalkan aku lagi seperti dulu. Untuk sedetik aku mengira kamu benar-benar pergi ketika aku tidak dapat mencegahmu di lorong itu...!” jawab Jalal sedih dan menundukkan kepalanya lalu Jalal menarik nafas dan membuangnya kemudian dia menatap mata Jodha lagi.
Sambil memegang tangannya, Jalal kembali berkata, "di lorong yang gelap itu aku melihatmu sedang berjalan menuju sebuah cahaya yang sangat menyilaukan. Aku menangkap tanganmu dan berusaha mencegahmu pergi. Namun, kamu tetap saja pergi setelah kita melakukan perdebatan panjang dan aku hanya bisa pasrah melihat kepergianmu.” ucap Jalal sedih dan hampir meneteskan airmata.
Mendengar penjelasan Jalal membuat perasaan Jodha menjadi sedih, ia melepaskan pegangan tangannya dari Jalal dan memegang kedua pipi Jalal dan menariknya sehingga mereka saling berpandangan. "Jalal, lihatlah aku. Sekarang aku ada disini, dihadapanmu. Aku tidak akan pergi kemanapun lagi. Cintamu yang membawaku kembali padamu. Mulai sekarang kita akan selalu bersama. Tidak ada lagi yang akan memisahkan kita.” ucap Jodha menenangkan Jalal dan mereka pun berpelukan erat menumpahkan segala kerinduan yang ada dihati.
Setelah puas mengobrol. Jalal menyuruh Jodha untuk tidur. Jalal membenarkan posisi Jodha dan menarik selimutnya lebih rapat menutupi tubuhnya. Jalal duduk disamping Jodha dan membelai lembut kening serta tubuh Jodha dan Jodha pun tertidur. Akhirnya rasa kantuk yang ditahannya sudah tidak terbendung dan Jalal pun ikut tidur. Tidur mereka kali ini terasa damai karena mereka tidak akan saling kehilangan satu sama lainnya.
*******************
Keesokan paginya, Jalal dan Jodha sudah bangun. Tubuh Jodha sudah dibersihkan oleh suster. Terdengar suara pintu kamar terbuka dan masuklah Meinawati serta Bharmal. Selang beberapa menit, datang Hameeda dan nenek Athifa.
Ketika nenek Athifa diberitahu bahwa ingatan Jodha sudah kembali, dia sangat terkejut dan bahagia. Tidak bisa dipungkiri perasaan Nenek Athifa saat ini sangat bahagia dan juga sedih karena itu berarti Jodha tidak akan tinggal lagi bersamanya.
"Aku tak tahu sekarang aku harus memanggilmu apa. Bertahun-tahun aku sudah sangat terbiasa memanggilmu Nadha namun, sekarang aku harus membiasakan diri memanggilmu dengan nama yang diberikan orang tuamu.” ucap nenek Athifa dengan nada sedih. "Apakah nenek merasa sedih? Nenek...!! sampai kapanpun aku tetaplah Nadhamu, cucu nenek. Walaupun ingatanku telah kembali aku tetap menyayangi nenek seperti dulu.” ucap Jodha sedih dan memegang tangan nenek Athifa bermaksud menegaskan ucapannya. "Iyaa... kau memang cucu nenek, cucu kesayangan nenek yang paling cantik dan aku sangat bersyukur ingatanmu telah kembali. Aku bahkan lebih bahagia melihatmu menemukan keluargamu.” sahut nenek Athifa dan airmata yang sedari tadi ditahannya akhirnya tumpah. Jodha yang melihat hal itu langsung memeluknya dan akan selalu menganggap nenek Athifa sebagai bagian dari keluarganya.
Menjelang siang Dr. Pratap mengadakan visit ke kamar Jodha. Dia datang bersama seorang suster. Mereka memeriksa Jodha lalu Dr. Pratap menjelaskan perihal hasil pemeriksaan Jodha kemarin. "Setelah saya periksa mengenai hasil testmu kemarin. Kau mengalami kondisi yang disebut dengan istilah Traumatik Amnesia. Hal itu terjadi ketika kekerasan pada bagian kepala baik karena kecelakaan kendaraan ataupun karena mengalami pukulan benda keras di kepala...". Dokter Pratap berhenti sebentar untuk menarik nafas dan melanjutkan penjelasannya, "dampak dari benturan atau trauma yang terjadi di kepala akan menyebabkan memori dapat kembali normal atau tidak namun hal ini tergantung seberapa parah kerusakan otak. Oleh sebab itu waktu kepalamu terbentur lagi dan mengalami koma kembali, aku sangat cemas dengan kondisimu saat kau sadar nantinya mengingat sebelumnya kau mengalami amnesia sewaktu sadar". "Lalu, dok. Bagaimana ingatan Jodha bisa kembali?” tanya Jalal penasaran. "Apakah kau masih ingat Jalal saat aku bilang kepada kalian untuk selalu mengajak Jodha berbicara atau membacakan buku-buku kesayangannya??” tanya Dr. Pratap. "Iya, dok. Aku ingat. Tapi apa hubungannya?” jawab Jalal penasaran. "Meskipun saat itu kondisi Jodha sedang koma atau tidak sadarkan diri, walaupun ga bisa apa-apa tapi daya kerja otaknya mampu menangkap kejadian apapun yang ada disekitarnya. Ya bisa dibilang, secara tidak langsung apa yang kau lakukan itu membangunkan alam bawah sadarnya sehingga memicu kinerja otaknya. Saat ini belum ada penjelasan medis secara pastinya. Ya...bisa dibilang apa yang terjadi sama Jodha saat ini adalah sebuah Keajaiban. Aku masih ingat betul bagaimana dulu Jodha menjalani terapinya untuk mengembalikan ingatannya. Yang ada dia mengalami mimpi buruk dan kepalanya sering sakit. Akhirnya aku menghentikan terapinya.” ujar Dr. Pratap sambil melihat ke seluruh wajah yang ada dihadapannya.
"Oya, sepertinya selain keajaiban ada hal lainnya yang menjadi penyebab Jodha bisa mengingat kembali yaitu kekuatan cinta. Cinta dari keluarga dan juga cinta kalian berdua. Sekian penjelasan dari saya.” ujar Dr. Pratap menatap Jalal dan Jodha bergantian lalu beranjak pergi. Ucapan Dr. Pratap berhasil membuat wajah kedua orang itu merona kemerahan dan tersipu malu. Baik Jalal maupun Jodha tersenyum bahagia mendengarkan penjelasan darinya.
Ketika akan beranjak dari sana Dr. Pratap membalikkan badannya dan berbicara kembali, "aku hampir saja lupa. Jodha jika keadaanmu terus membaik selama 2 hari kedepan maka kau sudah boleh pulang.” sambil senyum lalu membalikkan badannya dan berlalu dari kamar itu.
Setelah kepergian Dr. Pratap, semuanya nampak bahagia karena Jodha akan segera pulang ke rumah. Jalal dan Jodha saling memandang, nampak rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka. Begitu pula Hameeda dan kedua orang tua Jodha serta nenek Athifa. Bharmal dan Meinawati segera menelepon Moti dan Rahim untuk membuat penyambutan kepulangan Jodha di rumah. Mereka juga menelepon Maan Singh, kakak Jodha lainnya untuk pulang ke India. Setelah menyelesaikan kuliah S1 nya di Mumbai. Maan Singh melanjutkan S2 nya di USA dan bekerja disana.
Sore harinya Meinawati, Bharmal dan Hameeda pamit pulang karena mereka ingin membuat pesta kejutan kecil-kecilan untuk menyambut kepulangan Jodha kerumah. Kembali Jalal dan Jodha berdua saja di kamar. "Jalal, maukah kamu membawaku keluar dari kamar ini?? Aku bosan di dalam kamar terus.” pinta Jodha manja. "Tapi sayang, kamu itu masih lemah. Nanti kalau kepalamu tiba-tiba sakit lagi bagaimana?” jawab Jalal memberi pengertian.
Jodha hanya bisa mendengus kesal karena tidak diperbolehkan keluar oleh Jalal. Melihat wajah Jodha yang merengut akhirnya Jalal mengabulkan keinginannya dan membawanya ke taman yang ada di RS. Mereka berdua duduk dibangku taman. Jodha menyandarkan kepalanya di bahu Jalal. "Kamu tahu sayang?? Aku sangat bahagia sekali karena sekarang kamu sudah kembali ke sisiku. Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku akan selalu menjagamu.” ucap Jalal. "Aku juga bahagia, Jalal. Benarkah kamu akan selalu menjagaku dan tidak melepaskanku lagi??” ucap Jodha mengangkat kepalanya dan menatap mata Jalal. "Yes, my love. I promise.” memegang kedua pipi Jodha dan menatapnya tajam lalu mencium keningnya.
Jodha kembali menyandarkan kepalanya dibahu Jalal dan Jalal memeluknya. Ketika dia memegang tangan Jodha yang melingkar cincin bermata green diamond dijarinya, Jalal nampak memikirkan sesuatu. Cukup lama mereka berdua berada di taman dan tak terasa langit semakin gelap dan udara semakin dingin. Jalal membawa Jodha kembali ke kamarnya..... TBC-->Part 34
FanFiction Love From The Past Part yang lain Klik Disini Precap: Jodha pulang kerumah, Jalal melamar Jodha kembali dan meresmikannya. Ruq menculik Jodha...