Translate by Chusnianti
Sebulan telah berlalu dengan cepat bagi
Jodha maupun Jalal. Mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama-sama, karena
persiapan konferensi yang perlu dilakukan. Dia akan menghabiskan sebagian hari
untuk menyelesaikan pekerjaannya sementara bagian lainnya dihabiskan di kabin
Jalal. Dia hampir tidak bertemu Salima dan Ruqaiyya dan mereka akan bertemu
hanya selama istirahat makan siang. Jalal dan Jodha semakin dekat selama waktu
ini. Dia akan menjemputnya dari rumah setiap hari dan juga mengantarnya pulang.
Bharmal juga telah tahu tentang konferensi
dan sangat senang bahwa Jalal telah memilih putrinya untuk menghadiri
konferensi dengannya. Mainavati pada awalnya bersikap skeptis tentang mengirim
dia begitu jauh dari dirinya sendirian, tetapi akhirnya dia menyimpulkan bahwa
itu akan baik untuk karirnya. Ia juga telah melihat bahwa putrinya telah mulai
bersinar luar biasa dan curiga tentang apa yang sedang terjadi dalam hidupnya.
Tapi ia akhirnya menghibur diri berpikir bahwa dia mungkin benar-benar bahagia dengan
pekerjaannya.
Perasaan Jodha pada Jalal telah tumbuh
selama sebulan. Dia benar-benar mulai peduli pada kesejahteraan dan
kesehatannya. Itu adalah sesuatu yang jauh lebih daripada tergila-gila atau
naksir padanya. Gerakan Jalal yang manis dan bijaksana telah memenangkan
hatinya. Dia tidak sabar untuk bertemu dengannya setiap pagi, dan ketika ia
pulang ke rumah setiap malam, dia akan gelisah berharap untuk hari berikutnya
segera datang. Dia tidak memberitahu siapa pun dari keluarganya tentang Jalal yang
menjemput dan mengantarnya. Dia bahkan meminta Jalal untuk memarkir mobilnya
jauh dari pintu masuk gedung nya sehingga ibunya tidak akan melihat.
Perasaannya padanya tulus dan suci. Tetapi dia tidak menyadari bahwa dia
benar-benar mencintainya. Dia tidak bisa melihat dia terluka dan akan
memastikan bahwa ia akan tersenyum. Karena persiapan, Jodha juga mengunjungi
rumahnya dan telah berhubungan dengan baik dengan Ibu Jalal.
Dari pihak kantor, hanya Salima dan
Ruqaiyya yang tahu apa sebenarnya yang telah terjadi. Keduanya telah menutup
mulut mereka rapat-rapat supaya ayah Jodha tidak mengetahui hal itu sehingga
Jodha akan mendapatkan kesulitan. Setiap orang dari kantor, termasuk Bharmal,
percaya bahwa interaksi Jodha dan Jalal benar-benar profesional. Keduanya
cerdik menghindari mata publik dengan dalih persiapan kerja dan konferensi.
Jalal telah benar-benar menghargai dan
menikmati waktu yang telah mereka habiskan bersama-sama. Ia berharap untuk
pergi ke Miami, karena ia telah merencanakan banyak hal untuk mereka lakukan
meskipun konferensi. Jodha tidak hanya melihat ke depan untuk konferensi,
tetapi juga untuk menghabiskan waktu dengan Jalal.
Setelah semua pengepakan dilakukan, Jodha
kembali memeriksa daftar sekali lagi untuk melihat jika dia melupakan sesuatu.
Setelah memastikan bahwa segala siap, Dia menghela napas lega. Dia membawa dua
kantong untuk dimasukkan kedalam bagasi dan dia membawa tas tangannya
bersamanya. Karena saat itu di Miami sedang musim panas, Jodha telah menyiapkan
pakaian formal musim panasnya, warna, dan bahkan pakaian renang. Dia melihat
jam tangannya, dan itu menunjukkan pukul 8 malam. Perjalanan ke bandara sekitar
4 jam dan dia akan bertemu Jalal disana. Keluarganya memutuskan untuk mengantar
Jodha ke Bandara, mereka sedikit takut karena Jodha akan melakukan perjalan
jauh ke luar negeri sendirian.
Setelah makan malam, Jodha mengganti
pakaiannya. Dia mengenakan t-shirt putih dengan celana jins biru dan mengenakan
sepatu warna hitamnya. Ia membawa sepasang piyama untuk dipakai selama
penerbangan, karena itu hampir 21,5 jam penerbangan dengan one stop. Dia
melakukan sedikit make-up dan menunggu di ruang tamu.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jalal juga telah menyelesaikan pengepakan
semua hal yang ia perlukan. Ia juga membawa sepasang celana renang nya dan
pakaian musim panas lainnya dengan pakaian resmi nya. Ia juga ingat untuk
membawa tas laptop nya. Setelah makan malam, dia melanjutkan untuk berdandan.
Ia mengenakan kemeja krem dan terselip di jeans hitam-nya. Ia menyelesaikan
tampilan dengan sepatunya Burberry cokelat. Ia memakai Köln dan memeriksa
waktu; ia perlu bernagkat segera. Dia memeluk ibunya, yang memberkati dia dan
kemudian memberitahu sopir untuk membawanya ke bandara.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jodha memeriksa tiket nya dan memberitahu
ayahnya untuk membawa mobil ke Terminal 2 dari Mumbai International Airport.
Mereka terbang naik pesawat Lufthansa Airlines dan selama dua setengah jam
singgah di Frankfurt. Penerbangan dari Mumbai ke Frankfurt itu sendiri selama
delapan setengah jam, kemudian sembilan setengah jam penerbangan dari Frankfurt
ke Miami.
Akhirnya mereka sampai di terminal. Bharmal
mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawa Jodha. Jodha turun untuk mencari
troli agar ayahnya bisa menempatkan barang bawaannya di atasnya.
Mainavati turun dari mobil dan memeluk
Jodha dengan erat. “Sayang, setelah kamu sampai disana, segera hubungin kami.”
Jodha tersenyum, “Haan Ma, aku pasti akan segera menghubungi kalian.” , “Oke
sayang, semoga perjalananmu aman. Kita akan bertemu lagi mungkin setelah satu
minggu.” , “Jangan khawatir, Ma. Aku akan aik-baik saja. Presdir juga ada
bersamamu!” Mainavati tersenyum dan mencium dahinya. Jodha juga memeluk ayah dan saudara laki-lakinya.
Kemudian dia menuju pintu masuk, menunjukkan tiket dan paspor kepada personil
keamanan, setelah itu dia melambaikan tangannya kepada keluarganya. Bharmal dan
Mainavati berdiri di luar sampai mereka yakin Jodha sudah di aman.
Jodha menuju area tempat duduk dan menunggu
Jalal datang, karena ia telah mengatakan kepadanya bahwa mereka akan Check-in
bersama-sama. Akhirnya, ia tiba dan Jodha tidak bisa berhenti menatapnya. Dia
tampak benar-benar cerdas dengan kemeja yang dia pakai. Dia secara terbuka
mengagumi dia ketika ia berjalan ke arahnya dengan bagasi di belakangnya. Jalal
juga terpukamu menatapnya. Sebelumnya dia sudah pernah melihat Jodha dalam
pakaian sederhana, tapi saat ini dia tampak terbaik daripada sebelumnya. Dia
tampak benar-benar cerdas dengan sepatu bot yang dikenakannya.
Akhirnya, Jalal berdiri didepannya dan
Jodha juga berdiri menyambutnya dengan tersenyum. “Halo, Pak Presiden.” , “Hi
Jodha. Mari kita memasukkan barang-barang kita.”
Mereka menuju ke arah antrian panjang untuk
check-in. Jodha mendorong trolinya dan berjalan di belakang Jalal. Mereka
berdua berdiri dalam antrian, Jalal berbailk untuk melihat dia. “Berikan padaku
paspor dan tiketmu.” Jodha terkejut, “Mengapa?” , Jalal menjawab dengan santai,
“Hanya berikan saya kepadaku. Aku akan menyelesaikan formalitas masuk untukmu.
Sementara itu, kamu pergilah dan cari kursi untuk duduk.” , “Um... baiklah.
Saya akan ke kamar kecil dulu kalau begitu.” Ucap Jodha.
Jodha memindahkan trolinya dekat Dermaga
pemuatan dan tersenyum pada Jalal saat dia menuju ke kamar kecil. Jalal
menyelesaikan semua formalitas. Jalal segera kembali ke arah Jodha dan kemudian
menyerahkan paspor, Tiket, data Imigrasi dan boarding pass kepadanya dan
mengatakan kepadanya untuk melampirkan tag pada bagasinya. Jodha melihat
boarding passnya untuk memeriksa nomor gerbangnya. Dia begitu takjub dan
memandang Jalal, sementara yang dipandang terus tersenyum padanya. “Pak
Presiden... Kelas pertama!” , Jalal tersenyum, “Ya, aku meminta mereka untuk
mengupgrademu dari kelas ekonimi ke kelas pertama. Aku melihat kemarin kalau
tempat kita terpisah. Aku tidak akan membairkanmu sendirian, ini adalah
tanggung jawabku untuk mengurusmu! Jadi, aku mencarikan kamu kursi disampingku.
Aku harap kamu tidak keberatan.” Jodha tersenyum, “Tentu saja tidak! Saya tidak
tahu apa yang akan saya lakukan dengan begitu banyak orang yang tidak saya
kenal di sekitar saya! Ditambah lagi, ini adalah pertama kalinya saya melakukan
perjalanan sendirian ke luar negeri! Terima kasih banyak, Pak Presiden!” , “Oh
Jodha, kamu tidak henti-hentinya berterima kasih kepadaku. Aku merasa malu.
Sekarang, kita perlu mengisi data imigrasi kita dan menuju loket imigrasi.”
Sebenarnya Jalal mengupgrade paspor Jodha
karena dia tidak tahan jika harus berjauhan dengan Jodha selama 21,5 jam
penerbangan. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya jika memungkinkan.
Dan jika itu berarti mencarikan kuris disampingnya, maka dia akan melakukan hal
itu! Dia sangat berharap untuk melakukan penerbangan sekarang, terutama karena
malaikatnya akan berada disisinya!” **Then,
ketahuan kan kalau sebenarnya Presdir MODUS.... LOL**
Setelah semua rincian imigrasi selesai,
mereka melanjutkan untuk pemeriksaan keamanan. Setelah menunggu di pintu
gerbang selama hampir 30 menit, mereka masuk pesawat pada pukul 2: 30 am.
Penerbangan akhirnya dilakukan pada pukul 3 pagi, waktu yang dijadwalkan.
Setelah makan makanan yang dihidangkan, Jodha segera tidur. Jalal, masih sibuk
dengan laptopnya, dia menatap Jodha sekilas. Dia memangdangnya dengan penuh
kekaguman dan cinta, kemudian membelai kepalanya. “Kamu tampak begitu cantik
saat kamu tidur, bidadariku, polos dan lugu. Aku merasa begitu damai dan tenang
hanya dengan melihatmu.” Jalal tersenyum saat Jodha menarik selimut untuk
menutupi bahunya sehingga udara dari AC tidak membuatnya merasa dingin.
Beberapa jam kemudian, ada pengumuman dari
pramugari, “Perhatian para penumpang, kita akan segera mendarat di Frankfurt.
Harap kencangkan sabuk pengaman anda, buat kursi anda tegak dan membuka
jendela.”
Jodha membuka tirai jendela disamping
kursinya dan terpukamu dengan pemandangan diluar. Dia bisa melihat
bangunan-bangunan bergaya Eropa dan banyak tanaman hijau. Itu benar-benar indah
untuk melihat dari atas.
Pesawat akhirnya mendarat di Terminal 1.
Sesuiau yang telah direncanakan, karena tidak seharusnya ada perubahan pesawat.
Mereka memasuki bandara dan pergi ke ruang tunggu dimana mereka harus menunggu
hampir dua setengah jam sampai penerbangan mereka berikutnya lepas landas.
Mereka berdua menghabiskan dua jam untuk ngobrol dan menikmati hal-hal yang
lain.
Setelah beberapa jam berlalu, kembali ada
pengumuman, “Semua penumpang yang bepergian di Penerbangan Lufthansa Airlines,
LH 462 ke Miami diminta untuk melanjutkan boarding di Gate No. 2.”
Mereka pergi dekat gerbang boarding dan
menunjukkan kartu boarding mereka. Mereka kemudian memasuki pesawat. Mereka
menuju ke kelas pertama dimana pramugari menuntun mereka ke tempat duduk
mereka.
Seorang Pramugari terus menatap Jalal
dan tersenyum padanya. Jodha melihat ini
dan sedikit terganggu. Meskipun senyum dari Jalal di sisi formal, tapi Jodha
merasa sedikit cemburu. Dia merasa seolah-olah ingin memukul pramugari
tersebut. Pramugari memberikan segelas air kepada Jalal dan terus menampakkan
senyum genitnya. Jodha semakin jengkel, “Bisakah kamu memberiku jus jeruk?
Terima kasih.”
Pramugari tersebut pergi dari sana dengan
senyum yang memudar. Jodha tersenyum menang karena dia berhasil mengusir
pramugari tersebut. Jalal melihat hal tersebut, “Apa yang terjadi, Jodha?
Mengapa kamu senyum?” Jodha menjadi gugup mendengar pertanyaan Jalal, “Um.
Uh... tidak apa-apa! Hanya bersemangat ke Miami!” Jalal tersenyum, “Oh, oke. Kita
akan segera sampai sekitar sembilan setengah jam lagi.”
Jodha tesenyum kearah Jalal. Kemudian
memutuskan untuk membaca dan mengeluarkan novel roman dari dalam tasnya. Jalal
yang sedang mencari sebuah film yang cocok untuk ditonton, menjentikkan harinya
saat melihat sampul novel yang dipegang Jodga, itu adalah indikasi sebuah novel
dari genre tertentu. “Oh novel roman! Aku
akan bertanya padanya tentang isinya setelah dia selesai membaca! Aku telah
melihat banyak orang yang membaca buku itu berkali-kali. Dia pasti sangat
menyukainya!” ucap Jalal dalam hati.
Penerbangan akhirnya took off sesuai waktu
yang dijadwalkan. Karena, saat itu di Frankfurt pagi; Sarapan disajikan di
penerbangan. Mereka berdua makan sandwich, dan buah-buahan yang disajikan
kepada mereka. Jalal, yang hampir tidak tidur di penerbangan sebelumnya,
memutuskan untuk tidur. Dia mematikan lampu baca dan menarik selimut untuk
menutupi dirinya.
Jodha memutuskan untuk menonton rom-com
Inggris pada sistem hiburan. Dia benar-benar menonton, sampai tiba-tibamatanya
bergeser ke arah Jalal yang sekarang sedang tertidur. Dia tampak sangat bahagia
dan damai. Matanya yang terpaku melihatnya, “Dia
tampak begitu lucu saat dia tidur! Fiturnya menarik, terutama hidung dan
bibirnya! Rambutnya memiliki nada warna terbaik! (menjalankan tangannya melalui
rambutnya): “Wow! Mereka benar-benar lembut! Saya yakin wanita akan suka
menjalankan tangan mereka menyusuri rambutnya!” Jodha menyadari kebodohan
dari apa yang ia lakukan dan cepat menarik tangannya, dia tersipu. Dia tidak
mau membangunkannya dan menjawab dia mengapa dia menyentuh rambutnya. Ini akan
menjadi terlalu memalukan. Ia melanjutkan menonton film.
Beberapa jam kemudian, ada pengumuman bahwa
penerbangan akan segera mendarat di Bandara Internasional Miami. Semua orang
diminta untuk kembali ke tempat mereka dan mengencangkan sabuk pengaman. Roda
depan menyentuh landasan dan pesawat mendarat dengan baik. Pintu dibuka dan
setiap orang berjalan dengan Bagasi di tangan mereka. Setelah semua formalitas
diselesaikan, mereka menuju ke arah klaim Bagasi. Bagasi mereka segera tiba,
dan setelah itu, mereka pergi ke stand taksi. Jalal telah mencatat alamat
hotel. Ia memanggil taksi.
Jalal: “Hotel Fontainebleau, Miami Beach.”
Sopir taksi: “Miami Beach.”
Jalal membantu Jodha memuat Bagasi mereka
ke dalam trunk. Mereka berdua duduk di kursi belakang. Rute ke hotel begitu
indah, dengan pohon-pohon palem yang membagi lalu lintas masuk dan keluar.
Cuaca cerah dan langit tak berawan. Sinar matahari yang terpantul begitu tenang
dan tampak jelas di perairan Teluk Biscayne, memberi mereka perasaan
kegembiraan, seperti yang kita rasakan ketika liburan musim panas. Sepanjang
waktu, sepanjang perjalanan ke hotel, Jalal maupun Jodha terus saling memandang
dan tersenyum. Ia terus-menerus melirik ke matanya saat ia tersipu, karena
mereka memegang tangan satu sama lain.
Mereka sampai di hotel dan sopir taksi
berhenti di depan pintu masuk lobi. Jalal membantu Jodha mengeluarkan
barang-barang mereka dan kemudian membayar sopir taksi. Dia bersikeras untuk
membiarkan dia membayar tapi Jalal bersikeras membayarnya. Mereka menyeret
Bagasi mereka menuju area resepsionis. Jalal bertanya pada Jodha, “Kamu bisa
melakukan itu?” Jodha tersneyum, “Jangan khawatir Pak Presiden, saya akan melakukannya.”
Jalal membalas senyumnya...... TBC-->Part 2
Fanfiction His First Love Chapter yang lain
Klik
Disini