Translate by Chusnianti
Jalal berjalan ke meja resepsionis, dia
disambut oleh desk clerk di konter.
Desk clerk: “Good afternoon, Sir. How may I
help you?”
Jalal: “Good afternoon. I have one
reservation on the name of Jalaluddin Mohammed and another reservation on the
name of Jodha Singh.” Jalal memberinya slip reservasi mereka berdua.
Desk clerk: “Okay Sir. Let me just check it
up on our system.”
Jalal pergi dari sana dan menuju ke tempat
dimana Jodha menunggunya. Jodha memandang sekeliling lobi dan kagum dengan
suasana disana. Tidak hanya besar, tetapi dirancang dengan sangat apik. Ada
area lounge bagi pengunjung di satu ujung dan kedai kopi di ujung yang lain. Sebuah
lampu gantung besar tergantung di pusat, memberikan suasana megah. Tiba-tiba, pandangannya
jatuh pada beberapa di area lounge dimana ada pasangan berciuman seolah-olah
tidak ada hari esok. Dia merasa malu dan tersipu kemudian dia memalingkan
wajahnya. Jalal melihat ini tersenyum kepada dirinya. Dia senang bahwa ia akan
melihatnya seperti ini selama hampir satu minggu.
Jalal memeriksa waktu pada jam tangannya.
Hampir 30 menit telah berlalu dan tidak ada tanda-tanda dari Desk clerk. Dia
telah membuat mereka menunggu, kemudian dia kembali menuju ke counter untuk
menanyakannya lagi. Ia bahkan pergi ke resepsi manajer. Akhirnya, setelah semua
pertanyaan, mereka menjawab pertanyaannya dengan tampilan apologetik di
wajahnya.
Jalal: “What is the matter? Why is it
taking so long?” (Apakah ada masalah? Mengapa lama sekali?)
Desk clerk (minta maaf): “Sir the thing is
that our online reservation system crashed around two days back and we had lost
all the data we had stored on it. However, we managed to recover most of the
data. But some entries were still not found.” (Pak, masalahnya adalah sistem
reservasi online kami bermasalah sekitar dua hari yang lalu dan kami kehilangan
semua data yang kami simpan didalamnya. Namun, kamu berhasil untuk memulihkan
sebagian data. Teteapi beberapa entri masih tidak ditemukan.)
Jalal: “So what are you trying to say?” (jadi
apa yang Anda coba katakan?)
Desk clerk: “Well...sir we have a
reservation on your name for the royal suite. However, ma'am's room was given
to someone else due to the system crash.” (Yah... Pak kami telah memesan atas
nama Anda untuk royal suite. Namun, kamar nona diberikan kepada orang lain
karena sistem crash.”
Jalal terkejut mendengar ini. Ia tidak
percaya bahwa hotel telah melakukan kesalahan yang bersar.. Jodha terlalu
terheran-heran.
Jodha: “Isn't there any other room you can
give me?”
Desk clerk: “I am sorry ma'am but we are
fully booked till the next weekend.”
Jodha tidak bisa percaya hal ini terjadi!
Dia berada di luar negeri untuk pertama kalinya dan harus tinggal sendirian di
sebuah hotel jauh dari Jalal! Dia ketakutan dan bingung apa yang harus dia
lakukan selanjutnya. “Bagaimana kalau kamu berada di kamarku, Jodha?” tanya
Jalal. Jodha balik bertanya, “Apa?” Dengan ragu Jalal memberikan sarannya, “Lihat,
aku tinggal di sebuah suite yang dilengkapi dengan tiga kamar tidur. Kamu bisa
mengambil satu benar-benar untuk diri sendiri. Juga ada kamar mandi pribadi. Aku
harap kamu tidak keberatan.” Jodha sedikit terkejut dengan sarannya. Sementara Jalal
merasakan ketakutan di wajahnya. Jalal gugup, “Tunggu! Aku tidak akan
macam-maca, Aku berjanji! Aku bahkan tidak akan masuk kamarmu tanpa
persetujuanmu!”
Jodha tersenyum, dia percaya pada Jalal. Alasan
utama dia adalah khawatir adalah tentang reaksi orang tuanya jika mereka
mendapat kabar bahwa dia tinggal di kamar Presiden. Wajah-wajah marah orang tua
nya yang berkelebat dalam pikirannya. Ibunya sangat marah ketika ia pergi untuk
mendapatkan data-data perusahaan di rumah Adham. Dia tidak bisa membayangkan
tampilan di wajahnya jika ibunya mengetahui bahwa dia telah tinggal di kamar
yang sama dengan Jalal. “Pak Preside, sepenuhnya saya percaya pada anda. Saya
hanya khawatir bagaimana nantinya reaksi Mama dan Papa jika mengetahui hal
ini.” tutur Jodha. Jalal mencoba menenangkannya, “Jodha aku tahu bahwa kamu
khawatir. Tetapi Percayalah padaku, saat ini aku tidak ingin kamu tinggal di
hotel lain! Ini baru pertama kalinya kamu disini dan aku keamananmu adalah
tanggung jawabku. Dan aku yakin, orang tuamu akan mengerti jika kamu
memberitahu mereka.”
Jodha berpikir tentang apa yang Jalal
katakan. Dia benar, tempat ini adalah baru untuknya dan dia sudah merasa
terintimidasi. Dia sangat takut memikirkan hidup sendirian. Jalal di sisi lain,
memiliki tanggung jawab moral untuk mengurus Jodha. Dia sudah mengambil suatu
keputusan tegas, dia akan bersamanya dan dia akan menjaganya. “Iya, Anda benar,
Pak Presiden. Akan lebih baik jika saya tinggal di kamar Anda bukannya pergi ke
hotel lain. Dan saya akan menjelaskannya pada Mama dan Papa. Mereka pasti akan mengerti.”
Tutur Jodha memberi keputusan. Jalal tersenyum, “Apakah sekarang kita bisa ke
ruangan kita?” , “Tentu saja!” jawab Jodha. Kemudian Jalal memberitahu petugas
untuk memberinya dua kunci kamar, satu untuk dia dan yang lainnya untuk Jodha.
Jalal dibuka pintu dan mereka berdua
memasuki ruangan. Bell-boy ditempatkan Bagasi mereka di dalam. Jalal memberikan
Tip pada dia dan dia pergi dari sana. Jodha melangkah masuk ke ruang tamu dan
kagum dengan interiornya. Royal Suite begitu luas dan luas. Ruang tamu memiliki
sebuah televisi LED yang besar dan sofa. Di sudut, ada meja makan untuk 4
orang. Sebuah minibar, penuh dengan alkohol yang indah, di samping itu ada
dapur yang lengkap. Terdapat tiga kamar tidur, dengan dua master kamar tidur
berdampingan satu sama lain di sisi Kanan. Masing-masing master kamar tidur
memiliki kamar mandi pribadi. Ada tempat tidur satu lagi di sebelah kiri di
dekat dapur, dengan kamar kecil tepat di samping itu. Ada balkon besar dan luas
di luar kamar, memberikan pemandangan yang indah dan Pantai Miami yang indah.
Mereka berdua memilih masing-masing kamar tidur yang luas. Jalal mengambil satu
di sebelah kiri dan Jodha mengambil satu di sebelah kanan.
Setelah ia selesai menyegarkan diri dan
membongkar, Jodha pergi dan berdiri di balkon. Pemandangan dari lantai 17
begitu indah dan terpampang nyata dihadapannya. Sinar matahari yang memantul
di perairan biru Samudra Atlantik,
menjadikannya mengilat. Ada ribuan orang di pantai, berjemur diri di bawah
matahari sore. Angin yang meniup terus menerus, Jodha memejamkan mata dan
merasakannya di wajahnya. Dia masih cukup lelah dari penerbangan panjang
sementara Jalal juga hampir tidak tidur dan sangat membutuhkan tidur. Mereka
berdua memutuskan untuk tidur siang.
Jodha bangun setelah satu jam. Dia
menggosok matanya dan menuju ke kamar mandi untuk sikat gigi. Dia memutuskan
untuk pergi berenang, sehingga ia bisa merasa segar. Dia masih sedikit grogi
dan sedikit renang pasti akan membuatnya aktif. Setelah dia selesai menyikat,
dia mengeluarkan baju hijau cerah dari laci. Memotong ujung-paha dan leher
halter dengan punggung rendah. Dia membawa handuk, spare key nya dan mengenakan
jubah mandi nya, karena dia keluar kamarnya.
Jalal, yang juga sudah bangun, duduk di
sofa. Dia minum kopi malam nya, saat ia menonton program satwa liar di
televisi. Dia tiba-tiba mendengar suara mengklik tombol pintu. Dia melangkah
keluar dan melihat Jodha. Rambutnya diikat ekor kuda dan ia menemukan dirinya
tampak cantik seperti biasa. Kelelahan di wajahnya telah secara ajaib
menghilang. “Kau mau pergi kemana, Jodha?” tanya Jalal. “Um... saya ingin ingin
berenang. Apakah anda ingin ikut?” tawar Jodha. Ide berenang tampak sangat
menarik bagi Jalal. Ia tidak hanya ingin bersantai, tetapi terutama sangat
bersemangat untuk melihat dia dalam pakaian renang. Ia tidak bisa membiarkan
kesempatan ini pergi! Ia menatap dia.
“Kau bpergilah. Aku terlalu lelah. Aku mungkin hanya akan tidur siang
lagi. Aku sangat menyesal.” Ucap Jalal. “Oh, tidak apa-apa, Pak Presiden! Anda
beristirahatlah. Saya akan kembali nanti.” Kemudian Jodha menuju ke pintu dan
meninggalkan Kamar.
Jalal menyeringai. Ia segera pergi ke
kamarnya dan berganti menjadi celana renang boxer-cut nya berwarna biru. Dia
mengenakan jubah mandi dan setelah menguncinya, ia meninggalkan Kamar, ingin
mengejutkan Jodha.
Jodha sampai di kolam renang. Setelah
mandi, ia melangkah ke kolam renang. Airnya begitu tenang, karena angin malam
yang meledak di teras terbuka. Dia mulai berenang; menikmati dan merasakan
damai seperti yang ia lakukan.
Jalal memasuki area kolam renang dan cepat
berlari ke dalam kamar mandi laku-laki. Dia mengambil mandi dan melangkah ke
kolam renang, berjalan perlahan-lahan. Jodha sedang bermain dengan anak-anak
dan dia memercikkan air ke matanya. Dia memejamkan mata ketika mereka mulai
menyerangnya dengan air dan Jodha memalingkan wajahnya.
Perlahan-lahan Jodha membuka matanya dan
melihat Jalal berjalan ke arahnya. Mulutnya terbuka lebar. Ini adalah pertama
kalinya ia melihat dirinya bertelanjang dada. Dia memliki postur tubuh yang
ideal, atletis dan ototnya yang sangat
terlihat. Seringai jahat dan nakalnya sudah cukup untuk melengkapi tampilannya.
Jodha merasakan tubuhnya terdorong. Ia telah melihat orang-orang bertelanjang
dada sebelumnya, tapi ini sesuatu yang berbeda. Dia menemukan dirinya sangat
menarik. Matanya terpaku pada ciptaan Tuhan dihadapannya, karena dia merasa
sensasi tidak diketahui melnjalar di tubuhnya, seperti kalian saat kalian
tertarik pada seseorang. Dia bisa merasakan kupu-kupu di perut dan merinding di
seluruh tubuhnya. Jalal tahu bahwa Jodha sedang memperhatikannya.
Jalal masuk air dan terus berjalan ke arah
Jodha. Dia juga penasaran bagaimana penampilan Jodha, dia pasti akan tampak
seksi, bukan hanya karena memakai warna favoritnya. Karena jarak antara mereka
terus berkurang, Jodha mulai merasa bingung dan pipinya berubah merah. Dia
mulai mengambil ebberapa langkah mundur kearah tepi sementara Jalal terus
mendekatinya. Hingga akhirnya tubuhnya menyentuh tepi kolam renang. Jalal
segera sampai disana dan meletakkan tangannya di tepi dan mengunci tubuh Jodha.
Dia berdiri cukup dekat dengannya dan tubuh mereka hampir besentuhan. Kedekatan
itu membuat Jodha merasa sangat malu, jantungnya berdegup kencang dan lututnya
terasa lemas karena dada atletis itu kini tampak didepan wajahnya. Jalal sangat
menikmati kedekatan mereka. Jodha tampak benar-benar panas dalam segala hal.
Setelah beberapa saat diam, Jodha akhirnya
berbicara dengan gugup, “Ar.... arrE, Bukankah Anda merasa lelah, Pak
Presiden?” Jalal menyeringai, “Um... ya. Tapi kemudian secara ajaib tiba-tiba
lelah itu hilang dan aku memutuskan untuk mengejutkanmu. Ku harap kau
menyukainya.” Ucap Jalal sambil mengedipkan matanya. **Ya Salaaammmm... ikutan
lemes saya** Jodha merasa sangat malu mendengar pernyataan terakhirnya. Dia
benar-benar terkejut, dia belum pernah melihat seorang pria yang tampak begitu
panas dan diinginkan dalam sepasang celana renang sebelumnya. Dia menikmati
perasaan di dalam air, dengan kedekatan mereka.
Tiba-tiba, suara Jalal membuyarkan
lamunannya, “tapi harus aku katakan bahwa kau juga berhasil mengejutkanku. Kau
benar-benar terlihat menakjubkan, seperti putri duyung.” Jodha benar-benar
bingung sekarang, “Um... terima kasih Pak Presiden.” , “Namun, kau masih tidak
tahu satu hal. Aku harus memberitahumu.” Tutur Jalal. “Ta, apa itu?” tanya
Jodha.
Jalal tersenyum dan menurunkan wajahnya ke
telinganya. Tindakan ini sukses membuat Jodha lemas. Meskipun ia tidak menyentuh dia, dia masih
bisa merasakan hangat nafasnya. Jalal berbisik, “Hijau adalah warna
favoritkudan tidak ada yang telah berhasil terlihat menakjubkan di dalamnya
seperti yang kau miliki. Entah itu saree atau pakaian renang, kau tidak pernah
gagal membuatku terkesan. Aku tidak sabar untuk melihat penampilanmu dibalik
pakaianmu yang lain!” **Kipas, mana kipas... hosh... hosh....**
Jalal mengedipkan matanya dan kemudian
menjauhkan wajahnya untuk memandangnya. Jodha mulai memerah seperti kepiting
rebus sementara Jalal mulai berenang mundur. Sementara Jodha terus memandangnya
penuh kekaguman...... TBC-->Part 3
Fanfiction His First Love Chapter yang lain
Klik
Disini