Setelah
beberapa saat keheningan di antara mereka, Jalal akhirnya mulai bicara. “Apakah ada yang salah? Apa kau sedang
sakit?”
Jodha masih
memalingkan wajahnya, “Umm.. tidak ada apa-apa, Saya hanya memandang ke luar
jendela. Oh, Pak Presiden, kapan Anda
tiba?”
Jalal bingung dan berkata pada dirinya
sendiri, “Apakah dia baik-baik saja?
Bukankah dia melihatku waktu aku kembali beberapa saat yang lalu?” Kemudian
dia berkata pada Jodha, “Jodha, aku datang beberapa menit sebelumnya, dan kau
bahkan melihatku masuk.”
“Oh
achcha, benar! Saya hanya sedang pusing tadi sehingga saya tidak memperhatikan,”
ucap Jodha mencoba mencari alasan.
Jalal
semakin khawatir. Ia memegang bahunya dan membuat Jodha menghadap ke arahnya.
Jodha masih menolak untuk menghadap ke arahnya dan tidak mau menatap matanya. “Jodha,
apakah ada yang salah? Mengapa kau tidak menatapku? Apakah aku telah melakukan
sesuatu yang salah?”
“Umm
... uhh.” Jawab Jodha bingung.
“Apa
yang terjadi? Bisa kau jelaskan padaku?” tanya Jalal lagi.
Jodha
memalingkan wajahnya, “Bapak Presiden, saya ingin menggunakan kamar kecil.
Bisakah saya pergi sekarang?”
“Umm..
okay.”
Jodha
lalu cepat-cepat bangkit dan berlari ke kamarnya, senang bahwa Jalal tidak
menyadari apa-apa. Dia membanting pintu kamarnya sampai tertutup. Jalal, di
sisi lain mulai sangat khawatir. Dia belum pernah melihatnya bersikap seperti
itu sebelumnya. Seolah-olah dia sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
“Apa yang salah dengan dia? Apakah seseorang melakukan sesuatu padanya? Ya
Khuda, aku harus mencari tahu!”
Jalal pergi
ke kamar Jodha dan mengetuk pintu. Setelah tidak mendengar jawaban dari Jodha,
ia mengetuk lagi. “Jodha! Jodha! Apakah kau baik-baik saja?”
“Umm
... uhh ... ya Pak Presiden! Saya hanya mengantuk!” jawab Jodha dari dalam.
“Oh
baik. Aku hanya ingin memberitahu bahwa
kita akan pergi untuk makan malam di jam 8, jadi bersiap-siaplah.” kata Jalal.
“Oh uh
oke! Terima kasih sudah memberitahu saya!”
Jalal
kemudian pergi ke kamarnya untuk menyegarkan diri. Hari sudah sangat panjang
dan melelahkan baginya dan dia ingin beristirahat sebentar. Dia melepas jasnya
dan sepatu, lalu berbaring di tempat tidurnya sambil memikirkan apa yang telah
terjadi sebelumnya. ”Jodha, apakah kau baik-baik saja? Karena kau bukan hanya
mengantuk tapi ada sesuatu yang lain. Apakah aku melakukan sesuatu? Atau apakah
terjadi sesuatu selama aku pergi?”
Jodha
berdiri di balkon, memandang ke arah langit, dengan ribuan pikiran melintas di
benaknya. Dia sangat bingung dan malu; dia pasti tidak bisa menghindarinya lagi
saat makan malam malam nanti! “Hey Kanha! Mengapa hal ini terjadi padaku? Aku
hanya perlu untuk bersantai! Aku bahkan tidak menyadari kepulangannya. Dia
pasti merasa sangat buruk! Aku tidak bisa melakukan hal yang sama saat makan
malam. Jodha, kau harus melupakan tentang semua ini!”
Keduanya
tinggal di kamar mereka masing-masing sampai malam, berpikir tentang satu sama
lain. Jalal khawatir padanya sementara Jodha malu karena ketertarikannya pada
Jalal.
Dia mondar-mandir di sekitar kamarnya, sampai
tiba waktunya bersiap-siap untuk makan malam. Dia membuka laci mengeluarkan
gaun musim panas berupa halter putih selutut dan sepasang sepatu flat berwarna
perak. Dia cepat-cepat mengenakan gaunnya dan mengenakan sepatunya. Dia
membiarkan rambut sepinggangnya tergerai dan menyisirnya, mengikat semua simpul
gaunnya. Setelah mengenakan lip gloss favoritnya, ia menuju ke ruang tamu dan
menunggu Jalal.
Jalal
mandi dengan cepat dan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia membuka laci dan
memilih kemeja linen putih dengan lengan pendek dan sepasang celana berwarna
biru tua. Dia mengenakan sandal dan mengenakan cologne favoritnya. Dia
melangkah keluar dari kamarnya ke ruang tamu, dan melihat wanita yang paling
cantik sedang menunggunya. Dia tidak bisa berhenti memandangnya. “Wow! Dia tampak cantik! Rambutnya yang
tergerai dan gaun putihnya benar-benar membuatnya tampak seperti malaikat!”
ucapnya dalam hati.
Jodha
meliriknya. Jalal tampak benar-benar menarik dan tampan dalam kemeja putih. Dia
terus melirik dan menilai penampilannya dan memastikan Jalal tidak menyadari
apa yang dia lakukan. Tapi ternyata Jalal tetap menyadarinya.
Jalal
(dengan suara menggoda), “Jadi, seseorang tidak bisa berhenti menatapku.”
Jodha
merasa malu karena dirinya ketahuan, “Ap.. Apa! Tidak, saya tidak melihat!”
Jalal
semakin gencar menggodanya, “Oh oke! Lalu mengapa Anda terlihat gugup?”
Jodha
terkejut mengetahui bahwa Jalal telah mengetahuinya! Dia belum pulih sepenuhnya
dari shock yang telah diterimanya pagi itu. Seakan-akan keadaan tidak pernah
membiarkan dia merasa baik-baik saja. Dia kemudian menatap langsung tepat ke
mata Jalal. “Bapak Presiden, bukankah kita harus pergi sekarang?”
Jalal
berjalan ke arahnya dan memegang tangannya saat dia berdiri. Jalal menyeringai,
“Oh benar, Jodha. (kemudian berbisik di telinganya) Ngomong-ngomong, kau
kelihatan seperti bidadari hari ini. Aku tidak bisa berhenti mengagumimu.”
Jodha tersipu,
“Oh, terima kasih banyak, Pak Presiden.”
Keduanya
kemudian keluar dari ruangan dan Jalal mengunci pintu. Dia telah memilih sebuah
restoran yang unik dan indah di tepi pantai untuk makan malam mereka. Restoran
itu dihiasi dengan anggrek dan ditata dengan tema pedesaan. Mereka berdua masuk
dan duduk di kursi dekat jendela kaca besar. Jalal memesan makanan mereka,
Jodha memandang ke arah pantai dan bulan. Suasananya sangat romantis dan
menyenangkan. Jalal terus menatap ke arahnya dengan kagum. Jodha adalah
satu-satunya orang yang bisa berhasil terlihat begitu cantik dan lugu pada waktu
yang sama. Dan gaunnya sedikit terbuka di bagian atasnya sehingga dia bisa
sedikit mengintip belahan dadanya dan bahunya seakan-akan mengundangnya untuk
memeluk. Helai halus rambutnya jatuh di sekitar leher dan bahu, sehingga sangat
sulit bagi Jalal untuk mengendalikan diri.
To Be
Continued
FanFiction
His First Love Chapter yang lain Klik
Disini