By: Shenazzahra...... Jodha sedang menyiapkan sajian makan
siang dibantu Dewi Bano adik iparnya, Nazimah juga tak mau kalah dia ikut
menyiapkan dengan menata piring dan gelas..
Sekarang
mereka telah duduk mengitari meja makan.. Jodha duduk disamping ibu mertuanya,
dengan telaten dia menyuapkan nasi tim pada bu Hamidah. Nazimah berinisiatif
mengambilkan nasi untuk Jalal.. namun Jalal segera mencegahnya.. “Naz..
trimakasih.. tidak usah merepotkan... istriku masih bisa melakukannya... iya
kan sayang?” kata Jalal sambil melirik Jodha,,, mencoba melindungi perasaan
istri tercintanya.. Jodha mengangkuk dengan senyum kemenangan... membuat wajah
Nazimah memerah menahan malu.
Setelah
selesai makan, Jalal mengantar ibu Hamida kembali kekamar.. Jodha membereskan
meja makan, namun Nazimah segera mencegahnya.. “Jodha bisa kita bicara
sebentar?”
Jodha:”ya..tentu
saja. “Wie.. kamu ga keberatan beres2 sendiri? ada yang harus kaka bicarakan
dulu dengan Nazimah”
Dewi: “tentu
saja.. ka.. serahkan semuanya sama Dewi... Dewi kan super women.”
Jodha: “syukron
sayang... nanti kakak kasih hadiah”
Dewi: “bener
ya kak... nanti malam Dewi minta hadiahnya” Jodha mengangguk dengan senyum
meyakinkan.
Sekarang
Jodha dan Nazimah sedang duduk di teras rumah.
Naz: “mmm..
Jodha kau bahagaia bersama Jalal?.”
Jodha:”ya..
aku sangat... sangat bahagia.”
Nazimah
tersenyum namun tetap tidak bisa menutupi luka hatinya, lalu dia berkata lg “Jodha...
aku sangat dekat dengan Jalal, sejak kecil kami selalu bersama.. jujur karisma
dan kebaikannya membuatku berharap banyak.. namun aku belum pernah
mengungkapkan perasanku pada nya.. aku fikir dia memiliki perasaan yang sama
denganku.. setelah aku dewasa aku selalu memimpikan dia menjadi suamiku...
namun ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan.. meski aku terluka, aku tidak
akan memaksakan cintaku... aku cukup bahagia melihat orang yang kucintai
bahagia... aku Cuma berpesan.. jagalah cintanya.. aku titipkan dia padamu.” Air
mata mulai keluar dari susut mata Nazimah. Jodha mendekati Nazimah sambil
memegang bahunya.. “Nazimah... syukron.. kau mau mengeti dan tidak Memaksakan
kehendakmu.. aku yakin masih ada laki2 yang lebih baik dari mas Jalal yang
telah Alloh siapkan untukmu.. jangan khawatir.. aku akan selalu jadi sahabat
setia mas Jalal... yang selalu menjaga cintanya, mengingatkannya sa'at khilaf..
memberi dukungan saat terpuruk.. karena Alloh telah menjadikan kami satu jiwa”
Jalal
keluar dari dalam rumah, melihat dua wanita yang sedang diteras tengah
berbicara
serius...
Jalal: “mmm...
apakah saya boleh ikut duduk.. apa yang sedang kalian bicarakan?” Nazimah
segera mengedipkan matanya pada Jodha.. memberi isyarat agar Jodha tidak
membuka mulut.. Jodha mengangguk tanda setuju.
Nazimah : “Jalal..
Jodha.. aku masih ada urusan.. aku pamit sekarang”
Setelah
berpamitan pada ibu Hamidah dan Dewi, Nazimah pun pulang membawa hatinya yang
telah patah.. namun berusaha ikhlas menerima takdir yang telah menjadi
ketetapannya...
=Malam
Hari=
semua
telah duduk diruang keluarga..
Dewi :”kak
Jodha.. aku mau nagih hadiah yang tadi kakak janjikan.. kakak masih ingat kan?
tapi hadiahnya aku yang menentukan”
Jodha:”tentu
saja sayang.. kau bebas meminta apapun.”
Dewi: “mmm..
hadiahnya .. aku ingin kau menemaniku tidur.. aku ingin cerita banyak dengan mu
kak.. ingat kau sudah janji mau menuruti permintaanku apapun ka” kata-kata Dewi
membuat Jalal yang sedang minum keselek dan terbatuk2.
Jalal: “Wie..
kamu ga kasian sama mas mu?”
Jodha
tersenyum melihat kelakuan suaminya sambil berkata, “tentu saja Dewi sayang..
kakak malam ini akan menmanimu.” Jalal menatap Jodha dia menggerakan matanya
seolah2 berkata 'jangan aku membutuhkan mu' namun Jodha pura2 tidak mengerti.
Jodha: “Wie
ayo kita masuk kamar..bukannya kau ingin curat sama kakak.” Dewi tersenyum
penuh kemenangan mengarahkan jempol kearah tanah meledek mas Bawelnya. Jalal hanya
bisa melotot.. dia pun masuk kekamarnya sendirian.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jalal
tidak bisa tidur, dia keluar dari kamarnya segera mengambil air wudhu, setelah
mendirikan shalat sunat diambilnya sebuah buku berjudul “Fiqih 5 Majhab” yang
tergeletak diatas meja bekas dibaca adiknya. namun fikirannya tidak bisa
konsentrasi dengan apa yang dia baca..diraihnya HP... mencoba menghubungi
sebuah nama “bidadari surgaku.”.namun rupanya Jalal hanya miscall.
Di dalam
kamar, Jodha segera meraih HP nya..panggilan tak terjawab dari “mas Bawel”,
Jodha pun tersenyum dikirimnya sms.
Jodha: “ada
apa?”
Jalal: “Dewi
udah tidur?”
Jodha: “memangnya
kenapa kalau Dewi dh tidur?”
Jalal: “suamimu
kangen.. keluarlah aku menunggu mu diruang tamu.”
Jodha
sambil tetap tersenyum, peranjak dari tempat tidur adik iparnya,bergegas
menemui suaminya. Melihat pintu kamar Dewi terbuka, membuat Jalal sangat
senang.. “akhirnya.” Ucap Jalal.
Jodha
duduk di samping suaminya.. “Ada apa sayang?”
“bikinin
mas mokacino dong,” sahut Jalal.
“Jadi mas bangunin
aku cuma buat minta dibikinin kopi?!!!” ucap Jodha tak percaya.
“Jadi ga
mau.. ya udah mas bikinin sendiri.” Jalal berdiri dari duduknya seolah mau
beranjak ke dapur.
Jodha
mengikuti Jalal berdiri, “siapa bilang aku ga mau bikinin mas kopi.. aku mau,
tapi ada tiketnya.”
Jalal
mengerutkan dahinya.. sambil berkata “mmm.. tiket? apa tiketnya??” Jodha
melingkarkan tangannya ke leher Jalal minta di c**m. “nanti kalau ada ibu
gimana?” ucap Jalal.
“ibu kan
udah tidur.. lagian kalau ibu liat jg akan senang, mengetahui rumah tangga
anaknya baik2 saja,” sahut Jodha dengan santai.
Akhirnya Jalal
menuruti kemauan istrinya. Namun benar saja pintu kamar ibu Hamidah terbuka,
dia keluar mau mengambil minum. ”ehm...kalian belum tidur?” tanya Hamida dan membuat
Jodha dan Jalal kaget muka mereka memerah menahan malu.
Jodha
segera melepaskan tangannya.. dengan suara lirih Jalal berkata “tadi bilang gpp
ketauan ibu.. ko dilepasin..” diikuti dengan senyuman nakal nya,
Jodha
segera menghampiri ibu mertuanya..”ibu mau kemana? biar saya bantu.”
Hameda: ”ibu
mau mengambil air minum sayang.”
Jo: ”Ibu
tunggu saja di kamar, nanti saya ambilkan.”
Jodha
mengantar ibu Hamidah kembali kekamar, lalu dia bergegas kedapur.. saat
melewati suaminya, Jodha berhenti sambil mengedipkan sebelah matanya..
Jal: ”ada
apa istriku yang genit?”
Jo: ”genit2
gini mas suka, kan???”
Jalal
hanya mesem2 dibuatnya.. dia pun mengikuti Jodha kedapur..
Jal: ”antarkan
dulu minum buat ibu, jangan lupa kembali lg.. masih ada satu pesanan lg 'satu
cangkir mokacino'.
Jo: ”oke..
siap bos Bawel,” sambil berlalu setengah berlari takut dikerjain suaminya
setelah ngatain Bawel.
Tak lama
Jodha pun kembali kedapur membuatkan pesanan mas Bawelnya..
Ja: ”ko
bikinnya cuma satu..kamu ga bikin honey?”
Jo: ”aku
nebeng aja sama mas, bukannya mas bilang Rosululloh sering minum di gelas yang
sama dengan Aisyah”
Jalal
hanya tersenyum, ”oke.. tapi jangan ngabisin ya?”
Mereka pun
keluar menuju bale2 di teras. Jodha duduk menyandarkan kepalasnya di bahu kekar
Jalal. Jalal menggenggam jemari Jodha “sayang.. kau tau bila seorang suami
menggenggam jemari istrinya, maka berguguranlah dosa mereka “
Jo: ”sungguhh..
kalau gitu.. aku ingin kau selalu menggenggam jemariku honey.”
Mereka pun
menikmati indahnya langit malam yang penuh bintang dan larut dalam buaian damainya cinta.
Jo: ”mas..
ada yang ingin saya tanyakan”
Ja: ”hmmm..
apa itu sayang, katakanlah.”
Jo: ”mas..
sebenarnya aku ingin menanyakan ini sejak kita di Jakarta.. hal ini selalu
menggangguku... mas kenapa bulan2 terakhir ini kau sering pulang malam? kau dingin
terhadapku.. kau ingat waktu kau panik mencariku dan aku bersama ka Halima? malamnya
aku menemukan noda lipstik di kemejamu dan pagi harinya aku menerima sebuah sms
dari seorang wanita yang mengatakan kalau dia bersamamu semalam”
Jalal mengeratkan
pelukannya. Jalal menghadapkan wajahnya pada Jodha, menggenggam kedua tangan istrinya dan menatapnya dengan intens seolah
ingin mengetahuai apakah yang ada dalam hati istri tercintanya.
Jal: ”apa
kau meragukanku? apa kau meragukan kesetiaan suamimu? apa kau tidak percaya pada
suamimu?” ada kesedihan yang tersirat dalam kata2 nya.
Mata Jodha
mulai mendung, air mata muali bergelayut di kelopak matanya, “Mas.. aku percaya
pada mu..t api tanda2 yang kau berikan, membuat aku sedikit ragu.. sa'at kau
mengangkat tlp kau menjauh dariku, kau muali dingin, waktu untuk ku berkurang,
sering pulang larut malam... aku berusaha menepiasnya mas.. aku berusaha
berfikir positif.. tapi sms wanita itu.. noda lipstik itu begitu
menggangguku.... aku tdk ingin ada orang ketiga diantara kita.”
Jalal
menarik napas panjang lalu berkata, “Jodha.. apa waktu setahun belum cukup untuk
mu mengenal diriku.. bahkan sebelum kita menikah kau tau sendiri, untuk
menyentuh wanita yang bukan hakku pun aku tidak pernah.. dalam pernikahan harus ada kepercayaan sayang.”
Jodha: ”Tapi
dalam pernikahan harus ada keterbukaan
suamiku.”
Jalal tak
tahan menahan tawa..dia tersenyum lebar. Jodha merasa aneh dengan kelakun
suaminya. Jodha cemberut sambil berkata, ”apa yang kau tertawakan mas.. apa
kecemburuanku kau anggap lucu?”
Sontak
membuat Jalal menghentikan senymannya, “niatnya bikin kejutan..malah dicurigai
istri.”
Jo: ”maksudnya??”
Muka Jalal
kembali datar, “begini.. aku tidak ingin dianggap benalu yang hanya menumpang
hidup pada istriku, aku punya mimpi membuatkanmu rumah, meski tak semegah
rumahmu paling tidak itu hasil kerja kerasku, Bang Bairam Khan menawariku untuk
mengerjakan pojeknya, aku meminta dia merahasiahkan hal tersebut dari siapapun
termasuk istrinya, naas waktu aku berada
sendirian di lift di kantor bang Bairam ada kejadian buruk menimpaku (Jalal
menceritakan pertemuannya kembali dengan Benazir). Mata Jodha berkaca2, rasa
haru dan penyesalan campur aduk dalam hatinya. Jemari Jala mengusap lembut butiran
kristal yang perlahan melewati pipi Jodha.....
To Be
Continued