Malam
selanjutnya Jo bersiap makan malam dengan Jalal. Dia memakai gaun panjang merah utk
musim panas saat sedang bersiap dia (Jodha) masih terbayang kejadian di kolam
masih terngiang-ngiang di pikirannya kedekatannya dengan Jalal, hangat nafasnya
dan aroma maskulin tubuhnya semua seolah-olah masih mengelilinginya dan kejadian
itu membuat Jodha sadar bahwa dia menemukan sisi dirinya yang lain. Dan sisi
itu memunculkan dirinya yang merasa bergairah, ketika Jodha memikirkan semua
ini dia merasa sangat malu pada dirinya sendiri karena terus memikirkan kejadian
itu berulang ulang apalagi ketika dia teringat gairah/minatnya pada Jalal
membuatnya semakin merasa malu. “Hei Bhagwan, apa yang terjadi padaku? Kenapa
pesona Pak Presiden begitu menarik dan membuatku tak berdaya? Dan mengapa aku
menginginkannya setiap saat? Aku sdh sering bertemu dan melihatnya tapi kenapa
hari ini semua tampak berbeda? (sambil memandang ke cermin) Ya ampun aku tampak
memalukan.” Pipi Jodha memerah saat ini, tiba-tiba dia teringat untuk segera
bersiap dia telah mengenakan gaunnya kemudian menambahakan sedikit sentuhan
make up di matanya dan lipstik natural pink di bibirnya, dia mengenakan sandal
strappy silvernya , mematut diri sekali lagi kemudia menarik nafas dalam-dalam
dan bergegas menuju ke ruang tamu dimana Jalal telah menunggunya.
Saat itu
mereka berdua tengah duduk di restaurant dengan pemandangan yang sangat indah
lampu berwarna warni menambah keindahan bangunan-bangunan yang ada di
sekitarnya. Saat Jodha melihat keluar jendela, Jalal menatapnya dan berkata dalam
hati "Dia tampak sangat cantik dan
menggairahkan."
Jalal
terus menatapnya sampai tiba-tiba Jodha memergokinya yang tengah menatapnya dan
bertanya, “Ada apa pak presiden?”
“Tidak,
emm... aku hanya mengagumimu dan kurasa kamu melakukan apa yang kukatakan
padamu swaktu di kolam,” ucap Jalal.
Mendengar
kata kolam mengingatkan Jodha kembali akan kejadian saat itu. Jalal tersenyum
nakal.
Jodha: “Pak
presiden, sptnya anda menginginkan ku utk tidak melupakan kejadian itu, anda
suka membuat malu orang.” (bkn mempermalukan ya mksudnya)
Jalal: “
“Iya memang Jo, sejak kecil aku selalu Saja mengganggu orang yang ada di
sekitarku dan mereka semua menyukainya.” ( hi hi pede banget kalau smua org
suka diganggu )
Jodha menatapnya
dan mulai tertawa. Jalal terus memandangnya dan terpana dengan senyumannya.
Mereka berdua terus bercanda, tertawa dan memiliki waktu yang menyenangkan.
Setelah
makan malam tersaji mereka segera menikmatinya dan setelah itu mereka segera
kembali ke kamar.
Jodha: “Pak
presiden sepetinya aku harus istirahat sekarang karena besok kita harus bersiap
lebih awal utk menhadiri konferensi.”
Jalal: “Oh
tentu Saja, silahkan selamat malam dan tidurlah yang nyenyak. Saat Jodha berjalan
menuju ke kamarnya Jalal msih terus melihatnya dan berpikir “Dia
tampak cantik dan sangat seksi dengan gaun yang dikenakannya rasanya aku ingin
meraihnya dan bercinta dengannya ( haishh ...pak presiden mulaii lagi ) tapi aku harus bisa menahan diriku untuk
tidak melakukannya bahkan tidak juga menciumnya dan menunggu hingga dia
mengakui perasaannya.”
Keesokan
harinya mereka berdua telah siap dan segera menuju ke restaurant hotel utk
sarapan sebelum mengikuti konferensi yang akan memakan waktu seharian penuh.
Konferensi sepanjang hari ini sangat melelahkan, setelah konferensi berakhir Jodha
tampak kelelahan, Jalal memperhatikannya dan bermaksud untuk membatalkan makan
malamnya bersama dengan Jodha malam itu, tapi Jodha mencegahnya dan mengatakn
kalau dia baik-baik saja dan ingin keluar utk santai sejenak dripada hanya
berdiam diri di kamar.
Akhirnya
mereka berganti baju dan menghabiskan malam itu untuk makan malam, mereka
sangat menikmati kebersamaan malam itu hingga tak terasa waktu berlalu dan
kembali tiba saatnya untuk beristirahat.
Keesokan
harinya, sinar matahari mulai mengintip melalui tirai di kamar Jalal. Ia
perlahan-lahan membuka matanya dan memandang pada sumbernya, dengan senyuman
menghiasi waJahnya. Dia beranJak menuju ke balkon kamar dan merasa sangat
bahagia saat mengingat semua kebersamaannya dengan Jodha. Saat dia menoleh ke
arah kamar Jodha ( ini kamarnya bersebelahan
dgn satu ruang tamu ya? Masih belum bisa ngebayangin letak kamarnya hehe ) Saat
yang sama Jodha juga sudah bangun dan sedang menikmati morning coffeenya, saat Jalal
melihatnya, Jodha tersenyum.
Jalal
bergegas menuju ke ruang tamu dimana Jodha telah lebih dulu disana, Jodha: “Selamat
pagi pak presiden.”
Jalal: “Pagi
Jodha..”
Saat itu Jodha
segera menyiapkan juga secangkir kopi untuk Jalal, saat Jodha melakukan semua
itu Jalal merasa inilah hal yang kuimpikan memulai hari dengannya dan
mengakhiri hari juga dengannya (sudah
pasti sambil senyum-senyum pak presiden membayangkannya)
Jalal: “Hmm...
terima kasih Jodha sudah bersedia menemaniku selama beberapa hari terakhir ini,
aku sangat bahagia dan menikmati kebersamaan denganmu.”
Jodha: “Terima
kasih kembali pak presiden begitu pula denganku sangat menikmati kebersamaan
dengan anda.”
Mereka
duduk berdekatan sambil berpegangan tangan sesaat mereka berpandangan satu sama
lain, Jalal menatap Jodha dengan penuh cinta dan berkata dalam hati, “Aku sangat mencintaimu Jodha... sangat
mencintaimu tak akan kubiarkan seorangpun menyakitimu dan jika itu smapai terjadi
kupastikan orang itu akan sangat menderita.”
Tanpa
sadar Jalal sdh memeluk Jodha seolah-olah ingin melindunginya dari seseorang yang
Jahat dan Jodha membalas memeluk Jalal . Saat mereka tersadar.
Jodha: “Pak
presiden kurasa kita harus bersiap bukan untuk konferensi hari ini?”
Jalal: “Hari
ini bukanlah hari yang sangat penting untuk menghadiri, hanya beberapa briefing
untuk pemilik perusahaan. Sehingga kau dapat beristirahat di sini, aku akan
kembali malam. Kita kemudian bisa pergi untuk makan malam.”
Jodha
mengganguk dan tersenyum. “Umm... pak presiden, tapi bolehkan aku menelpon
ayahku? Karena sejak kita berangkat aku belum menelponnya lagi dan aku juga
khawatir bisa Jadi ada email penting dari kantor yang memerlukan bantuanku.”
Jalal: “Tentu
saja Jodha kau bisa gunakan laptopku.” ( eng i eng )
Kemudian Jalal
meminjamkan laptopnya pada Jodha seraya berkata, “Kau bisa memakainya selama yang
kau perlukan dan jika tiba-tiba laptopnya mati Gunakan nomor ponselku sebagai
passwordnya.”
Jodha: “Baiklah
terima kasih pak presiden.”
Jalal
kembali ke kamarnya dan segera bersiap untuk mengikuti konferensi. Jodha yang
tidak ikut segera mandi, saat keluar dari kamar mandi dia masih mengenakan
kimono mandi dan bergegas untuk menyalakan laptop... Saat menyalakan laptop dan
akan mulai kegiatannya dia melihat satu ikon (tanda) menarik perhatiannya di
layar menu. Ia mencari salah satu internet browser. Setelah melihat itu, dia
mengetuk tetapi mouse menyelinap ke program lain yang disematkan pada taskbar,
yang menyerupai tanda buku. Awalnya Jodha tak ingin membukanya tapi entah
kenapa rasa ingin taunya yang besar menggelitiknya untuk membuka file itu,
setelah dia memasukkan password dia mengetahui bahwa file itu berisi tulisan Jalal,
Jodha sempat berpikir Jalal memang orang yang sangat sibuk tapi dia sama sekali
tak menyangka bhwa Jalal menuliskan semua kegiatannya dalam buku harian.
Awalnya Jodha sempat merasa tak enak hati karena merasa telah mengambil
kesempatan utk mengetahui apa yang sebenarnya dia tak boleh tau tnpa ijin si
empunya, tapi rasa penasaran dan ingin taunya membuat dia mengabaikan itu. Jodha
mulai membaca dan alangkah terkejutnya Jodha karena catatan harian Jalal
sebagian besar berisi tentang Jodha tentang awal mereka bertemu, saat Jodha
mulai bekerja di perush Jalal dan semua rasa kagum/ketertarikan Jalal terhadap Jodha
tak terkecuali khayalan-khayalan Jalal tentang Jodha, Jodha memerah karena
sangat malu, bingung, melambung dan juga jengah pada saat bersamaan membaca
semua tulisan Jalal tentangnya.
Dia
akhirnya menutup jendela dan juga laptopnya. Itu sangat sulit baginya untuk mencerna
fakta bahwa Jalal bermimpi tentang dia secara teratur. “Hei Kanha! Apa yang
baru saja kubaca? Pak Presiden... dia terus... Ya Baghwan! Sekarang apa yang
harus aku lakukan? Aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku mengetahui
mimpinya! Akan sangat memalukan! Aku pikir aku akan mati karena malu jika terus
tinggal di ruangan ini. Lebih baik aku pergi berenang, itu pasti akan
membantuku menjernihkan pikiranku!”
Jodha
pergi ke kamarnya untuk mengambil pakaian renang. Dia tidak tahu hal-hal yang
akan terjadi padanya setelah semua ini..... TBC-->Chapter 30
Fanfiction His First Love Chapter yang lain
Klik
Disini