~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sementara
itu, Jalal telah meninggalkan kantor tanpa sepengetahuan siapapun. Dia harus
menghadiri beberapa pekerjaan yang sebenarnya tidak ingin dihadirinya, karena
berarti dia tidak akan melihat Jodha sepanjang hari. Tapi ternyata pekerjaan
itu sangat mendesak, jadi dia segera meninggalkan kantor setelah bertemu Jodha.
Meskipun sebenarnya dia kesal, dia ingin segera kembali sehingga setidaknya dia
bisa melihatnya lagi. Dan itu bisa menjadi cara yang sempurna untuk mengakhiri
harinya. Melihat orang yang dicintainya, malaikatnya, adalah sesuatu yang tidak
akan pernah bisa membuatnya lelah. Dia benar-benar merasa sangat bahagia dan
damai setiap melihatnya. Dia satu-satunya wanita yang bisa membuatnya gelisah.
“Jodha, cintaku... mataku tidak sabar untuk melihatmu! Aku ingin menyelesaikan
pekerjaan ini dan segera kembali!”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jodha
mendesah dan membuka tiffin nya. Dia berharap melihat Jalal ketika dia pergi ke
meja Salima, seperti biasanya. Namun, yang dia lihat hanyalah kursi kosong dan
tidak ada Jalal dimanapun. Dia mulai berjalan ke meja dan duduk di kursi. Dia
mulai memakan makan siangnya dengan kekecewaan tampak jelas di wajahnya. Salima
dan Ruqaiyya menatapnya dengan rasa ingin tahu.
Ruqaiyya:
“Kya hua (ada apa), Jodha? Mengapa kamu terlihat sangat marah?”
Salima:
“Haan Jodha. Apakah semuanya baik-baik saja?”
Jodha:
“um... yeah guys aku baik-baik saja!”
Salima:
“Lalu mengapa wajahmu seperti itu?”
Jodha
berpura-pura ceria, “Um... Yah,, tidak ada yang aneh. Aku hanya merindukan
pekerjaanku setelah ku tinggalkan dua hari. Itu saja...”
Ruqaiyya:
“terima kasih Tuhan, kau baik-baik saja!”
Mereka
berdua terus makan sementara Jodha dalam dilema. Jodha berkata dalam hati, “Apakah akan baik-baik
saja menanyakan Presdir pada Salima? Bagaimana jika dia salah faham? Tapi dia
adalah temanku, jadi apa yang ku pikirkan.” Jodha akhirnya bertanya pada Salima, “Um...
Salima, dimana Pak Presiden? Aku tidak melihatnya sejak aku masuk.”
Salima
memberikan senyum licik pada Ruqaiyya. Dia tahu sekarang adalah waktu yang
tepat untuk tahu bagaimana perasaan Jodha dan bagaimana pemikiran Jodha pada
Jalal.
Salima:
“Pak Presdir keluar kantor beberapa jam yang lalu untuk suatu pekerjaan yang
mendesak. Tapi mengapa kau bertanya?”
Jodha
menjadi sedikit waspada setelah mendengar pertanyaan Salima yang ditujukan
padanya, “Um.... Aku hanya bertanya saja.”
Ruqaiyya:
“Waise Jodha, apa yang kau pikirkan tentang Pak Presiden?”
Salima:
“Haan Jodha, jangan-jangan kau berpikir bahwa dia panas!”
Jodha
terkejut dengan topik tiba-tiba Jalal panas. Ya, tidak diragukan lagi dia panas
tapi Salima dan Ruqaiyya belum pernah bicara tentang dia sebelumnya.
Jodha
mencoba bersikap biasa, “um... ya dia panas. Tapi mengapa kau mengatakan ini
begitu tiba-tiba?”
Salima:
“kita hanya ingin memeriksa apakah kau tertarik pada pria atau tidak! Tapi
Presdir so hot stuff! Pesonanya bekerja pada setiap gadis, tapi aku tidak
berharap bahwa kau juga tergila-gila padanya!”
Jodha:
“Salima! Apa yang kau katakan? Aku tidak naksir pada Pak Presiden!”
Salima: “Diam
Jodha! Kita tahu bahwa kau menyukainya!”
Ruqaiyya:
“Iya jadi hanya akui saja itu!”
Wajah
Jodha mulai memerah, “kalian benar-benar gila! Apa yang membuat kalian berpikir
begitu?”
Salima:
“Jika kau tidak menyukainya, lalu mengapa pipimu memerah seperti itu?”
Jodha
merasa sangat malu dan mulai memerah bahkan lebih keras! Dia tidak memiliki
jawaban atas pertanyaan Salima. Keduanya terus memandangnya dengan mata
penasaran dan bersemangat. Dia sedang memikirkan cara untuk mengatasi situasi
tersebut dan tiba-tiba telepon berdering. Ayahnya telah memanggilnya ke kabin
nya, untuk beberapa pekerjaan. Dia undur diri dari sana meninggalkan Salima dan
Ruqaiyya yang tampak kecewa. Jodha kemudian meninggalkan kabin dan merasa lega
bahwa dia tidak perlu menjawabnya. Namun, Ruqaiyya dan Salima tidak sedikit
kecewa. Perilaku Jodha sudah cukup untuk memberitahu mereka bahwa ia memiliki
perasaan lebih pada Jalal.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jodha
kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya setelah bertemu dengan ayahnya.
Banyak pikiran yang berjalan dalam benaknya. Dia bertanya-tanya apakah benar
yang dikatakan Salima. Dia juga tidak bisa berhenti memikirkan Jalal. “Apakah
yang dikatakan Salima benar? Apakah aku benar-benar menyukai pak Presiden? Aku
setuju bahwa dia telah mengambil alih pikiranku sejak pagi, tapi aku tidak
berpikir bahwa aku menyukainya. Kurasa aku hanya mengaguminya. Tetapi mengapa
aku begitu gelisah saat aku tidak melihatnya? Aku tidak pernah merasa seperti
ini sebelumnya. Aku ingin bertemu dengannya dan berbicara dengannya dan aku
tidak akan merasa lebih baik sampai aku melakukannya!”
Jodha
terus bekerja di mejanya sampai petang. Sampai saat ini, di terus menatap kabin
Jalal, sehingga dia akan tahu jika Jalal kembali. Akhirnya Jalal kembali ke
kantor pukul 6:20. Melihat dia, mata Jodha langsung berbinar. Dia merasa begitu
bahagia dan puas melihatnya setelah sepanjang hari tak melihatnya. Kantor sudah
mulai sepi, tetapi dia memutuskan untuk pergi dari kantor setelah bertemu
Jalla. Dia menyelesaikan pekerjaan terakhirnya dan menunggu sampai dia memiliki
waktu yang tepat untuk masuk kabin Jalal.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Disini
lain, Jalal akhirnya merasa bahagia karena bisa kembali ke kantor setelah hari
yang panjang. Dia tidak bisa menunggu lagi untuk melihat Jodha. Dia memasuki
kabin nya dan langsung pergi ke meja Salima, ingin tahu bagaimana Jodha melalui
hari itu.
Salima:
“Pak, Jodha tampak benar-benar gelisah sepanjang hari. Pada awalnya saya pikir
karena dia masih merasa lemah, tapi dia mengatakan kepada saya bahwa ia merasa
baik-baik saja.”
Jalal:
“Achcha, apakah ada lagi?”
Salima:
“Oh ya Pak, saya punya kabar baik untuk Anda. Ruqaiyya dan saya mencoba untuk
mengetahui perasaan Jodha hari ini. Reaksi nya benar-benar diluar kendali dan
ia benar-benar tersipu ketika kami mengambil nama Anda dan mulai menggoda dia!
Jadi apa yang kami simpulkan adalah bahwa ia mungkin dia memiliki perasaan
lebih pada anda, Pak.”
Kalimat
terakhir bergema Jalal di telinga. Dia tidak bisa percaya bahwa ini sebenarnya
terjadi! Jalal merasa bahagia, “Benarkah Salima? Apakah yang kau katakan
benar?”
Salima:
“Iya Pak! Ia memiliki sudut yang lembut untuk Anda! Namun, Anda masih harus
mengambil sedikit gerakan lambat. Dia masih berusaha menemukan perasaannya dan
langkah yang salah dapat merusak semuanya.”
Jalal:
“Oke Salima! Saya akan melakukan persis seperti yang kamu katakan! Terima kasih
banyak!”
Jalal
memberinya pelukan ramah. Ia benar-benar senang mendengar kabar baik dan ingin
berterima kasih kepada. Mereka kemudian memecahkan pelukan dan Salima
mengatakan bahwa itu adalah waktunya untuk pergi. Jalal tersenyum dan
mengatakan padanya untuk datang tepat waktu besok. Salima mengemasi
barang-barangnya dan meninggalkan kabin.
Jalal
pergi dan duduk di kursi, menunggu dan berharap bahwa malaikat-Nya akan datang
dan menemuinya.
Jam sudah
menunjukkan pukul 19:30 dan kantor benar-benar sudah sepi. Akhirnya Jodha
memutuskan bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk pergi dan bertemu Jalal. Dia
bangkit dari kursinya dan mulai menuju kabin nya. Dia mengetuk pintu dan masuk.
Jalal duduk pada kursi-nya tapi mendengar panggilan Jodha di keluar, dengan
cepat dia mengangkat wajahnya, dengan mata yang berkilau. Dia bangkit dari
kursinya dan mendekatinya. Dia memiliki senyum lebar dan lucu di wajahnya.
Jalal:
“Selamat malam, Jodha. Anda kamu belum pulang?”
Jodha:
“Um... Saya akan pulang sebentar lagi pak.”
Jalal:
“Oh, oke. Jadi, katakan padaku, apa yang membawamu kesini?”
Jodha:
“Yah, Pak Presiden, Anda pergi dari tadi pagi bahkan tanpa mengatakan sesuatu!
Saya ingin membahas sesuatu yang penting dengan Anda!”
Jodha
hanya membuat alasan karena dia tidak mau Jalal mengetahui bahwa dia terus
memikirkannya sepanjang hari ini. Jalal menyeringai, “Oh, jadi apa yang ingin
kau tanyakan?” Wajah Jodha mulai memerah, “Yah... Umm... tentang apa yang kita
lakukan di pagi hari...” Jalal dengan tatapan nakal, “Apa yang kita lakukan di
pagi ahri? Aku tidak ingat.” Wajah Jodha semakin memerah, “Um... Anda telah
mencium tangan saya...” Jalal mulai menggodanya, “Haan, jadi apa tentang hal
itu? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?” , “No! Tentu tidak! Yah... apa
yang ingin saya tanyakan adalah bahwa... umm...”
Jalal
menyadari bahwa Jodha terlalu malu pada saat itu untuk menyampaikan apa yang
dia ingin katakan. Ia dengan cepat mengambil tangannya dan mencium mereka lagi.
Jodha menutup matanya, dia merasakan kebahagiaan dan kegembiraan. Dia bisa
merasakan sensasi yang sama yang dia rasakan sebelumnya. Lututnya kembali
menjadi lemah. Akhirnya, Jalal berhenti dan menatap dia lagi. Dia tersenyum
manis. Di sisi lain, Jodha merasa bahwa kakinya melemah. Dia tidak mampu
mempertahankan keseimbangan dan hampir terjatuh, namun dengan sigap Jalal
segera menangkap tangannya. Dan mengalun Backsound...
Ishq
hai woh ehsaas
Ishq
hai woh jazbaat
Badal
de yeh duniya
Badal
de yeh haalaat'
Setelah
menangkap dia, Jalal menariknya ke arahnya. Jodha senang karena Jalal telah
menyelamatkannya sebelum dirinya terjatuh. Ia kemudian dengan cepat meletakkan
tangannya di atas bahunya. Jodha merasa sangat malu dan tidak mampu menatap
matanya. Dia tidak bisa menahan senyum, antara perasaan tidak bersalah dan
malu. Mereka dalam posisi itu cukup lama. Jodha terkejut saat tiba-tiba dia
merasakan bibir Jalal mencium dahinya cukup lama. Kemudian Jalal mengambil
tangan Jodha yang ada dibahunya. “Aku harap aku telah menjawab pertanyaanmu.”
Jodha masih menunduk malu, “Um...” Jalal kembali menggodanya, “Apa yang kau
katakan Jodha?” Jodha menjawab dengan nada lembut, “Ya.” Jalal menimpali dengan
singkat, “Baguslah.”
Jodha
melihat jam ditangannya, “Oh tidak! Ini sudah terlambat. Pak Presiden, saya
pikir saya harus pergi sekarang. Sampai jumpa besok.” , “Oke, Bye... Sampai
jumpa besok.” , “Bye Pak Presiden. Selamat malam.”
Jalal
menatap perawakannya yang mungil berlari keluar dari kabin Dia memikirkan
kejadian sebelumnya dan tersenyum lebar.
Disisi
lain, Jodah juga merasa bahagia. Meskipun sesaat, dia tersenyum saat teringat
ciuman tersebut. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Jalal besok, tetapi
mereka harus melewati malam yang terasa panjang untuk mereka berdua.........
TBC-->Chapter 27