By Sally Diandra..... Setibanya
di kota Jogjakarta, Jodha bersama dengan ibu dan adiknya langsung disambut oleh
Moti sahabat dekat Jodha sejak mereka duduk di sekolah perawat dulu, Moti
menjemput mereka di stasiun kereta api Tugu Jogjakarta “Jodhaaaaa ...” Jodha
segera melambaikan tangannya begitu dilihat Moti berteriak dan berjalan kearah
mereka setelah Jodha turun dari kereta api “Apa kabar, Jodha ... aku kangen
sekali sama kamu” Moti segera memeluk Jodha, Jodha terharu bisa kembali bertemu
dengan sahabatnya itu setelah tiga tahun tidak bertemu, namun komunikasi
diantara mereka tidak pernah putus, Jodha dan Moti selalu keep in touch untuk
memberitahu keadaan mereka masing masing.
“Selamat datang di kota
Gudeg, ibu” Moti memberi salam pada ibu Meinawati “Terima kasih, Moti ... Ibu
sangat berhutang budi padamu, apa jadinya kami kalau nggak ada kamu”, “Sudah
ibu, tidak apa apa ... selama aku bisa membantu, kenapa tidak? Apalagi Jodha
dan ibu sekeluarga sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri, heeiii ... apa
kabar cantik? Kamu semakin cantik saja.” Moti mencubit pipi Shivani, Shivani
hanya tersenyum “Ayoo ... mana barang barangnya, kita berangkat” Dengan sigap
Moti segera membantu Jodha dan keluarganya membawa barang barang yang mereka
bawa menuju ke parkiran mobil.
“Mo, aku minta maaf ya ...
waktu kamu menikah kemarin, aku nggak bisa datang kebetulan waktu itu, ibu
dapat banyak pesanan catering jadi sepulang dari rumah sakit, aku langsung
bantu ibu” Moti yang masih asyik mengendarai mobil cuma tersenyum kearah Jodha
yang duduk disebelahnya “Nggak masalah, Jo ... kamu kan sudah minta maaf by
phone kan? Aku bisa ngerti kok, trus ini catering ibu berarti tutup dong? waaah
sayang sekali yaa”, “Ya mau gimana lagi? Rumah dan toko yang didepan rumah itu
kami jual, tapi belum deal sih soal harganya, nanti kalau sudah deal, kami mau
cari rumah disini” Moti menganggukkan kepalanya “Nanti, kamu beli rumahnya
deket deket rumahku saja, Jo ... yaaa emang agak pinggiran sih, aku kan
tinggalnya di Sleman jadi bukan di Jogjanya, kalau di Jakarta tu macem tinggal
di Depok, Bekasi atau Tangerang gitu tapi suasana asyik kok, perjalanannya ke
Jogja juga nggak lama paling cuma 30 menit”, “Iyaaa, soal itu gampang, Mo ....
trus ini suami kamu ada dirumah?” Moti menggelengkan kepalanya “Tenang, saat
ini dia lagi berlayar, cutinya sudah habis, kemarin waktu kami menikah pas
kebetulan dia cuti 3 bulan, sekarang cutinya sudah habis, aku ditinggal deh”,
“Suami kamu kerja dikapal pesiar ya, Moti?” ibu Meinawati yang duduk dibangku
belakang ikut angkat bicara “Iya, ibu ... kalau dia sudah berangkat berlayar,
saya ditinggal selama setahun, bu ... untungnya ditinggali rumah jadi kan nggak
usah tinggal dengan ibu mertua, hahahahaha ...” Moti tertawa terbahak bahak
“Husssh! kamu ini tapi ibu mertuamu baik kan?” sekilas Moti melirik ke arah
Jodha “Baik, Jo ... Bahkan sangat baik sekali tapi aku kadang yang sungkan sama
beliau, abis kenalnya kan belum lama sama beliau jadi masih dalam taraf
adaptasi lah, tau sendiri kan?” Jodha menganggukkan kepalanya “Memangnya
kenapa, Moti?” ibu Meinawati ikut penasaran “Ibu, Moti ini kan menikahnya
dijodohin sama orang tuanya, jadi dia kan belum begitu kenal dengan ibu
mertuanya, untung aja suaminya cakep, tajir n cinta juga sama dia, siapa nama
suami, Mo?”, “Anant ... namanya Anant, Jo masa lupa sih?”
Tak lama kemudian akhirnya
mereka sampai juga dirumah Moti “Naaah, taraaaa ... home sweet home, kita sudah
sampai dirumah, ini rumah saya, bu ... maharnya suami, hahahaha” kembali Moti
tertawa terbahak bahak, dari dulu sifat Moti memang tidak pernah berubah selalu
tertawa riang “Bagus juga rumahmu, Mo ... minimalis tapi asri, trus yang
satunya lagi gimana?”, “Kalau yang satunya lagi buat kos kos-an kan deket sama
kampus UGM, oh iya nanti kalau Shivani diterima di UGM, kamu bisa tinggal
disana, nggak usah mikir soal biaya, yang penting selalu bersih dan rapi, abis
misua ku orangnya perfeksionis banget, apa apa kudu rapi, apa apa kudu bersih,
nggak kayak aku ini, hahahaha” Jodha menggeleng gelengkan kepalanya “Apapun
adanya kamu, kamu tetap teman terbaikku, Mo ...” Jodha langsung memeluk Moti,
Motipun ikut membalas “Udah aaah, jadi mewek ni, masuk yuuuk ... Mari ibu, aku
dirumah ini sendirian, jadi apa apa aku kerjain sendiri, jadi maaf kalau agak
berantakan karena belum sempet beres beres kan baru 1 bulan aku tinggali, belum
beres bebenah, suamiku sudah harus berangkat berlayar lagi”, “Nggak usah
khawatir, kan bala bantuan datang niii tapi suami kamu sudah tau kan kalau kami
sementara tinggal disini?” Moti langsung menganggukkan kepalanya “Sudah, jangan
khawatir, dia malah seneng kok karena aku dapat temen selama dia berlayar”,
“Kasihan kamu ya, Moti ... baru 3 bulan menikah sudah ditinggal bekerja, jauh
pula”, “Nggak papa, bu ... yang penting duitnya ngumpul, hahahaha” kembali Moti
tertawa riang “Oh iya, diatas ada 2 kamar, itu bisa kalian pakai, terserah mau
pakai yang mana, kalau kamarku yang dibawah ini, kalau gitu sekarang kita bawa
barang barang kalian ke atas dan ibu bisa istirahat dulu lalu nanti kita bisa
ngobrol ngobrol lagi, okay?”
Jodha menuruti perintah Moti,
bergegas dibawanya semua barangnya bersama ibu Meinawati dan Shivani. Moti
memang seorang sahabat yang bisa Jodha andalkan, begitu Jodha mendapat
ultimatum dari bibi Maham Anga, Jodha langsung mengabari Moti tentang hal ini,
disaat Jodha belum menemukan jalan keluar dari masalahnya ini, Moti dengan
tangan terbuka malah menyuruh Jodha untuk pindah ke kota kelahirannya,
Jogjakarta ... sebuah kota yang mungkin bisa membuat Jodha bisa sedikit demi
sedikit melupakan Jalal suaminya.
Malam itu, Jodha masih asyik
bebenah barang barangnya dikamarnya, sementara ibu Meinawati menempati kamar
satunya bersama Shivani, tiba tiba ketika Jodha menemukan baju Jalal yang
sengaja memang dibawanya beberapa potong kedalam tasnya, sementara sisanya yang
lain sudah dia serahkan ke bibi Maham Anga begitu Jalal mau dibawa ke
Singapura, sesaat Jodha terdiam kemudian diciumnya baju Jalal sambil menangis
sesenggukkan, Moti yang saat itu kebetulan lewat didepan kamar Jodha yang
pintunya masih terbuka langsung menghambur kedalam kamar Jodha dan memeluknya
erat dari belakang “Sudah, Jo ... lupakan saja, anggaplah semua ini memang
sudah menjadi suratan takdirmu, relakan dia, ikhlaskan dia” Jodha menggelengkan
kepalanya lemah “Aku nggak bisa melupakan dia begitu saja, Mo ... aku sangat
mencintainya, apalagi didalam rahimku ini ada seorang anak yang sangat dia idam
idamkan selama ini”, “Tapi kamu harus kuat, Jo ... demi anak ini, demi ibu dan
adikmu”, “Aku tau, Mo ... selama ini aku berusaha tegar didepan mereka tapi
kalau aku sedang sendirian seperti ini, aku sering menangis sendiri, aku
sebenarnya nggak tahan dengan semua ini, Mo ... ingin sekali aku melawan bibi
Maham Anga tapi aku nggak berdaya karena nyawa Jalal yang menjadi taruhannya,
aku bisa apa? Sementara Jalal membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk
membuatnya bisa bertahan hidup hingga sembuh, aku hanya berharap dan selalu
berdoa agar Jalal segera sembuh seperti sedia kala”, “Aamiin ... sekarang lebih
baik kamu tidur, hari sudah malam”
Jodha akhirnya menuruti
permintaan Moti, Jodha tertidur sambil memeluk erat baju Jalal yang masih ada
dalam gengamannya “Selamat malam, sayang ... aku selalu mencintaimu sampai
kapanpun” bathinnya dalam hati
sambil diciumi baju Jalal kemudian dipejamkannya matanya.
Sementara itu di Singapura,
di Mount Elizabeth Hospital, setelah
Jalal berada disana selama seminggu, ibu Hamida mulai bertanya tanya tentang
keberadaan Jodha “Salima, ini sudah seminggu Jalal berada disini tapi kenapa
Jodha tidak segera menyusulnya kemari?”, “Aku juga tidak tahu, bu ... dulu
sebelum kita bawa Jalal kesini, aku sudah menitip pesan padanya, agar dia
menyusul kemari, aku juga sudah memberinya tiket pesawat tapi kenapa dia nggak
datang juga?” Salima juga penasaran dengan keberadaan Jodha “Coba besok kalau
kamu pulang, mampirlah kerumahnya atau ke rumah sakit tempat dia bekerja, siapa
tahu dia sedang dalam masalah karena dari kemarin kemarin ibu sudah bolak balik
menelfonnya, ponselnya selalu tidak aktif, ibu takut ada apa apa dengan dia”
ibu Hamida cemas memikirkan Jodha “Iya ibu, besok aku pulang, aku pasti bakal
mampir kerumahnya, aku juga khawatir dengan keadaannya tapi ibu tenang saja,
tidak usah dipikir terlalu berat, aku yakin Jodha baik baik saja, ibu disini
juga harus jaga kondisi kesehatan, jangan sampai ibu juga sakit” Ibu Hamida
hanya mengangguk anggukkan kepalanya “Kalau ada berita tentang Jodha, segera
beritahu ibu ya, Salima”, “Pasti ibu!”
Setibanya Salima di
Indonesia, sebelum pulang kerumahnya, Salima minta sopir pribadinya untuk
mengantarnya ke rumah Jodha terlebih dahulu, namun begitu sampai dirumah Jodha,
rumahnya sepi, tidak ada kehidupan disana “Mungkin Jodha sedang tugas, lebih
baik aku kerumah sakit saja” bergegas Salima langsung meluncur kerumah
sakit tempat dimana Jodha bekerja.
Begitu sampai dirumah sakit
Salima segera menuju ke ruang operasi, diketuknya perlahan pintu ruang operasi
tersebut, tak berapa lama kemudian keluarlah Rukayah dari balik pintu ruang
operasi “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” Salima langsung mengenali
Rukayah sebagai teman Jodha yang sering menemani Jodha ketika Jalal dirawat
dirumah sakit ini “Kamu ... teman Jodha kan?” Rukayah mengangguk “Iya betul,
ada apa ya, bu?”, “Saya Salima, saya kakaknya Jalal, suami Jodha” Rukayah
langsung tersenyum senang “Oooh iya, saya ingat, makanya dari tadi saya
berfikir sepertinya saya pernah melihat anda karena rasanya begitu familiar,
ada yang bisa saya bantu?” Salima tidak membuang waktu lagi, langsung to the
point bertanya ke Rukayah “Jodha dimana? Apakah dia tugas hari ini? Karena tadi
ketika saya kerumahnya, rumahnya sepi” Rukayah mengernyitkan dahinya “Bukannya
... bukannya Jodha menyusul Jalal ke Singapura?” Salima benar benar kaget
“Menyusul? Maksudmu Jodha pergi ke Singapura?”, “Iya, dia bilang seperti itu ke
saya malah dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya, Jodha sudah tidak
bekerja lagi dirumah sakit ini”, “Apa? yang benar saja? Kamu tidak main main
kan? Jadi Jodha benar menyusul Jalal ke Singapura? Tapi kenapa sampai saat ini
dia tidak ada disana? Ini saya baru pulang dari Singapura, saya sudah selama
seminggu disana tapi Jodha tidak ada disana” Rukayah mulai panik dan bingung
“Yang benar? Jodha tidak ada disana? Ya Tuhaaan ... dimana kamu Jodha?” Salima
juga panik dan bingung “Ya sudah, saya pamit pulang dulu, kalau ada berita
tentang Jodha, tolong kabari saya ya, ini kartu nama saya, mari ...” Salima
segera meninggalkan Rukayah yang masih terbengong bengong setelah mendapat
kabar tentang Jodha...... TBC-->Chapter 13 Klik Disini