Written By: BhaviniShah
Translate By: Dewi Agasshi
Masih dalam Diwanni E Khass.
Jodha menatap Jalal dengan ekspresi lega,
dalam nada sangat berterimakasih ia berkata... “Dhanyvaad Shahenshah,
dukunganmu telah memberikanku kekuatan dan keberanian. Beberapa menit yang lalu
aku sangat khawatir, aku takut bahwa mungkin kau akan terganggu dan tak
menyukai kata-kataku. Tapi setelah mendapat dukunganmu aku benar- benar senang
dan merasa sangat lega.”
dengan nada rendah dan mengggoda Jalal berkata... “aku tak menyangka ternyata
Hamari Jungle Billy memiliki begitu banyak pengetahuan tentang isu-isu politik.”
Jodha menyeringai dan
dengan berbisik ia menjawab... “Shahenshah, berhenti menggodaku. Ingat kita masih
dalam Diwanni E Khass bukan di dalam kamarmu.” ***Ohhh
berarti kalau dalam kamar boleh gitu ya?? Ok deh lakukan apapun yang kalian
inginkan***
Begum E Khass melihat kemesraan Jalal
dan jodha yang terpampang nyata dihadapanya menjadikan dia cemburu dan marah
disaat yang bersamaan. Kemarahanya ibarat gunung merapi yang siap meletus kapan
saja. Hatinya terasa sakit dan terbakar dari dalam. **yeyeye
lalala, saya bantu nuang bensin yaaa biar gosong sekalian hahaha***.
Maham merasakan hawa kemarahan dan
kebencian yang dipancarkan begum E Khass, ia meraih tangan Begum E Khass dan
menggenggamnya seraya berkata... “Bersabarlah begum E Khass, saya tak pernah berfikir
jika Jodha Begum memiliki pengetahuan akan isu-isu politik. Jika panah melesat
tepat sasaran bukan berarti bahwa anda telah menjadi ahli dalam memanah, ini
hanyalah permulaan. Lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya, segera saya
akan menjebaknya. Hal itu tak akan terlalu sulit karena pada dasarnya pemikiran
Jodha Begum dan Jalal sangat berseberangan. Jodha Begum adalah seseorang yang
berhati lembut **wuahhh Maham memuji Jodha**
tapi ketika ia harus mengambil keputusan yang sulit maka Jalal akan menyadari
betapa salahnya ia menunjuk Jodha Begum sebagai Malika E Hindustan.. dan
bukanya menunjuk anda. Khass begum, jangan kehilangan keberanian anda. Jika tidak
hari ini mungkin besok, tapi kita pasti akan berhasil. Anda hanya perlu terus
bersabar, segera kita akan meunjukkan dimana tempat sebenarnya Rajvanshi itu. Jadi
saya mohon pakailah topengmu, sembunyikan rasa kebencianmu dari wajah kodokmu.”
Kodok dan Maham akhirnya bertukar tatapan dan seringaian sinis.
Akhirnya Jalal mengumumkan keputusan...
"Kami akan memberikan keringanan pajak kepada desa mereka sampai
kondisi mereka pulih seperti sediakala. Sementara itu kami juga akan
mengirimkan bantuan dari Agra secepat mungkin.” Jalal memerintahkan untuk
menginformasikan pada semua negara terdekat untuk mendukung dan mengirim
bantuan pada desa yang terkena bencana
alam. Raja yang mengalami bencana dinegaranya sangat senang dengan keputusan
keringanan pajak tersebut, ia berdiri dari tempatnya dan menghormat untuk berterimakasih
pada Jalal dan Jodha. Jalal kemudian memerintahkan untuk melanjutkan membacakan
permasalahan yang masih harus ditanganinya.
Atgah Sahib kemudian membaca
permintaan (darkhvas) selanjutnya... "Shahenshah, keluhan ini telah
datang dari kota Jabalpur. Beberapa orang biasa berkumpul dan
mengirim keluhan ini. Mereka memiliki keluhan terhadap beberapa
pemasok makanan yang menjual bahan dasar (anaj) makanan seperti beras, gandum
dan kacang karena harga yang sangat tinggi. Mereka bahkan
mencampurkan banyak kerikil dalam makanan dan menurut mereka
semua para penjual itu diam-diam berkumpul dan menaikkan harga sehingga orang
tidak punya pilihan lain.
Jalal meminta penasehatnya untuk
menyatakan pendapat mereka tentang apa yang harus dilakukan untuk
mengendalikan situasi ini.
Hampir semua orang memberikan pendapat
yang sama bahwa semua pemasar harus dikenakan sanksi karena
telah menjual barang-barang kebutuhan dasar dengan harga yang
lebih tinggi dari yang seharusnya.
Jalal juga setuju dengan mereka semua. Namun Jodha dengan nada rendah mengatakan...
"Shahenshah, saya tidak berpikir kita harus menghukum para
penjual itu.”
Jalal menjawab dengan tenang... "Jodha, kenapa tidak?kau
mengutarakan pendapatmu di depan banyak orang, tetapi pastikan juga bahwa kau
memiliki alasan yang sah untuk argumenmu ini.”
Jalal mengatakan kepada semua
orang... “Malika E Hindustan memiliki pendapat yang
berbeda dalam hal ini. Dia ingin membicarakan hal ini lebih
lanjut.”
maka Jalal menatap Jodha dan
memberikan izin untuk melanjutkan lebih lanjut.
Jodha dengan percaya diri mengatakan...
"Menurut saya kita tidak harus menghukum para pedagang ini
karena tidak ada hukum yang dibentuk untuk mengendalikan harga untuk
barang-barang kebutuhan pokok. Mereka
bisa menjual barang dengan harga
berapapun karena tidak ada batasan yang ditetapkan oleh hukum.
Biasanya, di sebagian besar kompetisi, pasar mengontrol inflasi harga.
Tapi sayangnya di kota ini semua pemasar bersatu menaikkan harga
dan pada gilirannya menghukum orang-orang awam. Saran saya
adalah kita perlu menetapkan undang-undang baru yang menurutnya Sultanat akan
memutuskan harga maksimum untuk barang-barang kebutuhan
pokok dan jika pemasar tidak mengikuti hukum maka kita bisa menghukum
mereka dan hukum ini akan bermanfaat tidak hanya untuk wilayah Jabalpur tetapi
di seluruh Sultanat di semua negara.” ***mumet
asli ini, pembahasan ekonomi, welehh welehhh***.
Seluruh pengadilan terpesona
sekaligus terkejut dengan semua pemikiran
bijaksana Jodha, tak terkeculi Jalal. Jalal bahkan tak pernah berfikir
bahwa Jodha memiliki pengetahuan tentang isu-isu ekonomi negara. Tiba-tiba
Jodha memperoleh banya pujian dari seluruh penasihat dan administrator. Jalal juga
terkejut dengan visi panjang Jodha dan dengan kecerdasanya.
Maham dan Khass Begum menjadi kecut
hati melihat kecerdasan Jodha yang luar biasa. **emangnya
kalian, otaknya Cuma otak sengkuni, weeeee**
Atgah Sahib sangat setuju dan dengan pendapat dan
saran Jodha, ia dengan hormat mengatakan... "kami sangat bangga
memiliki Anda di pengadilan kami sebagai Malika E Hindustan, visi jauh Anda
akan menguntungkan negara ini.”
Bersambung ke Part 2