Seharian Nadha menunggu ponselnya berdering yang memunculkannya nama Jalal, belum juga berbunyi. Hingga malam pun tiba, Nadha masih setia menunggu ponselnya berdering. Dia ga mau jauh2 dari ponselnya, ketika Jalal telpon dia bisa langsung mengangkatnya. (Segitu rindunya neng... napa ga tlpn duluan sih neng???)
"Jalal, kenapa kamu belum menghubungi juga?? Tak tahukah kamu betapa diriku merindukanmu??", batin Nadha sedih sambil duduk diatas ranjangnya dengan memeluk lututnya dan mulai air mata mengalir turun dari mata kelincinya. Hujan pun turun seakan2 tahu apa yang saat ini sedang dirasakan oleh Nadha. (Bayangin scene New Moon).
Sudah 1 hari Jalal sama sekali tidak menghubunginya membuat Nadha menjadi gegana. Menjalani aktivitasnya pun tak semangat. Di toko, dia sering terlihat melamun dan memandang kosong layar di ponsel. Tiap ponselnya berbunyi selalu berharap itu adl Jalal yang menghubungi saat dilihatnya nama lain yg menghubungi, Nadha langsung menghela nafas dan kembali sedih.
Perubahan sikap Nadha yang aneh itu membuat tanda tanya pada Salima dan nenek Athifa. Akhirnya nenek Athifa meminta Salima untuk bertanya kepada Nadha apa yang membuatnya gegana.
Salima mendekati Nadha yang saat itu sedang melamun di halaman belakang rumah, "Nadha, bolehkah kakak bertanya sesuatu kepadamu??".
"Iya kak, ada apa?", jawab Nadha datar dengan wajah masih dirundung sedih.
"Ada apa denganmu, Nadha?? Kakak perhatikan, sikapmu belakangan ini aneh. Kamu banyak diam, melamun, sedih dan kadang menangis. Bahkan belakangan ini kamu juga jarang makan. Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan??", tanya Salima penasaran dengan memandang Nadha.
"Ti... tidak, Kak. Tidak ada apa-apa, Kak. Hanya saja...", jawab Nadha terpotong saat menghela nafas.
"Tidak mungkin, kalau tidak ada yang terjadi sikapmu tidak akan seperti ini. Percayalah sama kakak, kamu bisa ceritakan semuanya sama kakak", ucap Salima sambil memegang pundak Nadha sebagai tanda bahwa dia bisa dijadikan tempat sandaran untuk berkeluh kesah.
Bukannya menjawab pertanyaan Salima, Nadha malah memeluk Salima dan menangis dipelukannya. Salima membiarkan Nadha nangis sepuasnya. Salima yakin pasti ada sesuatu yang membuat Nadha seperti itu karena biasanya Nadha adl gadis yang periang dan ramah. Setelah Nadha puas menangis. Salima melepaskan pelukannya dan memegang bahu Nadha, "Sekarang jelaskan kepada Kakak, apa yang terjadi padamu??!!", tanya Salima dengan nada tegas.
"Se... sebenarnya aku juga tidak tahu, Kak kenapa aku seperti ini. Hatiku serasa sakit, Kak sejak... (ucapan Nadha terputus untuk mengambil nafas) sejak kepergian Jalal ke Miami, Kak. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa kehilangan dia, memikirkannya, mengkhawatirkannya dan dia berjanji akan meneleponku saat dia sudah disana tapi sampai sekarang belum juga menghubungiku, Kak. Aku jadi cemas dan...", jawab Nadha terpotong saat Salima berbicara.
"Hhmmm, kakak tahu apa penyebabnya kenapa kamu seperti itu??!!!, jawab Salima gembira mulai menggoda Nadha.
"KAMU ITU SEDANG JATUH CINTA...!!! Ya, kamu itu sedang jatuh cinta kepada Jalal, Nadha..!!!", ucap Salima tersenyum menggoda Nadha sambil mencolek hidung mancungnya.
Nadha yang mendengar pengakuan Salima itu langsung kaget dan muncul semburat merah di kedua pipinya dan menundukkan mukanya karena malu, begitu terlihat dengan jelas bagaimana perasaan Nadha kepada Jalal. "Benarkah, aku mulai mencintai Jalal??", tanya batin Nadha ragu. "Iya, bodoh. Kamu mencintainya. Jika berada di dekatnya, dirimu terasa bahagia dan tenang. Saat mendengar suaranya, kamu bagaikan larut dalam tutur katanya. Saat melihat senyumannya, kamu bagaikan tersihir dan termantrai oleh pesonanya. KAMU MENCINTAINYA, Nadha...!!!", batin dan pikiran Nadha bergulat dengan perasaannya.
"Sekarang kamu jujurlah pada dirimu sendiri, Nadha...!!! Dan juga jujurlah kepada Jalal. Beritahu dirinya bahwa kamu mencintainya. Hanya kepada Jalal, sikapmu seperti ini Nadha. Dia berhak tahu tentang perasaanmu padanya dan kakak yakin dia pun memiliki perasaan yang sama denganmu karena kakak menilai bagaimana caranya memperlakukanmu. Kakak turut senang jika kalian bersatu. Jalal orang yang baik, Nadha. Kakak doakan yang terbaik untuk kalian", ucap Salima sambil memegang kedua tangan Nadha dan menatap kedua mata Nadha.
Nadha memeluk erat Salima lagi, kembali menangis dan mengucapkan terima kasih. Sekarang hatinya lega setelah curhat kepada Salima. Dirinya seakan menemukan titik terang. Secercah harapan tentang perasaannya. "Ya.. .iya AKU MENCINTAI JALAL... AKU MENCINTAINYA...!!", teriak batin Nadha. (mungkin kalo dirumahnya ga ada orang, udah teriak2 pake toa... hahaha)
Di Miami, Jalal dan Atgha Khan mulai disibukkan oleh pekerjaan mereka. Meninjau lokasi proyek, meeting dengan orang-orang dari Ramses Corp. Menghadiri jamuan-jamuan. Jalal teringat kalau dia belum menghubungi Nadha sejak dia tiba disana. Selain kesibukan yang menyita waktunya juga karena perbedaan waktu yang signifikan antara India dengan Miami. Perbedaan waktu di Miami kurang lebih 10 jam lebih lama dari India, misal: di India jam 10 malam, di Miami baru jam 8 pagi di hari yg sama.
Menyadari hal itu akhirnya Jalal akhirnya menelepon Nadha setelah dia kembali ke hotel.
KRINGGG....KRINGGG
Ponsel Nadha, berbunyi dan tertera nama Jalal dilayar. Ketika melihatnya Nadha sangat bahagia dan segera mengangkat teleponnya.
Jalal: "hallo, Nadha. Bagaimana kabarmu hari ini?? Apakah kamu masih mengalami sakit kepala lagi?? Maafkan aku karena baru menghubungimu. Aku sangat sibuk disini. Lagipula jika aku menghubungimu saat siang hari, disana sudah malam dan aku tidak mau mengganggu tidurmu".
Nadha sangat bahagia dapat mendengar suara Jalal lagi dan dia hampir menangis saat menjawab telepon dari Jalal.
Nadha: "a... aku baik-baik saja, Jalal. Ti... tidak apa-apa Jalal, aku mengerti kamu pasti sangat sibuk disana. (eeeaaa ciyus nih neng gpp?? Perasaan tadi gegana deh... nangis mewekkk!!)
Jalal merasakan ada hal aneh sama Nadha saat mendengar suara Nadha seperti lirihan orang yang sedang menangis.
Jalal: "apakah kamu yakin, Nadha, kamu baik-baik saja?? Karena suaramu seperti berkata lain..!!".
Nadha: "i... iya, Jalal. I'm fine. Nothing matter".
Jalal: "kamu tahu Nadha?? Betapa aku sangat merindukanmu?? Kangen akan senyum, suara dan wajahmu. I wish u were here with me now. This place so much beautiful like u".
Mendengar kata Jalal yang merindukannya membuat Nadha bahagia.
Nadha: "really, Jalal?? I wish I could. Hhhmmm, Jalal, I miss u too".
Jalal bahagia mendengar perkataan Nadha bahwa dia juga merindukan dirinya.
Jalal: "oohhh... I'm so happy to hear that. Segera setelah pekerjaanku selesai disini, aku akan langsung pulang dan menemuimu. Take care of your health, dear. Tunggu kepulanganku, Nadha.
Nadha: "u too, Jalal. Aku akan menanti kepulanganmu". (duhhh, nulis percakapan ini jadi inget pengalaman pribadi.... *abaikan)
Nadha menutup teleponnya. Keduanya ditempatnya masing2 nampak sangat bahagia karena dapat mendengar suara satu sama lainnya. Jalal bahagia karena sepertinya Nadha memiliki perasaan yang sama meskipun Jalal mengucapkan kata cinta kepada Nadha. "Iya... itu dia... AKU MENCINTAI NADHA", teriak batin Jalal.
~~~~~~~~~~~~~~0O0~~~~~~~~~~~~~~~
Hari-hari berikutnya berlalu. Nadha bahagia karena sudah mendengar suara Jalal. Dirinya seperti hp yang udah dicas penuh. Nadha tersenyum dan riang kembali. Salima yang melihat perubahan sikap Nadha hanya tersenyum senang bahwa apa yang dipikirkannya adalah benar.
Sudah hampir 5 hari di Miami akhirnya Jalal kembali ke India. Dia dan Atgha khan disambut oleh Mirza Hakim di bandara. Mereka bertiga pin berlalu dari bandara dan menuju kerumah.
Sampai dirumah, Jalal disambut oleh Hameeda. Dikarenakan Jalal sampai di India menjelang malam dia lebih memilih untuk beristirahat karena merasakan jetlag. "Besok, aku akan menemuimu sayangku. Aku sangat ingin bertemu denganmu dan...", batin Jalal sambil memikirkan Nadha dan memegang kotak hitam mungil dan ketika melihat isinya, Jalal tersenyum bahagia.
Keesokan sorenya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Jalal pulang untuk menemui wanita yang dicintainya. Audi hitam terparkir di depan rumah nenek Athifa. Jalal menekan bel rumah dan Salima yang membuka pintunya.
Salima tersenyum melihat kehadiran Jalal dan tanpa basa basi dia menyuruh Jalal masuk, "masuklah Jalal dan dia ada di halaman belakang... kamu langsung aja kesana", goda Salima sambil menunjuk ke arah halaman belakang rumah.
Jalal pun langsung menuju ke halaman belakang dan disana dia melihat Nadha sedang duduk termenung menatap bintang-bintang yang berhamburan di langit. Jalal diam-diam mendekati Nadha karena ingin memberi kejutan. Posisinya Jalal ada di belakang Nadha.
"Jalal... kapankah kamu akan pulang??", tanya Nadha sedih sambil manyun.
"Aku ada disini, Nadha. Aku sudah kembali", ucap Jalal setengah tertawa menggoda Nadha.
"Tuh kan, begitu merindukannya sampai-sampai aku mendengar suaranya hadir disini", ucap Nadha bingung masih manyun.
Jalal semakin ga tahan, akhirnya dia menghampiri Nadha lebih dekat dan tiba2 semilir angin bertiup dan tercium aroma yang terdiri dari campuran lemon, bergamot, guaiac wood, tonka bean dan olive flower yang berasal dari parfum Black Code "Giorgio Armani" yang selalu dipakai oleh Jalal.
"Ya Tuhan, sampai aroma parfumnya pun hadir disini. Apakah begitu merindukannya diriku kepada Jalal, hingga seperti ini??", kembali Nadha berucap sambil tepok jidat dan menggelengkan kepalanya.
"Iya sayangku... aku pun juga merindukanmu", ucap Jalal sambil menyentuh pundak Nadha.
Merasa ada yang menyentuh pundaknya dan Nadha melihat tangan yang menyentuh pundaknya dan dia kaget ternyata itu tangannya Jalal. Dengan segera dia bangun dari duduknya, sedikit menjauh dan berbalik ke arah Jalal berada.
"Ka... ka... kamu???!!! Sejak kapan kamu ada disitu??!!! Ka... kapan kamu pulang??", tanya Nadha kaget mata kelincinya semakin melotot.
Bukannya menjawab pertanyaan Nadha, Jalal malah mendekati Nadha dan sekarang jarak mereka berdua sangat dekat. Mereka berdua saling menatap, terlihat rasa rindu yang amat sangat di kedua mata mereka. Lama mereka diam saling menatap. Akhirnya Nadha tak kuasa untuk menatap Jalal lebih lama lagi.
Tumpah air mata Nadha dan memeluk Jalal. Jalal pun memeluk Nadha dengan erat. Mencium aroma campuran citrus accord, peony, rose, omanthus flower, pink pepper dan sandalwood yang berasal dari parfum Flora "Gucci" yang sering dipakai oleh Nadha. Jalal sangat merindukan aroma parfum itu dan begitu pula dengan Nadha.
Jalal membiarkan Nadha menumpahkan semua airmata rindunya. Setelah Nadha sudah puas menangis, Jalal melepaskan pelukannya dan memegang bahu Nadha dan tampak kaget melihat dengan kondisi Nadha yang berbeda sebelum dia meninggalkannya ke Miami.
Jalal menghapus air mata Nadha, "sudah puas menangisnya?? Apa yang terjadi padamu?? Kamu kelihatan agak pucat dan sedikit kurus. Apakah kamu sakit??", tanya Jalal cemas sambil menatap Jalal.
Nadha memukul pelan dada Jalal yang bidang, "kamu jahat, kenapa tidak bilang kepadaku kalau kamu sudah pulang?? Apakah kamu tidak tahu kalau sangat merindukanmu??!!", tanya Nadha sedih campur bahagia, air matanya mulai tumpah lagi. (duhhh jadi ikutan mewekkk nih.... tissu... mana tissue??)
"Kamu tuh yaa kalo ditanya malah balik tanya..!!", jawab Jalal sambil menggoda Nadha dengan mencolek hidung mancungnya.
"Maafkan aku, Nadha kalau aku tidak memberitahumu perihal kepulanganku karena aku ingin memberimu kejutan. Tapi malah aku yang terkejut dengan melihat kondisimu seperti ini..!!", ucap Jalal sedih.
Jalal kembali memeluk Nadha dan menumpahkan segala rindu yang menyesakkan dada......