Saat lagu
berakhir, tampak mereka berdua masih terlena. Sampai pundaknya Jalal ditepuk
oleh salah satu rekan bisnisnya sekaligus teman masa kuliahnya dulu. Nadha
pamit kepada Jalal untuk ke toilet. Nadha membiarkan Jalal dan temannya asik
mengobrol.
Saat Nadha pergi
ke toilet tiba-tiba saja dia merasakan sakit kepala lagi dan kenangan masa
lalunya bermunculan lagi bagai cuplikan-cuplikan episode. Nadha berjalan
terhuyung-huyung seperti orang mabok. Di dalam kamar mandi, tangan kanannya
memegang kepalanya yang berdenyut dan tangan kirinya berusaha untuk menyentuh
wastafel namun naas, tubuh Nadha malah limbung dan jatuh pingsan.
Ketika ada
seorang tamu yang akan masuk ke toilet wanita nampak kaget melihat Nadha
tergeletak pingsan. Langsung dia berteriak, "to...tolong, tolong...ada
seorang wanita jatuh pingsan di toilet".
Jalal yang
mendengar teriakan itu spontan mencari-cari sosok Nadha. Disaat dia ga
menemukan sosok Nadha dimanapun, secepat kilat Jalal menghampiri wanita yang
berteriak tadi dan ketika Jalal melihat yang tergeletak pingsan adalah Nadha.
Segera Jalal mengangkat tubuh Nadha sebagian. Ditepuk-tepuk pipinya untuk
membangunkan Nadha, "Nadha...Nadha...bangun sayang...sadarlah, aku mohon
sadarlah...!!!", lirih Jalal sedih mengkhawatirkan Nadha sambil memeluk
sebagian badan Nadha. Alhasil Nadha akhirnya sadar meskipun masih setengah
sadar karena sakit di kepalanya masih terasa.
"Nadha...apa
yang terjadi padamu?? Kenapa kamu tiba-tiba pingsan??", tanya Jalal cemas.
Nadha yang masih
meringis karena sakit di kepalanya belum juga hilang, "ke...kepalaku sakit
sekali Jalal, bisakah kamu membawaku pulang??!!", pinta Nadha.
"Nehii, aku
akan membawamu ke rumah sakit", perintah Jalal. "Nehii,
Jalal...tolong bawa aku pulang. Aku tidak mau ke rumah sakit, pleaseee
Jalal", pinta Nadha sambil menatap memohon.
"Baiklah,
aku akan membawamu pulang", ucap Jalal sambil berusaha untuk mengangkat
tubuh Nadha untuk berdiri.
"Apakah kamu
bisa berjalan atau perlu aku gendong??", tanya Jalal cemas.
"Aku
berjalan saja Jalal, "jawab Nadha masih meringis kesakitan. Jalal
melingkarkan lengan kanannya di pinggang Nadha dan lengan kiri Nadha melingkar
di pinggang Jalal. Jalal menuntun Nadha.
Mata para tamu
langsung menuju ke arah Jalal yang sedang menuntun Nadha. Mereka semua
berbisik-bisik menduga-duga kalau wanita yang bersama Jalal adalah kekasihnya.
Bharmal dan Meinawati yang melihat mereka berdua langsung menghampiri.
"Ada apa
dengan Nadha, Jalal??!!", tanya Meinawati cemas. "Aku hanya sakit
kepala, Bi", jawab Nadha lemas.
"Maafkan
kami, bibi, paman, kami harus undur diri lebih dulu", ucap Jalal.
"I...iya, Jalal silahkan. Cepatlah kau bawa Nadha pulang", ucap
Meinawati cemas.
Jalal berbicara
kepada MC untuk dibuatkan pengumuman kalau dirinya pulang lebih dulu dan pesta
tetap dilanjutkan.
Mobil Jalal sudah
berada di depan lobi hotel dan segera dia memasukkan Nadha ke dalam kursi
penumpang sedangkan Jalal langsung masuk ke kursi pengemudi. Dengan cepat Jalal
melajukan Audinya menuju rumah nenek Athifa.
Selama perjalanan
pulang, Nadha memejamkan mata berusaha untuk tidur meredakan rasa sakitnya.
Jalal yang melihat hal itu, sesekali dia mengelus kepalanya Nadha. Batinnya
sedih, "bertahanlah Nadha, bertahanlah sayangku". Sementara tangan
satunya masih memegang stir kemudi.Nadha memegang tangan Jalal dan membawa
kepangkuannya.
Akhirnya mereka
sampai dirumahnya nenek Athifa. Jalal segera mengeluarkan Nadha dari mobilnya.
Kembali membopongnya. Saat mengetuk pintu rumah, Nadha menyandarkan kepalanya
didada Jalal dan tangan kirinya juga menyentuh dada Jalal untuk mencari
ketenangan dan kenyamanan dipelukan Jalal.
Pintu rumah
terbuka dan betapa kagetnya nenek Athifa saat melihat kondisi Nadha. Jalal
memberitahukan kejadian sebenarnya kepada nenek Athifa dan menanyakan dimana
kamar Nadha. Nenek Athifa menunjukkan jalannya.
Ketika sampai di
dalam kamarnya, Jalal melepaskan pelukannya dan mendudukkan Nadha di pinggir
tempat tidurnya. Nenek Athifa meminta Jalal untuk keluar sebentar karena akan
membantu Nadha berganti pakaian. Setelah selesai, nenek Athifa mempersilahkan
Jalal untuk masuk. Nenek Athifa meninggalkan mereka berdua dikamar.
Jalal menghampiri
Nadha yang sedang duduk menyandar di kepala kasur. Tangan kanannya memegang
tangan Nadha dan tangan kirinya membelai kepala Nadha, "apakah kepalamu
masih terasa sakit??", tanya Jalal cemas dan sedih.
"Iya masih
sakit, namun udah agak berkurang sakitnya", jawab Nadha lemah sambil
tangan kirinya memegang pipi Jalal. Batinnya, "kenapa Jalal sangat
mengkhawatirkan diriku??".
"Jalal
bisakah kau mengambilkan obat sakit kepalaku yang ada dimeja??", pinta
Nadha.
"Tentu",
jawab Jalal. Jalal berdiri mendekati meja rias, dia mencari-cari botol obat
sakit kepala. Namun, ketika mencarinya, Jalal melihat sebuah bros berbentuk
kupu-kupu bertahtakan berlian hitam, ada di kotak perhiasannya Nadha.
Jalal meraih bros
itu dan kaget sekali ketika melihatnya lebih dekat, "i...inikan...bros
yang aku berikan kepada Jodha sehari sebelum acara pertunangan kami...!! Kenapa
Nadha bisa memiliki bros ini??!!!. Siapakah sebenarnya dirimu, Nadha??!! Apakah
kamu benar-benar Jodhaku??", batin Jalal bertanya-tanya.
Jalal menaruh
kembali bros itu dan kembali menghampiri Nadha. Bukannya memberi botol obat itu
kepada Nadha namun malah memeluk Nadha dengan erat. Nadha yang dipeluk secara
tiba-tiba oleh Jalal nampak kaget.
Jalal melepaskan
pelukannya dan memegang bahu Nadha. Matanya menatap tajam ke arah Nadha dan
batinnya Nadha pun bertanya-tanya, "Jalal ada apa dengan dirimu??, aku
tidak pernah melihatmu seperti ini??!!".
Tangannya Jalal
membelai kepala Jodha lalu mengelus pipinya. Ditatapnya dalam-dalam mata Nadha
untuk mencari keberadaan Jodha disana. Perlahan Jalal mendekatkan wajahnya ke
arah Nadha. Wajah Jalal yang begitu dengan dengan wajahnya dapat merasakan
hembusan nafas Jalal dan aroma maskulin dari parfum Jalal mengirimkan
sinyal-sinyal aneh ke seluruh tubuh Nadha. Detak jantungnya pun berdebaran tak
beraturan.
Ketika tangan
Jalal menyentuh pipi Nadha. Jalal menarik wajah Nadha mendekatinya dan Jalal
mendaratkan bibirnya di bibir tipis milik Nadha. Sejenak hanya ditempelkan saja
namun perlahan Jalal mulai mengecup bibir tipis itu ingin merasakan manisnya
bibir Nadha. Nadha kaget dengan perlakuan Jalal itu. Nadha yang semula diam,
tiba-tiba merespon ciuman Jalal setelah merasakan sensasi hangat yg pertama
kali menyentuh bibirnya, Nadha secara refleks membalas ciuman Jalal. Jalal
kaget dengan respon dari Nadha yang diluar dugaan. Jalal yg merasa ciumannya
dibalas lalu ciuman itu berubah menjadi intens karena Jalal merasakan hangatnya
mulut Nadha dan bibirnya yang terasa lembut.
Namun, sebelum
ciuman itu berubah menjadi ciuman yang saling menuntut. Nadha sadar dengan
tindakannya akhirnya melepaskan ciumannya dan menundukkan kepalanya karena
merasa malu dan tidak dapat menatap mata Jalal. Jalal pun merasa menyesal atas
tindakannya yang tiba-tiba seperti itu. Entah mengapa bila berada di dekat
Nadha. Jalal tidak dapat mengendalikan dirinya. Jalal memegang dagu Nadha dan
menarik kepalanya untuk menatap mata Jalal. Disana Nadha melihat rasa
penyesalan atas tindakannya itu.
"Maafkan
aku, Nadha....(sebelum Jalal meneruskan kata-katanya, telunjuknya Nadha
mendarat di bibir Jalal menghentikan ucapannya dan Nadha menggeleng-gelengkan
kepalanya lalu memeluk Jalal dan menangis).
Cukup lama mereka
berpelukan, Jalal melepaskan pelukan Nadha, "Nadha, aku pamit pulang. Kamu
beristirahat ya, besok aku akan menghubungimu", ucap Jalal sedih campur
senang. Jalal mengecup kening Nadha, merubah posisi Nadha menjadi posisi tidur,
menarik selimutnya dan membelai rambutnya Nadha lalu pergi dari rumahnya nenek
Athifa.
Ketika Jalal
berada dikamarnya, dihempaskannya tubuhnya ke tempat tidurnya lalu tangannya
memijit-mijit keningnya yang tidak terasa sakit.
"Nadha
benarkah Jodha??, kenapa bros itu bisa ada padamu??", ucap Jalal bingung.
Dia bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Pikirannya
kembali terbayang akan first kissnya bersama Nadha, Jalal memegang bibirnya.
"Aaarrrggghhhh,
apa yang aku pikirkan. Kau sudah membuatku gila, Nadha. Aku harus mencari tau
bukti tentang Nadha...!!!", keluh Jalal.
Esok paginya di
kantor Jalal, Jalal memanggil Atgha khan.
"Paman, aku
mau meminta tolong kepada paman", pinta Jalal.
"Apa itu,
Jalal??"
"Aku ingin
paman menyewa seorang detektif untuk mencari informasi tentang kecelakaan yang
terjadi sama Jodha", ucap Jalal.
"Tapi,
Jalal?? Peristiwa itu kan sudah lama berlalu dan kasusnya juga sudah selesai.
Kenapa kamu ingin menyelidiki kasus itu lagi??", tanya Atgha bingung.
"Sampai saat
ini aku merasakan keganjilan akan penyebab kecelakaan itu juga dengan para
korbannya, paman!!", jawab Jalal tegas.
"Baiklah aku
lakukan...!"
"Oya, Jalal
mengenai project pembangunan apartemen di Miami dengan Ramses Corp. mereka
ingin memintamu untuk ikut bersama mereka meninjau lokasinya", ucap Atgha.
Jalal nampak
berpikir, jika dia pergi kesana berarti dia akan berada jauh dari Nadha dan dia
tidak ingin hal itu terjadi. Namun, "baiklah paman, kita akan pergi
kesana. Kapan waktunya??", tanya Jalal.
"Lusa kita
pergi kesana"
"Baiklah,
paman. Tolong paman atur dan persiapkan semuanya", pinta Jalal.
Jalal membalikkan
kursinya menghadap ke arah jendela. Pikirannya menerawang jauh memikirkan
Nadha. Lalu dia menelepon Nadha.
Jalal:
"hallo, selamat pagi Nadha. Bagaimana kabarmu??"
Nadha: "aku
sudah baikkan, kepalaku sudah tidak terasa sakit lagi untuk sementara
ini".
Jalal:
"apakah kamu sering merasakan sakit kepala seperti itu?".
Nadha:
"tidak, Jalal. Entah mengapa belakangan ini aku tiba-tiba sering merasakan
sakit di kepalaku".
Jalal:
"sebaiknya kamu segera dokter, Nadha, untuk memeriksanya. Aku sangat
khawatir melihatmu dengan kondisi semalam!!".
Nadha: "iya
Jalal akan aku lakukan. Terima kasih karena kami sudah mengkhawatirkan
diriku".
Jalal diam
sejenak, bingung untuk merespon omongan Nadha.
Jalal: "Hari
ini kamu dirumah saja ya, jangan melakukan aktivitas apapun!!. Secepatnya
setelah pekerjaanku selesai aku akan mengunjungimu".
Nadha:
"baiklah, Jalal". Nadha menutup teleponnya dan kembali dia
membayangkan dirinya berciuman dengan Jalal. Sambil memegang bibirnya yang
dikecup oleh Jalal. Itu adalah first kiss nya dan Jalallah yang melakukannya.
Tidak terlihat penyesalan di wajah Nadha karena dia sudah mencintai pria itu.