"Iya", jawab Humayun. Hindal
menjelaskan dengan penuh kemarahan, "sudah lama aku membencimu, Kak...!!!
krn dirimu menjadi kesayangan Ayah. Ayah selalu mengutamakan dirimu,
menyayangimu, apapun yang dia lakukan selalu untukmu. Aku marah karena aku
selalu tidak dianggap oleh Ayah. Kemarahanku memuncak ketika dia memutuskan
untuk menjodohkan kamu dgn Hameeda...!!!. Asalkan kamu tahu, Kak... kalau aku
sudah menyukai Hameeda sejak kami masih kuliah. Kau datang merebut dia dariku.
Aku semakin membencimu saat Ayah mewariskan perusahaan ini kepadamu...!!! Lagi2
aku tidak dianggap oleh Ayah...!!! AKU BENCI KALIAN SEMUA...!!!", teriak
Hindal dengan emosi tingkat dewa.
Humayun yang mendengar penjelasan
adiknya tampak kaget dan tidak percaya seperti itulah perasaan adiknya selama
ini karena Hindal sama sekali tidak menunjukkan wajah ketidaksukaannya kepada
kakaknya juga orang lain, "lalu knp selama ini kamu diam saja...!!!tidak
membicarakan keluh kesahmu??. Lagipula aku memberimu posisi sebagai Vice
president di perusahaan ini, apakah itu tidak cukup??!!!", tanya Humayun
dengan nada tegas.
"Hal itu tidaklah cukup dan
sekarang aku ingin kamu mengubah surat wasiat lamamu dengan surat wasiat yg aku
buat...!!!", perintah Hindal.
"Hindal, tidak mungkin aku dapat
mengubah isi dari surat wasiatku krn aku sudah membahasnya dan mendapatkan
persetujuan dari dewan direksi dan para pemegang saham...!!", jawab
Humayun dengan tegas.
"Baiklah jika memang itu
keputusanmu. Maka janganlah menyesal jika kakak tidak lagi dapat melihat wajah
putra kesayanganmu dan anak2mu yg lain...!!!", ancam Hindal.
"Hindallll...!!! Kamu
mengancamku???!!!", ucap Humayun marah.
"Jika kakak tidak ingin
kehilangan anak2mu dan juga mmg sayang sama adikmu ini, kamu pasti akan
menuruti permintaan adikmu ini...!!!", ancam Hindal lagi.
Humayun nampak bingung dan memikirkan
semuanya. Hameeda dan anak2nya. Lama dia termenung. Akhirnya demi keselamatan
semuanya, Humayun menyetujui permintaan Hindal dan menandatangani dokumen itu.
Hindal pun tersenyum puas, "terima kasih, Kak. Kau mmg kakak yang
baik...!!". (Baik semprullmu...!!!).
Hindal pergi dari ruang meeting itu.
Humayun bangun dari tempat duduknya dan menatap jendela, nampak stress dan
hampir menangis, "maafkan ayah, aku menyayangi kalian semua",
batinnya Humayun.
~~~~~~~~~~~~~0O0~~~~~~~~~~~
Dua minggu sudah sejak insiden itu
terjadi. Perilaku Jalal berubah, dari remaja yang ceria menjadi remaja yg
murung. Tiap hari dia selalu mengurung diri di dalam kamarnya, menatap foto
dirinya bersama Jodha sewaktu study tour. Hameeda dan yang lainnya sedih
melihat kondisi Jalal seperti itu. Akhirnya dia meminta bantuan Meinawati utk
menasehati Jalal.
Tiap hari Jalal selalu menyempatkan
diri utk mengunjungi rumah Bharmal. Meinawati yg tahu kebiasaan Jalal itu,
membiarkan Jalal utk berada di kamar Jodha. Sampai pada hari itu, Meinawati
melihat Jalal sdg duduk dipinggiran tempat tidur Jodha sambil memandangi foto
mereka berdua waktu study tour.
Meinawati menghampiri Jalal ketika
akan berbicara sudah disela duluan oleh Jalal, "bibi, tahu tidak?? (sambil
memperlihatkan foto Jalal dengan Jodha kepada Meinawati), waktu acara study
tour, Jodha terlihat sangat bahagia, hari itu tidak prnh hilang senyuman dari
wajahnya. Aku sangat merindukannya, Bi", ucap Jalal nangis.
Meinawati yang mendengar hal itu juga
ikutan menangis, tahu akan perasaan Jalal krn dia juga merasakannya. "Bibi
tahu itu Jalal. Ada yang ingin bibi bicarakan padamu Jalal. Kejadian itu sudah
2 mggu berlalu namun kamu masih saja berada dalam bayang-bayangnya Jodha. Kenangan
akan kalian ber2. Kamu harus melanjutkan hidupmu Jalal, Jodha pasti akan sedih
jika melihat dirimu seperti ini trs. Relakanlah Jodha, Jalal. Bibi, yakin suatu
saat nanti kamu akan bertemu dgn seorang gadis yang lebih baik dari Jodha. Bibi
akan selalu menerima kehadiranmu disini, bibi sudah menganggapmu sbg anak bibi
sendiri", ucap Meinawati sedih.
Jalal yang mendengar perkataan
Meinawati hanya bisa menangis. Melihat hal itu, Meinawati merangkul Jalal dan
merebahkan kepala Jalal ke bahunya sambil tangan kirinya membelai rambut Jalal
dan ikut menangis.
~~~~~~~~~~~~~~~0O0~~~~~~~~~~~~
Keesokan paginya di kediaman Humayun,
nampak Hameeda sedang memasangkan dasi suaminya.
"Suamiku, haruskah kamu
benar-benar pergi ke Indonesia hari ini??", tanya Hameeda.
"Iya, istriku...aku harus segera
pergi kesana utk meninjau lokasi proyek selanjutnya. Ada apa dengan dirimu??
Kamu tidak seperti biasanya??", tanya Humayun sambil membelai rambut dan
pipi Hameeda.
"Tidak apa-apa suamiku, hanya
saja aku ingin kamu tidak pergi hari ini. Aku ingin bersamamu hari ini",
ucap Hameeda manja. (Eeeaaa Jalal mau punya adik lagi nih kayaknya....pd serius
amat bacanya...!!!!)
Humayun: "bagaimana kalau kamu
ikut mengantarku ke bandara?? Agar kegelisahanmu bisa hilang??".
Akhirnya Hameeda ikut mengantarkan
Humayun ke bandara yang khusus utk pesawat2 pribadi beroperasi. Hari itu Humayun
dan Bhairam khan akan pergi ke Indonesia utk meninjau lokasi proyek
selanjutnya. Karena Bharmal masih berduka atas kehilangan Jodha, Bhairam khan
yg menemani Humayun.
Sebelum masuk ke dalam jet pribadinya,
Humayun memeluk dan mencium keningnya Hameeda sambil berkata, "jaga
anak-anak, aku sangat menyayangi kalian".
Mendengar ucapan suaminya seperti itu,
Hameeda merasa seakan-akan itu adl kata terakhir dari suami tercintanya.
DDDUUUAAAARRRR...
Tepat beberapa saat take off
meninggalkan bandara, jet pribadi itu meledak dan puing2nya beterbangan di
sekitar bandara.
Hameeda yang hendak akan masuk ke
dalam mobil, kaget mendengar suara itu dan ketika dilihatnya bahwa jet pribadi
milik suaminya meledak, Hameeda langsung lari menuju TKP sambil meneriakkan nama
suaminya, "HUMAYUUNNN", namun hal itu dicegah oleh pengawal
pribadinya yg setia yaitu Adam Khan krn jet itu masih terbakar dan kadang masih
ada ledakan kecil.
Saat dihalangi oleh Adam Khan, Hameeda
jatuh pingsan karena tidak kuat melihat kejadian itu. Adam khan menangkap tubuh
Hameeda. Lalu dia menyuruh pengawal lainnya utk menghubungi polisi dan Adam
khan membawa Hameeda ke RS.
Di sekolah Jalal, nampak pintu
kelasnya di ketuk oleh seseorang. Saat itu sdg jam pelajaran matematika. Pak
Tejwant membuka pintu kelasnya dan nampak sedang berbicara dgn seseorang sambil
melihat ke arah Jalal. Jalal terlihat bingung kenapa Syarifuddin salah 1
pengawal setia ayahnya datang ke sekolahnya.
Pak Tejwant memanggil Jalal utk ikut
pulang bersama Syarifuddin karena ada hal penting yang terjadi. Akhirnya Jalal
ikut pulang bersama Syarifuddin, ketika dia akan bertanya kepadanya apa yg
sedang tjdi namun Syarifuddin diam saja dan akan dijelaskan nanti jika mereka
sudah sampai ditempat tujuan.
Selama perjalanan Jalal tidak tenang
dan gelisah. Dalam hatinya bertanya-tanya sebenarnya ada apa??.
Akhirnya Jalal sampai di RS dan dia
pun bingung kenapa pergi kesana. Saat masuk ke dalam RS nampak, Shehnaz, Mirza
dan Gulbadan bibinya Jalal sedang menangis dan membuat Jalal semakin bertanya2
dalam hatinya, "sebenarnya ada apa sih nih, apa yang kalian rahasiakan
dariku??".
Ketika melihat Jalal masuk ke dalam
RS, Gulbadan langsung menghampiri Jalal dan memeluknya sambil menangis. Jalal
semakin bingung dan bertanya, "kenapa kalian semua menangis?? Ada apa
sebenarnya??".
Shehnaz dengan terbata-bata berusaha
memjawabnya, "Ja...Jalallll...kamu yang tabah. A...a...ayahh telah
meninggal, karena kecelakaan. Jet pribadi yang dinaiki ayah meledak saat take
off".
Jalal yang mendengar hal itu terlihat
syok, dirinya seakan tersambar petir ribuan volt. Musibah datang bertubi-tubi,
belum kering luka karena kehilangan Jodha dan sekarang harus kehilangan
ayahnya. Dua orang yang ia cintai dalam hidupnya meninggal secara tragis.
Tubuh Jalal lunglai dan jatuh ke
lantai, Gulbadan dan Shehnaz menangkap tubuh Jalal dan memeluknya.
Tangisan Jalal meraung-raung dan
meneriakan, "AYAAAHHHH....".
Setelah mereda tangisannya, Jalal
menanyakan dimana ibunya. Shehnaz menjawab, "ibu ada di dalam ruangan
(Shehnaz sambil menunjuk ke kamar tempat ibunya terbaring), ibu pingsan karena
saat insiden itu terjadi, ibu ikut mengantarkan Ayah ke bandara".
Jalal semakin sedih mendengar hal ini.
Dia memutuskan untuk menemui ibunya. Ketika masuk ke dalam kamarnya, dilihatnya
ibunya terbaring tak berdaya. Jalal menggenggam tangan ibunya dan membelai
rambut ibunya. Tangis Jalal masih belum juga hilang.
Kepergian Jodha sudah membuat separuh
hidupnya hilang dan belum kering luka itu sekarang sudah mendapatkan luka baru
yaitu kehilangan ayah tercintanya. Jalal merasa seakan-akan hidupnya sudah
terenggut. Dia ingin sekali menyudahi hidupnya namun ketika melihat kondisi
ibunya di hadapannya, dia harus kuat dan tegar karena dia sudah berjanji pada
ayahnya jika suatu saat nanti ayahnya pergi, dialah yang akan menjadi perisai
bagi ibu, kakak dan adiknya...
Precap: kejahatan Hindal Mirza
terbongkar dan Jalal menjadi Mr. Iceman...