Written by Samanika
Translate by ChusNiAnTi
Note: Tulisan warna biru adalah ucapan dalam hati pemain.
Jodha memasuki kabin Jalal sambil memegang tas tiffinnya. Jalal sudah meletakkan makan siangnya di atas meja yang menghadap sofa. Makan siangnya selalu berasal dari rumah dan Ibunya selalu memastikan bahwa ia tidak mengabaikan waktu makan siang. Menu yang ada diatas meja terdiri dari rotis, paneer saus, pulav sayuran kukus, raita, nimbu sharbat dan rasgullas untuk pencuci mulut. **Kuatkah itu perut makan segitu banyak???**
Jodha menatap heran dengan menu yang ada dihadapannya. Dia tahu bahwa menu makanan Jalal begitu mewah tetapi dia masih terkesan dengan banyaknya jenis makanan yang ada dihapannya kini. Jalal menyuruh Jodha untuk duduk di sofa. Mereka berdua duduk berhadapan di sofa besar. Jodha mengambil satu tiffin besar dan tiffin kecil dari tasnya. Dia membuka keduanya, tiffin besar berisi nasi goreng dan tiffin kecil berisi panner kari.
“Aku pikir kita bisa mulai makan. Aku akan memberimu piring.” Setelah mengatakan itu Jalal segera pergi ke sebuah ruangan dikabinnya dan membawa sebuah piring untuk Jodha.
Jodha mengambil nasi goreng dari tiffinnya dan menuangkan kari diatasnya. Jalal mengambil beberapa roti dan saus diatas piring. Mereka kemudian mulai makan. Mereka terus makan dalam diam sampai Jodha memecah kebisuan antara mereka.
Jodha: “Um... Pak Presiden, Apakah Anda makan begitu banyak setiap hari?”
Jalal: “Sebenarnya, ammijaan selalu mengirim makanan untuk dua orang. Benazir dan akuselalu makan siang bersama. Aku kira dia mengirim makanan sesuai biasanya.”
Jodha: “Oh, jadi bibi memasak dan mengirim makanan untuk Anda?”
Jalal: “Ya, tapi dia tidak membuat semuanya sendiri. Para juru masak juga membantunya. Aku terus mengatakan padanya sepanjang waktu untuk menyerahkan semuanya pada mereka, tetapi dia tidak mau mendengarkanku. Dia bangun pukul 5 pagi setiap hari, berdoa, membuat sarapan untukku dan setelah aku telah berangkat ke kantor, ia mulai menyiapkan makan siang untukku. Setelah selesai, ia membungkusnya dan menyuruh sopirku membawakannya untukku disini. Dia selalu ingin aku makan makanan selagi masih panas dan segar.”
Jodha: “Bibi benar-benar ingin Anda agar tetap sehat, Pak Presiden. Dia membuat makan siang dengan semua cintanya untuk Anda setiap hari, meskipun para juru masak ada di sana. Dia sangat perhatian akan kesejahteraan anda dan sangat menyayangi anda.”
Jalal: “Ya, aku tahu, tapi dia melakukannya dengan memaksakan kesehatannya. Dia pernah dioperasi katarak beberapa waktu lalu dan ia butuh istirahat secukupnya. Tapi kurasa memasak untukku adalah satu-satunya caranya merasa damai. Dia tidak pernah keluar dan melakukan kegiatan fisik apapun. Dia hanya duduk di kamar dan membaca diwaktu luangnya.”
Jodha: “Itu adalah kebiasaan yang sangat baik, Pak Presiden. Apa saja yang dibaca oleh bibi?”
Jalal: “Aku tidak tahu pasti, tapi dia suka membaca buku Jeffrey Archer. Bagaimana denganmu, Jodha? Apakah kau suka membaca?”
Jodha: “Ya, aku sangat suka membaca. Tapi kebanyakan buku yang kubaca tentang asmara.”
Ja (untuk dirinya): “Ya! Dia suka membaca, sepertiku! Setidaknya kita memiliki sesuatu yang sama!” (untuk Jodha): “Ya, semua gadis biasanya suka banyak hal tentang asmara... pangeran yang menawan, ciuman pertama, apapun tentang itu. Aku hanya suka membaca novel misteri. Sherlock Holmes adalah favoritku, meskipun sudah tua.”
Jodha: “Oh, itu benar-benar bagus, Pak Presiden. Apa lagi buku yang anda suka?”
Jalal (untuk dirinya): “Jodha, aku sangat tertarik dneganmu hingga aku kehilangan minat untuk melakukan sesuatu yang lain!” (Untuk Jodha): “Hmmmm... Aku suka mobil, yah, kau mungkin sudah melihat koleksi mobilku di garasiku...”
Jodha: “Ya, mereka tampak begitu awesome! Anda benar-benar memiliki selera yang sangat bagus di bidang mobil, Pak Preside.”
Jalal: “Terima kasih Jodha. Dan kau memiliki selera yang sangat baik dalam busana. Kau terlihat sangat cantik setiap waktu.”
Mendengar pujiannya, wajah Jodha langsung memerah. Jalal sangat tahu bahwa pujiannya akan menyebabkan Jodha menjadi gugup dan merasa malu.
“Oh, Pak Presiden. Saya benar-benar lupa untuk menawarkan makan siang saya.” Jodha menyodorkan kotak makan siangnya, “Ini Pak, Silahkan ambil. Saya membuatnya sendiri.” Jalal berkata pada dirinya sendiri, “Aku tidak bisa melewatkan hal ini. Aku bisa merasakan masakannya!” Kemudian ia berbicara kepada Jodha dengan tersenyum, “Ya, tentu. Silahkan ambil beberapa juga dari tiffinku. Aku jamin makanan ibuku yang terbaik!” , “Ya, saya pasti akan mengambilnya, Pak Presiden.”
Jodha mengambil roti dan saus dan diletakkan di atas piring dan Jalal mengambil nasi goreng dengan beberapa kari. Mereka berdua mencicipi hidangan satu sama lain. Keduanya tersenyum pada satu sama lain.
Jalal (untuk dirinya): “Wow! Ini adalah masakan cina terbaik yang pernah aku makan! Ia sangat pandai memasak! Aku bertanya-tanya, apa lagi hunar nya yang lain yang daoat ku lihat.” (Untuk Jodha): “Ini menakjubkan, Jodha! Kau benar-benar pandai memasak. Apakah kau membuat semua ini sendirian?”
Jodha (merasa malu): “Terima kasih, Pak Presiden. Saya senang anda menyukainya. Dan Pak Preside, Anda beruntung memiliki bibi sebagai ibu Anda. Ia sangat mahir memasak!”
Jalal: “Terima kasih, Jodha. Tapi serius, ini adalah masakan Cina terbaik yang sudah ku makan! Bahkan masakan orang Cina di hotel berbintang lima yang sering aku nikmati, tidak sebanding dengan ini. Dapatkah aku tambah lagi?”
Jodha (memberikan senyum manis): “Terima kasih banyak Pak Presiden. Dan tentu saja anda boleh tambah lagi. Dan apakah anda keberatan jika saya mengambil beberapa lagi dari tiffin anda?”
Jalal (memberikan senyum lebar): “Tapi, Jodha! Kau tidak perlu meminta izin, hanya ambil saja.”
Keduanya menambah porsi makan mereka dari tiffin yang lain. Mereka juga mengobrol tentang pekerjaan kantor dan yang lain.
Jalal: “Jadi apa yang ingin kau lakukan di waktu luangmu, Jodha?”
Jodha: “Yah, Pak Presiden. Saya ingin menonton film dan berkumpul dengan teman-teman saya. Saya sering keluar dengan teman-teman se apartemen dan bahkan sekarang dengan Salima dan Ruqaiyya. Saya juga senang shopping! Bagaimana dengan anda, Pak Presiden?”
Jalal: “Aku suka berolahraga. Aku suka bermain football dan basket. Aku suka mendaki juga tapi aku tidak bisa sering melakukannya karena kurangnya waktu.”
Akhirnya, Jalal telah mencapai ke topik paling ditunggu sore itu, ‘hubungan.' “Ehhmmm... Jodha, apakah kau pernah punya pacar?” Jodha sedikit ragu untuk mengatakannya, “Yah Pak Preside, saya pernah punya satu saat di perguruan tinggi, tetapi hanya berlangsung selama 3 bulan. Saya meninggalkan dia setelah saya memergokinya berselingkug. Saya belum pernah menjalin hubungan lagi setelah itu.” Jalal merasa sangat marah saat Jodha bercerita tentang kekasihnya yang berselingkuh. Dia tidak bisa membiarkan seseorang mengkhianatinya dan menganiaya seorang gadis yang murni seperti dirinya. “Bagaimana mungkin *** memperlakukan Jodha seperti ini? Dia adalah seorang malaikat! Jika aku bertemu dengannya, aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku akan memberinya pelajaran! Ia telah berani menyakiti Jodhaku!” Ucapnya dalam hati. Kemudian Jalal berkata pada Jodha, “Ummm... Jodha, jika kau tidak keberatan, bolehkah aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi?”
Jodha pun mulai menceritakan yang sebenarnya pada Jalal, “Yah, namanya adalah Suryabhan. Kami menjadi sahabat baik selama tahun pertamku. Ketika mulai tahun kedua, ia menembak saya dan saya menerimanya. Saya juga merasa menyanyanginya. Kami benar-benar bahagia bersama-sama tapi kemudian dia marah saat saya menolak dia menciumku. Saya jelas ingin menunggu waktu yang tepat. Suatu hari, saya seharusnya pergi ke kelas baru untuk kuliah ekonomi hari itu. Saya berjalan ke kelas dan melihat kelas itu kosong dan gelap. Tak satu pun dari teman sekelas saya ada disana dan saya memutuskan untuk duduk didalam kelas. Saya membuka pintu, dan kelas tersebut sedikit terisi cahaya dan saya tidak dapat percaya apa yang saya lihat.” Jodha mulai terisak, “Surya menciumi temanku, Moti. Mereka langsung berhenti saat melihatku. Aku tidak bereaksi.” Air mata Jodha mulai berjatuhan, “Saat itu, seolah-olah kehidupan telah mempermainkanku. Surya mengatakan kepadaku bahwa aku salah dan dia bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Aku hanya bisa berlari secepat yang ku bisa. pada titik tertentu, aku ingin melarikan diri dari dunia. Aku ingin kembali kepada mama dan mengatakan apa yang ada didalam hatiku kepadanya. Tanpa membuang-bunag waktu, aku berlari dari sana dan naik taksi untuk pulang. Aku tidak pernah ingin melihat wajah mereka lagi!” Jalal merasa menyesal, “Aku sangat menyesal, Jodha. Aku seharusnya tidak pernah menanyakan hal itu padamu.” Air mata Jodha masih mengalir, “Tidak apa-apa, Pak Presiden. Ini bukan salah anda. Anda tidak pernah tahu tentang ini.” Jalal berkata pada dirinya sendiri, “Uh... Aku tidak bisa melihat dia menangis seperti ini! Aku benar-benar ingin menghajar si br*ngs*k itu karena telah berani menyakiti Jodha! Aku akan merasa buruk jika sampai membuatmu menangis. Aku ingin membuatmu merasa lebih baik.” Jalal masih merasa bersalah, “Tidak, aku merasa mengerikan melihatmu menangis seperti ini.”
Jodha menyeka air matanya, “Tidak Presiden, Anda tidak perlu merasa buruk. Tapi saya harus mengatakan bahwa saya tidak pernah kehilangan harapan akan cinta bahkan setelah itu. Saya masih percaya bahwa ada seorang kesatria berbaju zirah yang sedang menungguku di suatu tempay untuk mengangkat beban ini dariku. Saya tidak akan membuarkan insiden itu mengubah pandanganku tentang cinta. Dan saya juga tidak salah untuk tidak ingin menciumnya.”
Jalal: “Ya, Jodha. Aku bercaya bahwa seorang wanita harus tidak pernah dipaksa untuk melakukan apapun. Ini adalah dosa besar. Dan kau benar tidak melakukan apa yang tidak kau inginkan.” (nakal): “Aku harus mengatakan bahwa aku benar-benar menyukai hunarmu ini!”
Jodha: “Pak Presiden, saya gagal memahami bagaimana hunar ini?” **Sama seperti beberapa GKM yang suka gagal faham... hihihi**
Jalal (untuk dirinya): “Itu adalah hunar besar. Hal ini menunjukkan bahwa kau memiliki harga diri yang tinggi. Kau tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu sampai mereka memiliki izinmu. Kau sulit untuk didapatkan, tetapi aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku!”(Untuk Jodha): “Ini menunjukkan bahwa kau memiliki harga diri yang besar. Dan itu benar-benar bagus untuk melihatmu berbeda dari yang lain!” Jodha sedikit memerah, “Terima kasih, Pak Presiden. Saya senang Anda berpikir bahwa saya berbeda. Selain itu, saya harus mengatakan bahwa Anda dapat menangani penolakan lebih baik daripada saya! Saya tidak ingin anda kehilangan semangat hidup anda setelah anda mengetahui kekasih anda mengkhianati anda.” Jalal berkata dalam hati, “Kya kare, Jodha. Aku sudah tidak tertarik lagi pada Benazir. Lagi pula aku akan mencampakkannya, bahkan jika aku tidak menemukan ia berselingkuh dengan Adham.”Jalal menjawab pertanyaan Jodha, “Baiklah Jodha, aku akan memberitahumu kebenaran, aku tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya akhir-akhir ini dan aku merasa lebih buruk karena tidak berusaha untuk melakukannya. Aku pikir aku telah kehilangan minat atas dirinya dan dia tidak mencintaiku seperti itu, jadi aku kira itu lebih baik untuk kami berdua.”
Jodha: “Itu adalah cara yang sangat positif, Pak Presiden. Saya juga telah menemukan hunar Anda!”
Jalal (nakal): “Dan apa yang mungkin terjadi, Ms Jodha Singh?”
Jodha: “Baik, Anda memiliki pandangan hidup yang sangat positif, itu sudah pasti. Anda jangan biarkan sesuatu yang negatif mempengaruhi semangat Anda. Aku berharap aku seperti itu. Setelah saya menemukan tentang Surya, saya menghabiskan hampir sebulan merasa mengerikan untuk diriku sendiri. Tapi kemudian, saya menyadari bahwa itu tidak ada gunanya membuat diri Anda menderita bagi orang yang bahkan tidak peduli tentang perasaan Anda.”
Jalal: “Tepat Jodha. Itu sebabnya saya merasa begitu baik hari ini. Meskipun aku sedikit kesal tentang pengkhianatan mereka berdua. Tapi kemudian aku berterima kasih kepada Allah bahwa setelah semua ini, Ia membuat aku menyadari adanya permata yang lain dalam hidupku yang aku bahkan tidak menyadari tentang (nada menjadi lebih lembut) aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku menemukan semua ini tanpa kalian bertiga! Dan tentunya kau, Jodha. Aku berutang budi kepadamu. Aku tahu aku telah banyak mengganggumu di masa lalu, tetapi kau masih terus melangkah ke depan dan mempertaruhkan keselamatanmu demi aku. Maafkan aku Jodha, jika kau bisa.”
Jalal kemudian mengatupkan tangannya dan membungkukkan kepalanya untuk meminta maaf. Jodha benar-benar terkejut melihat tindakannya ini. Dia merasa bahagia namun wajahnya tidak bisa mengungkapkannya. “Aku tidak pernah meminta pengampunan dari siapapun, tapi secara pribadi, aku merasa benar-benar mengerikan atas apa yang telah akau lakukan padamu serta apa yang harus kau tanggung karena Adham. Aku benar-benar menyesal.” Ucap Jalal dengan nada penuh penyesalan.
Jodha, yang duduk di ujung sofa, dimana Jalal duduk. Dia kemudian memegang tangan jalal dan menatap matanya langsung. Jalal yang menunduk tiba-tiba langsung mendongakkan kepalanya dan menatap maranya. Dia penuh dengan kemurnian dan dia tidak pernah memiliki niat yang salah, pikirnya. Itu pertama kalinya Jodha menyentuhnya. Sentuhan tangannya begitu ilahi seperti yang telah ia bayangkan. Dia ingin menahan meraka sejak pertama kali melihatnya dan tangannya yang lebut kini telah ia rasakan. Dia hanya ingin Jodha terus memegang tangannya dan tidak pernah melepaskannya............