Note: Tulisan warna biru adalah ucapan dalam hati pemain. Written by Samanika
Translate by ChusNiAnTi
Jodha terbangun pada hari senin pagi yang menegangkan. Ia sebelumnya menginap di rumah Salima dan telah menyelesaikan urusan mereka. Setelah malam menegangkan yang mereka lewati, mereka membiarkan rambut mereka terurai dan mendengarkan beberapa musik. Mereka tidak benar-benar bisa menari seperti penari sesungguhnya, namun mereka menikmati musik. Mereka menggelar alas dilantai dan segera merebahkan tubuh merek diatasnya. Mereka membicarakan tentang semua orang yang tergila-gila dengan tarian mereka dan mereka tertawa bersama. Setelah bergurau dan bercanda, mereka membicarakan tentang misi urama mereka pada hari senin. Mereka mumutuskan untuk mengungkapkan semuanya pada saat iPakahat makan siang. Sebelumnya mereka telah memutuskan bahwa bahwa Jodha yang akan menyimpan filenya selama akhir pekan dan membawanya ke kantor pada hari Senin. Jodha sedikit gugup dengan prospek yang telah terjadi hari ini. Dia segera bangun dan menuju kamar mandi. Dia segera mandi dan kemudian menuju ruang sembahyang untuk berdoa kepada Kanha. “Kanha, hari ini adalah hari yang sangat penting. Tolong bantulah kami mengungkapkan kebenarannya pada Pak Presiden. Juga, tolong berilah dia kekuatan untuk menangani pengkhianatan ini. Dia adalah orang yang sangat baik dan tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Dan tolong, jangan membuat dia terlalu sedih.”
Kemudian Jodha berpakaian. Ia mengeluarkan sepasang celana panjang berwarna abu-abu dan memasangkannya dengan kemeja berwarna biru. Dia memakai make up yang minimalis dan menuju meja makan. Mainavati yang menyiapkan sarapan melihat Jodha yang tegang.
Mainavati: “Ada apa Jodha? Kau terlihat sangat tegang.”
Jodha: “Tidak Ma. Aku hanya tegang karena penyerahan proyek, itu saja.”
Mainavati: “Jangan khawatir, sayang. Aku yakin bosmu akan menyukainya. Kau dan Salima telah bekerja sangat keras. Semuanya pasti akan berjalan dengan baik. Kanha selalu bersamamu.”
Meskipun Mainavati tidak tahu masalah sebenarnya, kata-katanya membuat Jodha yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia bangun dan memeluk ibunya erat.
Jodha: “Terima kasih banyak, Ma. Aku merasa jauh lebih baik.”
Mainavati (tersenyum): “Jangan tegang, sayang. Jika kau down, aku selalu ada untukmu.”
Jodha melepaskan pelukannya. Keduanya tersenyum. Mainavati kemudian pergi ke dapur sementara Jodha duduk dan melanjutkan sarapannya.
Jalal sarapan dengan Ammijaan. Dia masih tidak dapat melupakan tentang gadis merah. Malam itu dia tidur dan berpikir bahwa ia akan melupakan dirinya. Namun, akhir pekannya ia habiskan dengan memikirkan dirinya. Ia mencoba untuk mengetahui apakah gadis itu Jodha atau orang lain. Ammijaan melihat dia yang berpikir keras. “Jalal, Apakah ada sesuatu yang salah?” Suara ibunya memecahkan lamunan Jalal. Dia tersentak dan kembali ke kenyataan. “Tidak ada Ammijaan. Hanya memikirkan tentang kantor.”
Ammijaan tersenyum dan memalingkan wajahnya. Dia mengenal Jalal dengan sangat baik. “Jalal, aku tahu bahwa kau sedang memikirkan Jodha. Kau melakukan itu sepanjang wantu. Dia pasti sangat istimewa untukmu. Tapi kau masih sangat bungung. Kau bersama Jodha tampak begitu ilahi, seolah-olah kalian telah dikirimkan oleh langit itu sendiri!” Ucapnya dalam hati.
Jalal menyelesaikan sarapannya dan bangun dari meja. “Ammijaan, aku pergi sekarang. Ada pertemuan di kantor.” “Ya, sayang. Sampai jumpa nanti malam.”
Jalal kemudian pergi ke kantor bersama dopirnya. Ia sangat gembira dan tidak sabar untuk segera bertemu Jodha.
Jodha sampai di kantor. Ia masih ingat bahwa semalam dia sudah memasukkan file yang diambilnya dari rumah Adham dalam tas laptopnya. Dia memasuki area resepsionis dan menyapa Ruqaiyya.
Jodha: “Selamat pagi, Ruqs.”
Ruqaiyya: “Selamat pagi, Jo. Kau membawa file nya kan?”
Jodha: “Ya, itu aman didalam tas laptopku.”
Ruqaiyya: “Oke, awesome! Aku akan menemuimu saat istirahat makan siang!”
Jodha menuju kabin Jalal. Dia merasa berbeda hari ini. ini adalah pertama kalinya ia merasa begitu santai dan juga tampak senyuman di wajahnya. Dia mengetuk pintu dan memasuki kabin. Jalal sedang duduk dimejanya. Jantungnya mulai berdegup kencang saat melihatnya. Sebelumnya ketika ia melihanya, ia akan berkhayal yang tidak-tidak. **Eaaa,, dan akhirnya Mr. Dreamer kita sudah mulai waras.**
Namun sekarang, setelah tiga bulan bekerja bersama, semuanya telah berubah. Melihatnya sudah membuat harinya begitu bahagia. Jodha tampak segar seperti buna, wajahnya begitu bercahaya (seperti kalian jika mendapatkan kabar baik). Dia tampak benar-benar cantik dengan pakaian apapun. Jalal tidak bisa berhenti tersenyum menatapnya.
Jalal (untuk dirinya): “Wow! Dia tampak sempurna! Dia adalah malaikat!”
Jodha: “Selamat pagi, Pak Presiden.”
Jalal segera tersentak, “Selamat pagi, Jodha. Silahkan duduk.”
Jodha menarik kursi dan duduk dihadapannya. Dia membuka tas laptopnya untuk mengambil file. Jalal terus menatapnya, rambutnya yang panjang sedikit berterbangan karena angin yang berasal dari AC. “Dia tampak begitu indah! Sebesar apapun pujian yang aku utarakan tudak akan cukup untuk membandingi kencantikannya!”Ucapnya dalam hati.
Jodha memeriksa filenya, dan setelah yakin bahwa ia tidak melewatkan file yang diambil dari rumah Adham, kemudian dia menyerahkan file tersebut pada Jalal. “Ini file kesepakatan dengan perusahaan Amerika yang telah anda minta Pak Presiden.” “Terima kasih Jodha. By the way, kau terlihat sangat cantik hari ini.”
Jodha tersipu mendengar pujiannya yang tiba-tiba. Dia menundukkan wajahnya karena malu, tampak sedikit senyuman di wajahnya. Jalal sadar bahwa ia terbawa perasaan dan segera meminta maaf. “Aku minta maaf Jodha. Aku mengatakan itu begitu tiba-tiba. Aku tidak tahu bahwa kau akan merasa sangat malu.”
Jodha merasa malu karena Jalal telah melihatnya memerah. Dia mendongak, “Itu hal biasa, Pak Presiden. Ini bukan salah anda. Terima kasih atas pujian anda.” Jalal tersenyum, “Benarkah Jodha. Apakah itu berarti bahwa aku dapat memberikan pujian kapanpun tanpa merasa bersalah?” Jodha memerah lagi, “Um...Ya tentu saja, Pak Presiden.” Jalal terus tersenyum menatapnya. Di sisi lain, Jodha tidak bisa berhenti memerah. Jalal bertanya padanya beberapa pertanyaan tentang pekerjaan dan sementara itu Jodha tidak menatapnya. Jalal yang melihat ini merasa sangat lucu. Jodha akhirnya memutuskan bahwa ia harus pergi ke mejanya. “Um... Pak Presiden, kurasa saya harus pergi ke meja saya, sekarang. Ada banyak pekerjaan yang tertunda, yang harus saya selesaikan hari ini.” “Oke, Jodha. Aku akan melihatmu nanti.”
Jodha kemudian meninggalkan kabin Jalal. Jalal terus memandang perawakannya yang mungil namun feminim yang perlahan-lahan menghilang. Dia benar-benar melupakan tentang gadis merah setelah melihat Jodha. Dia telah mulai memerintah pikirannya lagi. Dia juga merasa lega bahwa ia dalam mood yang baik dan tersenyum juga. “Dia tampak benar-benar lucu ketika dia merona! Aku harus memuji dia lebih sering! Lalu aku akan melihat kelucuan ini! Dia tampak begitu indah bahkan hari ini. Masya Allah! Dia bagaikan bidadari!”
Ketika Jodha sedang berjalan menuju mejanya, dia terus berpikir tentang pujian Jalal yang telah diberikan padanya. Dia masih merasa malu dan tidak bisa berhenti memerah. Dia telah menerima pujian sebelumnya, namun dia bisa mengatasinya. Namun pujian Jalal memiliki efek yang berbeda pada didirya. Itu seolah-olah dia telah mendapatkan hadiah terbaik pada hari yang membosankan. Dia merasa seperti wanita paling cantik di dunia. Dia tidak bisa berhenti tersenyum dan merasa malu pada waktu yang sama. Rasanya seperti saat Jalal dalam keadaan mabuk telah mengatakan dirinya cantik. Dia benar-benar sangat tersipu sampai-sampai tidak menyadari apa yang ia pikirkan. “Hei Kanha, apa yang sedang aku pikirkan? Mengapa pujian pak Presiden sangat mempengaruhiku? Dan mengapa aku memerah dan merasa malu? Aku berperilaku seperti seorang remaja! Dan yang lebih parah lagi, ia melihat itu! Ahhh... memalukan! Ia harus berpikir bahwa aku bodoh! Ugghh... Aku harus mengeluarkannya dari kepalaku! Ia pasti juga sudah mengatakan ke perempuan-perempuan laian. Namun, mengapa aku merasa di atas angin? Satu pujiannya bisa memberikan perbedaan padaku. Jodha, kau telah menerima banyak pujian sebelumnya. Mengapa satu pujiannya membuatmu merasa sangat berbeda? Ia hanya berusaha bersikap baik, Jodha! Jangan salah menanggapi itu dan menyimpulkan bahwa ia menemukan dirimu yang paling indah!”
Kemudian Jodha mulai mengerjakan pekerjaannya. Ia sedikit sulit untuk berkonsentrasi karena fikirannya terus tertuju untuk mengungkapkan konspirasi Adham segera. Waktu terus berlalu dan tiba saatnya istirahat makan siang. Salima datang ke meja Jodha bersama dengan Ruqaiyya. Jodha baru saja menyelesaikan mengetik laporannya yang sangat panjang.
Salima: “Jodha, kau membawa file nya, kan?”
Jodha: “Ya Salima
Ruqaiyya: “Lalu apa lagi yang kita tunggu, ayo kita segera pergi ke Kabin Pak Presiden.”
Jodha: “Iya, oke.”
Jodha mengeluarkan file dari tasnya dan berjalan menuju kabin Jalal. Jodha mencengkeram ketat file tersebut ke dadanya. Mereka sampai di kabin Jalal dan mengetuk pintu. Jalal mempersilahkan mereka masuk. Mereka masuk satu per satu dan berdiri di samping satu sama lain. Jalal terkejut melihat mereka bersama-sama.
Jalal (untuk dirinya): “Mengapa mereka bertiga kesini bersama-sama? Jangan bilang mereka berencana untuk mengundurkan diri! Aku tidak ingin Jodha pergi! Dan apa yanga da ditangannya?” (Untuk mereka bertiga): “Selamat siang. Apa yang membawa kalian bertiga kemari?”
Salima melangkah maju untuk berbicara dengannya. “Pak, kamu memiliki sesuatu untuk ditunjukkan kepada Anda.”
Jodha melangkah ke depan dan menyerahkan berkasnya kepada Jalal. Jalal bingung namun tetap mengambil file tersebut dari tangannya. Ia mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. “Apa yang ada didalam file ini?” Jodha meminta Jalal untuk membukanya.
Jalal membuka file tersebut. Dia melihat rekening dari tahun sebelumnya dan tahun sebelum itu juga. Setelah meneliti account untuk beberapa waktu, ia menyadari sesuatu yang tidak beres. Ia segera membuka lacinya dan mengambil laporan sebelumnya. Jalal memeriksanya hingga dua kali, dan ia menyadari bahwa antara kedua laporan tersebut tidak sama. Laporan rekening yang ia miliki, menunjukka jumlah yang lebih rendah daripada file yang diberikan Jodha. Ia begitu terkejut mengetahui kenyataan ini. “Aku tidak percaya ini! Kedua laporan ini sama namun isinya berbeda! Aku perlu menghubungi Pak Ataga Khan dan Pak Bharmal Singh sekarang!”
Jalal memerintahkan bawahannya untuk memanggil mereka berdua ke kabinnya segera. Dia tidak bisa percaya hal ini terjadi. “Dimana kau menemukan ini?”
Jodha hendak mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba pintu kabil terbuka dan Bharmal serta Ataga masuk kedalam kabin. Bharmal terkejut melihat Jodha sana. Keduanya disambut Jalal.
Bharmal (untuk dirinya): “Apa yang Jodha lakukan disini? Aku harap semuanya baik-baik saja.” (untuk Jalal): “Ya Pak, Apakah ada masalah?”
Jalal: “Pak Bharmal, Anda telah bekerja di Departemen penjualan perusahaan kami untuk waktu yang lama. Bila penjualan terjadi, bagaimana Anda membuat laporannya?”
Jodha sangat terkejut dan marah pada saat yang sama karena Jalal meragukan ayahnya. Dia ingin berteriak bahwa mereka mendapatkan file tersebut dari rumah Adham. Tapi dia tidak bisa melakukan itu.
Bharmal: “Pak, setelah penjualan terjadi, saya langsung membuat laporan detailnya dan melaporkannya ke Departemen account.”
Jalal: “Dan Pak Ataga, setelah Anda menerima dokumen untuk transaksi, apa tugas Anda?”
Ataga: “Pak, setelah saya menerima dokumen transaksi, saya membuat account itu dalam neraca saya dan memberikannya kepada Pak Adham.”
Jalal: “Pak Ataga dan Pak Bharmal, kalian lihat ini.”
Jalal kemudian menyerahkan kedua file tersebut kepada mereka. Setelah meneliti keduanya, mereka begitu terkejut. Account telah dimanipulasi sedemikian rupa.
Jalal: “Jadi, yang harus Anda katakan?”
Bharmal: “Pak, laporan itu menunjukkan jumlah yang jauh lebih rendah daripada yang kami ajukan. Salah satu file adalah account otentik, Pak.”
Ataga: “Iya Pak, Pak Bharmal benar. Ini bukan rekening yang kami serahkan.”
Jalal: “Kalian jangan berani berbohong kepada saya! Apakah Anda berpikir aku tidak tahu apa yang terjadi? Anda berdua berpikir Anda bisa menipu Jalaluddin Mohammed?”
Kemarahan Jodha telah mencapai puncaknya! Dia tidak suka cara Jalal berbicara kepada ayahnya dan Ataga. Dia akan melangkah ke depan dan berbicara dengan Jalal, namun Salima menariknya dan menghentikannya.
Bharmal: “Pak, saya bersumpah pada Kanha dan keluarga saya bahwa saya tidak menipu Anda dengan cara apapun.”
Ataga: “Iya Pak, saya bersumpah demi istri dan anak saya bahwa saya tidak melakukan sesuatu yang salah.”
Jalal: “Oke, Anda semua mengklaim tidak bersalah. Tapi bagaimana Anda akan buktikan kepada saya?”
Ataga dan Bharmal saling bertatapan. Mereka berdua tahu bahwa mereka tidak melakukan hal yang salah tetapi mereka telah tidak ada bukti tentang hal itu. Jodha hampir menangis. Dia sadar bahwa ia membuat ayahnya dalam masalah besar dan dia bisa kehilangan pekerjaannya hari ini. Dia berpikir bahwa Jalal akan memanggil polisi dan ayahnya akan di penjara, semua karena dirinya. Dia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi. Semuanya kelihatannya berjalan dengan lancar, namun mereka telah memukul barikade utama. Dia tidak bisa menahan lagi dan hendak berteriak namun Salima mendahuluinya.
Salima: “Pak, setiap kali laporan disiapkan, salinan pasti dibuat. Tetap dengan Departemen account dan yang lain yang diberikan kepada Anda. Mengapa tidak kita mengecek silang dengan salinan akuntansi? Yang membuktikan bahwa Pak Bharmal dan Pak Ataga tidak bersalah.”
Jalal: “Ya, kau benar Salima. Pak Ataga, saya yakin Departemen account memiliki salinan jangka waktu tersebut, kan?”
Ataga: “Ya Pak, kita pasti memiliki salinan kami dalam laci. Saya akan mencarinya, ini akan membutuhkan waktu Pak.”
Jalal: “Oke, Pak Ataga. Ambillah semua yang anda inginkan. Saya ingin berkas-berkas itu dimejaku malam ini. Pak Bharmal, silakan pergi bersamanya. Saya akan mengirim karyawan untuk membantu anda.”
Bharmal: “Baiklah Pak.”
Jalal (melihat ketiga perempuan): “Dan kalian bertiga tunggu disini, tunggulah data-data tersebut dicari. Kalian juga perlu memberitahuku semuanya.”
Ataga dan Bharmal kemudian meninggalkan kabin dengan karyawan untuk mencari data-data salinannya, sementara Salima, Ruqaiyya dan Jodha menunggu.
Jalal: “Jadi kalian bertiga, katakan padaku, dari mana kalian mendapatkan file-file itu?”
Jodha melangkah ke depan. Dia ingin berbicara sejak lama tapi ia mengendalikan dirinya. “Kami mohon maaf untuk mengatakan ini, tapi kami mengambil dari Wakil Presiden, di rumah Pak Adham Khan.”
Jalal bersungguh-sungguh mendengarkan setiap kata yang dikatakan Jodha. Namun, saat mendengar nama Adham, ia tidak bisa mempercayai pendengarannya. Ia mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa ia salah dengar. “Apa yang kau katakan? Dari mana kau mendapatkan file ini?” Jodha mengulangi lagi ucapannya, “Pak Presiden, kami mendapatkan file ini dari rumah Pak Adham.”
Jalal tidak bisa percaya ini. Seakan dia mati rasa. Dia menatap Jodha dengan penuh kecurigaan dan kemarahan. Namun, bagaimanapun, dia tidak bisa marah padanya dalam waktu yang lama. Melihat wajahnya yang lembut, kemarahannya langsung meleleh.
Jalal: “Apakah kau tahu apa yang kau katakan, Jodha? Kau menyalahkan Wakil Presiden dan teman masa kanak-kanakku, Pengkhianatan Adham!”
Jodha: “Pak Presiden, kami tidak menyalahkan siapapun tanpa bukti!”
Jalal: “Oke, biarkan Pak Ataga dan Ayahmu melengkapi data-datanya, lalu kita akan melihat siapa yang berbicara kebenaran!”
Jodha: “Pak Presiden, saya tidak berbohong! Tapi untuk membuat anda puas, kami akan menunggu sampai mereka mendapatkan data-datanya.”