Jodha terus menyeka air matanya dengan saputangan "kau masih menyimpan saputanganku Jodha" tanya Jalal. “Ma'af mas aku lupa mengembalikannya" jawab Jodha. "simpanlah, sepertinya kau lebih membutuhkannya" tegas Jalal, Jalal bergumam dalam hatinya "Jodha, aku tau alasan mu menangis? tapi aku butuh seorang istri yang bisa mewarnai anak-anakku dengan keimanannya, istri yang mengingatkanku ketika aku salah, yang akan jadi bidadariku di dunia dan akhirat, mengertilah...” hati Jodha: “Mas, taukah kamu sakitnya hati ini lebih dari rasa sakit saat aku melihatmu dengan Benazir dikamar waktu itu"
Mereka pun sampai, Jodha tak masuk kekamarnya itu membuat Jalal heran, "Jodha, kau mau kemana?" tanya Jalal heran. "aku mau menemui Fath, ada sesuatu yang harus aku sampaikan padanya" jawab Jodha sambil bergegas meninggalkan Jalal.
Tok... tok.. tok... Jodha mengetuk pintu kamar Fath, Fath pun membukakan pintu dan mempersilahkannya Jodha masuk, Fath heran melihat kondisi bosnya yang mengkhawatirkan. "Fath boleh aku minta kau bacakan Ayat suci Al Qur'an" pinta Jodha "Fath membuka mushaf Al Qura'an dam membacakannya. Hati Jodha menjadi tenang, kesejukan sedikit demi sedikit merambat ke hatinya. Setelah selesai dengan tilawahnya Fath menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, awalnya dia enggan dan malu menceritakannya pada Fath, tapi di fikir lagi ingin rasanya ada teman yang bisa untuk berbagi beban jiwanya, akhirnya Jodha pun mencertakan semua kejadian yang baru di alaminya, juga memcetitakan bagaimana iya begitu tertarik pada Jalal, bukan karena keelokan paras Jalal yang membuatnya tertarik, tapi keindahan budi pekertinya, keluhuran akhlaknya, ketawdhuanya lah yang membuat Jodha tertarik, hingga tergerak hatinya untuk mempelajari Islam, sebuah ajaran yang mampu menciptakan kepribadian yang begitu mempesona bagi siapa saja yang menjalankan ajarannya dengan segenap hati dan jiwanya, perbuatan yang selaras dengan kata-katanya membuat magnetnya semakin kuat hingga menarik perhatian seluruh orang yang mengenalnya, semua orang akan merasakan kenyamanan bila didekatnya... "ohhh, Fath benar kata-kata katamu tempo hari, jangan merubah diriku karena seseorang, jangan mempelajari Islam karena alasan ingin mencari pehatian makhluk, ini teguran buatku Fath, sekarang aku merasakan bagai mana dahsayaatnya kata-kata mu itu..ini menyadarkanku, kalau aku mempelajari Islam karena aku memang membutuhkan sebuah kebenaran hakiki,” Ucap Jodha masih dengan isak tangis... Fath memeluk Jodha, di usapnya punggung Jodha dengan penuh kasih sayang, ia turut merasakan, betapa perihnya hati bos yang sekarang jadi sahabatnya ini... "kita harus bisa mengambil hikmah dari tiap kejadian bu, apa yang baik menurut pandangan manusia belum tentu baik menurut Alloh, apa yang jelek menurut kita belum tentu buruk menurut Alloh"ucap Fath berusaha menghibur Jodha.
"iya Fath aku sibuk mencari perhatian manusia, sepertinya Tuhan cemburu aku menduakan-Nya dengan makhluak" ucap Jodha mencoba menguatkan hatinya.
Jalal menelpon ibunya, dia menceritakan tentang Aisyaah, akhwat yang sedang di ta'arufnya, Hamidah merespon positif cerita anaknya, namun sebagai seorang ibu, dia tau kalau ada sedikit kebimbangan dihatinya, ia pun berusaha mengorek isi hati Jalal, dengan sedikit ragu, dia menceritakan klau selain Aisyaah ada Jodha dihatinya, "tapi dia tidak seaqidah dengan kita bu, aku bingung bu, apakah aku harus menuruti kata hatiku, namun aku pun tak tau apakah dia bersedia mengikuti aqidahku atau tidak, kalau aku memilih Jodha berarti aku menyianyiakan Aisyaah yang begitu sempurana yang tak diragukan lagi keislamannya" Tersirat kekecewaan dikata-katanya. “Mintalah petunjuk Robb mu nak" nasihat Hamidah "Dia akan memberikan yang terbaik untukmu".lanjutnya lagi.
Adapun Jodha, hari-harinya larut dalam pencarian kebenaran hakiki, disela-sela kesibukannya dia mencoba mencari referensi keIslaman selain dari Ftah, Buku, Internet, juga dia mendekat pada Halimah, dia memohon bimbingan padanya...
Jalal mengambil air wudhu, dibasuhnya kepalanya yang penat dengan air yang membawa keberkahan, dia larut dalam sujudnya yang panjang, lantunan do'a mengalun sayaahdu dari bibirnya, memohon pada sang Khalik petunjuk atas dilema hati yang dihadapinya. Zat yang setiap jiwa ada digenggamannya, yang maha tau apa yang terbaik buat hambanya, yang telah menuliskan setiap takdir manusia dalam kitab lahulmahfuz. Begitu pula di malam-malam berikutnya, disaat orang kebanyakan tertidur pulas dalam balutan selimut yang hangat, Jalal memilih maenjauhkan lambungnya dari tempat tidur, dia berharab Robb nya memberi petunjuk, menampakan secercah gambaran wanita mana yang tepat untuk dipilihnya, yang akan jadi navigatornya mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga, diaman dia akan jadi nahkodanya.
Dua minggu sudah proses ta'arufnya dengan Aisyaah berjalan, beberapa kali mereka bertemu di rumah Bairamkhan yang selalu siap memediasi mereka, sepertinya kecocokan sudah mereka sama-sama rasakan.
Jodha pun selalu memantau perkembangan hubungan mereka lewat Halimah, meskipun hatinya telah pasrah atas apa yang akan Jalal pilih... seperti hari ini Jodha menelephon Haliamah "Kak, gimana mba Aisyaah sama mas Jalal? Ada kabar baikah dari mereka" tanya Jodha mencoba mengorek informasi dari Halimah, tanpa sedikitpun mengetarakan apa yang sesungguhnya terjadi dalam hatinya. "oh.. iya, Jodha kemarin mereka mengadakan pertemuan, dirumah kakak. Alhamdulillah, mereka sepakat untuk melangkah lebih jauh, minggu depan Insayaalloh Jalal akan mengkhitbah Aisyaah ke padang" #Dug... hati Jodha serasa ditonjok oleh bogemnya Chris Jhon.
Air mata Jodha tumpah bak air terjun, tak bisa dihentikan, hatinya begitu merana, luka dihatinya yang menganga pedih dan hancur lebur seperti disiram asam sulfat pekat, ditambah HCl pekat, plus CH2COOH pekat (udah gosong tak berbentuk, sebagai gambaran rasa sakit yang amat sangat). Jodha menjerit penuh lara hati (ngajerit maratan langit, ngoceak maratan jagat, begitu kata pribahasa sunda) ikhwan impiannya telah melabuhkan hatinya pada wanita lain, dia terkulai lemas tak berdaya di susut kamarnya. “Mas, hati ini tak rela mendengar kau akan mengkitbahnya, tak terbersitkan di hatimu, untuk memikirkan perasaanku walau hanya sekejap, Aisyaah memang sosok wanita yang sempurna, mana mungkin aku bisa menandinginya, kualitasnya jauh diatasku, bagai langit dan bumi. Ohhh... mengapa Tuhan memberikan rasa cinta ini pada ku, kalau akhirnya aku harus bertepuk sebelah tangan???"batinya terus meminta keadilan pada yang telah membuat kehidupan... "kau harus kuat Jodha, kau harus tegar, kau ini superwomen, saat ibu dan ayahmu pergi untuk selama-lamanya kau begitu kuat menghadapinya, ini hanya masalah kecil, masih banyak laki-laki yang lebih baik dari Jalal." gumamnya lagi mengobati duka lara hatinya. ia teringat kata-kata Fath "apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut sang Pencipta."