Ternyata hampir dua jam Hasan berada di ruangan Presdir, begitu keluar dari ruangan, rekan-rekannya menatap Hasan, dengan mimik muka penuh selidik, "sepagi ini Hasan sudah di panggil presdir, ada maslah apakah" tanya mereka dalam hati, sepeninggalan Hasan, Jodha bergumam "Jadi ini kelakuan Benazir, dia telah berhasil memperdayaku” Mukanya memerah menahan amarah, "dari awal memang aku sudah tak menyukainya, pakaiyannya seronok seperti orang tak berpendidikan, kejadian ini semakin membulatkan tekadku untuk memecatnya.”
Terdengar suara pintu diketok, Jodha tau itu pasti mas bawelnya. "silahkan masuk" Jodha mempersilahkan masuk pangeran impiannya, Jalal pun membuka pintu, pandangan mereka bertemu #sreset terasa ada yang menyengat hati keduanya, ingin rasanya Jodha menghampur kepelukan Jalal, menumpahkan air mata penyesalannya, tapi indranya segera sadar.
Jalal duduk terhalang meja kerja dengan Jodha, belum ada sepatah kata pun, yang keluar dari lisan mereka, beribu kata yang sejak kemarin memenuhi sanubari terasa menuntut hak untuk diluapkan, terhalang oleh lidah yang tiba-tiba kaku... cukup lama mereka saling diam, Jalal berusaha menahan pandangannya, dengan segala daya dia kendalikan nafsu agar tetap dibawah kendali otaknya, (tadi Hasan tidak sempat menceritakan apa yang dilakukannya di ruangan presdir)... “Ma'afkan aku mas" suara Jodha lirih memecah kebisuan, matanya tak kuasa menahan butiran air yang memaksa keluar dari sudut matanya "aku telah berburuk sangka pada mu” Mendengar apa yang baru saja dikatakan Jodha, Jalal mengela nafas lega, senyum terukir di bibirnya, serasa batu ribuan ton yang menghimpit dadanya menghilang entah kemana, ia merasa kepercayaan Jodha sangat penting baginya... "Aku sudah tau yang sebenarnya terjadi dari Hasan" lanjut Jodha. "itu sebuah pelajaran untukmu Jodha, sesuatu yang kau lihat, belum tentu sepenuhnya benar, dalam Islam ada yang namanya tabayun, mengklarifikasi masalah, mengkroscek dari berbagai sisi, sebelum mengambil sebuah kesimpulan" jelas Jalal, tanpa sedikit pun ada amarah dimatanya. "iya mas, aku mengerti sekarang pentingnya mencari kebenaran" jawab Jodha, lega rasanya, mengetahui Jalal tidak bersalah, karena sebetulnya Jodha tidak ingin ada wanita laindi hati Jalal, meskipun dia belum pasti apakah namanya mulai terukir di hati Jalal atau belum.
Hasan telah mengatakan semuanya padaku mas, mengatakan semua yang telah kau ceritakan pada nya. "semuanya?!" tanya Jalal kaget, mukanya memerah, dia berfikir, “kalau semuanya diceritakan berarti isi hatiku juga Hasan ceritakan, apa yang kurasakan padanya, tentang kriteria istri yang kucari... akhhh Hasan kau membuatku malu.” muka putih Jalal memerah, mewakili rasa malu yang sedang melandanya. Jodha mengerti apa yang dirasakan Jalal, dia pun mengalihkan pembicaraan... "aku ga nyangka Benazir akan nekat melakukan hal seperti itu, apa yang sebaiknya kita lakukan padanya ya?" tanya Jodha meminta pendapat Jalal. "setelah kejadian ini, aku pun merasa tidak nyaman berinteraksi dengan nya meski itu urusan pekerjaan" jawab Jalal.
Akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan, Jodha menghubungi manager personalia, dan memutuskan hubungan kerja secara sepihak dengan Benazir, Benazir shock mendapat kabar pemecatannya, meski itu harga yang pantas untuk apa yang telah ia lakukan. "oke, aku akan buktikan, kalau aku akan mendapatkan tempat kerja yang lebih baik dari Tajmahal,,, dan tunggu pembalasanku JODHA!!!!, aku akan membuat perhitungan dengan mu!!" teriak Benazir, sambil mengemasi barang-barangnya...
Ruk, bernafas lega, satu rival nya telah hengkang dari persaingan merebutkan hati sang ikhwan. Ada pun Jodha diam diam sering mendatangi kamar Fathimah, dia sering mengajak Fath berdiskusi tentang Islam, dia menanyakan berbagai hal yang belum diketahuinya, Fath menjelaskan dengan gamblang dan mudah di pahami, tak jarang Jodha meminjam buku-buku dari Fath, hari-harinya selain disibukan dengan mengurus Tajmahal corp. Juga dia habiskan untuk mencari kebenaran... Fath selalu mengingatkan, mencari kebenaran harus semata karena Alloh, bukan karena makhluk, apalagi hanya untuk sekedar menarik perhatian lawan jenis.
Jodha meminta Fath merahasiakan kalau dirinya sedang belajar Islam, siapapun tidak boleh mengetahuinya, termasuk Jalal. Hari Ahad Jalal mengikuti kajian rutin, bersama rekan-rekannya sesama aktivis darah dulu, untuk memperkaya wawasan dan menguatkan imannya, kalau sudah mengikuti kajian, dia merasa mendapat semangat baru, energi baru, seperi hp yang bari di cas, berkumpul dengan teman teman seperjuangan membuatnya damai, rekan-rekan yang selalu menemani dalam suka dan duka, itu membuatnya tidak merasa sendiri meskipun jauh dari keluarganya.
Selesai kajian, Jalal dipanggil Bairamkhan guru ngajinya. merekapun duduk diatas karpet, di pojok masjid. "Jalal, sekarang kau sudah punya pekerjaan, sudah seharusnya kau memiliki pendamping hidup, yang akan mengurus semua keperluanmu, hidup sendiri itu banyak godaannya" ucap Bairamkhan mengawali pembicaraan. "Belum ada yang sesuai dengan kriteria bang" jawab Jalal santai. "Begini de, istriku mempunyai teman seorang yang shalehah, sepertinya dia cocok denganmu, maukah aku ta'arufkan kau dengannya, dia seorang guru TK, aku bawakan foto dan biodata nyai, coba kau lihat.” Bairamkhan menyerahkan foto dan biodata akhwat yang hendak di jodohkan dengan Jalal. Jalal membaca biodata tersebut, tertulis nama "Aisyaah, lahir di padang, berusia 23 tahun" Jalal melihat fotonya, seorang wanita cantik dengan balutan kerudung lebar, mukanya putih lembut keibuan (mukanya mirip aisyaah dalam film ayat-ayat cinta)... “Mmm, kelihatannya dia wanita yang baik.. ya mungkin saya akan mencobanya bang" kata Jalal menyetujui langkah awal perjodohannya. "baiklah minggu depan, kalian saya pertemukan di rumah saya, sekalian kita makan siang bersama" kata Bairamkhan. **Editor Arum: Meskipun sudah tahu kelanjutannya, masih saja nyesek pas baca dan ketik ulang bagian ini... hiks hiks hiks**
Di tempat lain, Jodha sedang latihan Yoga, ditempat latihan yoga, dia kenalan dengan seorang ibu mudah, meski baru bertemu tapi Jodha langsung merasa nyaman dengannya, dia bernama "Halimah" kelihatannya Halimah sosok wanita yang ta'at, itu terlihat dari tutur katanya dan pakaian yang dikenakannya.
Semakin hari perasaan Jodha terhadap Jalal semakin berkembang, pesona dan daya tarik Jalal terlalu kuat, membuatnya tidak bisa memikirkan lelaki lain, namun perubahan sangat nampak didiri Jodha, diskusi-diskusinya dengan Fath membuat Jodha mulai memahami Islam, meski dia belum merubah keyakinannya, Jodha mulai bisa menjaga pandangannya, terutama pandangannya ketika berhadapan dengan Jalal, ditekannya sekuat tenaga nafsu jiwa yang selalu membisikan pada nya, untuk selalu memamerkan mata indahnya, merayu, dan menebar pesona. Justru sikapnya yang lebih bijak ini semakin menampakan aura kecantikan jiwanya..
Waktu yang ditentukan untuk pertemuan pertama antara Jalal dan Aisyaah pun tiba. **Editor: Bisakah ini dilewati saja??? benar-benar nyesek ini, serasa ga kuat untuk melihat Ukhti Jodhaku yang akan Gegana. Ya sudah kalau mau dilanjut, biar kita sependeritaan.**
Pagi-pagi setelah sarapan Bairankan pamit pada istrinya yang bernama Halimah untuk menjemput Jalal, ternyata Halimah yang minggu lalu kenalan dengan Jodha di tempat latihan yoga, adalah istrinya Bairamkhan. Hari ini, Halimah hendak pergi ke pasar untuk belanja bahan-bahan yang akan dimasaknya, menyiapkan makan siang untuk tamu-tamunya nanti, terfikir dalam benaknya, “Bagaimana kalau aku ajak Jodha belanja ya?” Rupanya sejak pertemuan pertama, Halimah dan Jodha sering kontek-kontekkan, Jodha serasa memiliki seorang kakak. "Hallo Jodha, kamu lagi ada acara ga?" tanya Halimah dari ujung hp nya. "ga, ada kak, ada apa gitu ka?" jawab Jodha "anter kakak ke pasar ya,, suami kakak ga bisa nganter, dia lagi jemput temannya.” "boleh, kayanya asik juga jalan-jalan ke pasar, ibuku belum pernah ngajakin aku ke pasar tradisional kak.”
Mobil Jodha pun meluncur menjemput Halimah dan mereka belanja keperluan dapur "begini Jodha cara memilih ikan segar, kau lihat ingsangnya harus merah, angota tubuhnya harus utuh, kau harus menekan daginynya, kalau kembali keposisi semula dengan cepat, bearti ikan itu masih segar" ujar Halimah sambil memilih-milih ikan. "kalau kau membeli tahu, jangan yang ngembal, karena itu ada formalinnya" ujarnya lagi "kalau wortel cari yang lingkaran tulang dalam nya kecil, dan pinggirnya mulus itu menandakan wortel itu masih muda dan tidak banyak serabut. nanti kau kan akan jadi ibu, harus pandai memilih makanan terbaik untuk keluargamu.”
Mereka pun kembali kerumah Halilam, tak berapa lama, bel pinti berbunyi, ternyata Aisyaah yang datang. Halimah menyambutnya, dia memperkenalkannya dengan Jodha "Jodha ini Aisyaah, yang akan kami jodohkan dengan teman suamiku.” Mereka bertiga memasak bersama didapur, Jodha banyak belajar dari Halimah, kalau Aisyaah sepertinya dia sudah terbiasa memasak, tangannya terampil sekali. Semua hidangan telah siap. Terdengar suara yang mengucap salam, ternyata Bairamkan telah datang bersama Jalal.
Jalal masuk kedalam rumah Bairamkhan, Jodha yang sedang duduk di ruang tamu bersama Aisyaah kaget begitu juga Jalal tidak kalah kaget “Mas....” "Jodha" ucap mereka hampir bersamaan. "kenapa Jodha ada disini?" batin Jalal. “Mungkinkah mas Jalal yang akan dijodohkan dengan Aisayaaah?" ucap Jodha dalam hatinya penuh was2.
"Loh kalian sudah saling kenal" Halimah membuyarkan lamuan mereka. "dia bos saya kak" kata Jalal. "kamu itu bos toh?" tanya Halimah pada Jodha" yang ditanya hanya senyum, sifat rendah hatinya membuat Jodha tidak pernah bilang pada Halimah kalau dia seorang presdir di perusahaan ternama di Jakarta. Halimah menyadari kalau suaminya merasa kebingungan. Dia pun menerangkan kalau Jodha itu temannya di tempat latihan yoga... "oh iya sampai lupa, Jalal ini kenalkan Aisayaaah yang akan kaka ta'arufkan dengan kamu" lanjut Hamidah. Mendengar yang baru saja dikatakan Halimah, Jodha serasa mendengar suara petir memecahkan gendang telinganya. "lebih baik kita makan siang dulu, mampung masih hangat.” Lanjut Hamida.
"Subhanalloh, cuma ada satu kata yang mewakili gambaran ikhwan ini SEMPURNA.” batin Aisyaah setelah sekilas menatap Jalal, dia pun menundukan pandangannya kembali.
Mereka pun menuju meja makan, Jalal duduk tepat di sebrang Jodha dan Aisayaaah yang duduk berdampingan, sedangkan Bairamkhan dan Halimah duduk disisi sampingnya. Suasana hati Jodha membuat dia malas makan, tapi Halimah memaksanya. "Ini Aisayaaah dan Jodha loh yang masak, mereka terampil sekali" puji Halimah pada dua wanita cantik yang ada di depanya.
Jalal menatap sekilas satu persatu wanita yang ada dihadapannya, pertama menatap Aisyaah, semua kriteria yang dicarinya untuk dijadikan seorang istri ada padanya, cantik, keibuan, shalehah, lembut, sepertinya tak ada celah untuk menolaknya. Di lanjut menatap Jodha "Jodha andaikan aqidah kita sama, mungkin aku telah mengkhitbahmu dari awal sejak kita bertemu." batin Jalal. “Mas, tak bisakah kau sabar menungguku mencari kebenaran, sebentar saja mas, beri aku waktu, beri aku waktu agar aku layak bagimu." gumam Jodha dalam hatinya...... Bersambung ke Part 8