Menjelang malam setelah Jalal menyelesaikan pekerjaannya. Dia langsung menuju rumah nenek Athifa untuk menemui wanita yang dia cintai meskipun Jalal belum menyatakan rasa cintanya kepada Nadha.
Jalal menekan bel dan pintu rumahpun terbuka.
"Silahkan masuk, Jalal. Akan aku panggilkan Nadha", ucap nenek Athifa penuh senyuman.
Jalal masuk dan langsung duduk di halamAn belakang rumah nenek Athifa.
Nadha langsung turun dan menemui Jalal. Ketika Nadha menghampiri Jalal, Jalal memberikan buket bunga pink Rose kesukaan Nadha.
"Terima kasih, Jalal. Cantik sekali", ucap Nadha bahagia. Nadha duduk sebangku dengan Jalal.
"Bagaimana kabarmu hari ini?? Apakah masih sakit kepalamu??", tanya Jalal khawatir sambil menatap Nadha dan membelai rambutnya.
"Aku sudah baikan, sudah tidak terasa sakit lagi kepalaku", lirih Nadha.
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor??", tanya Nadha basa basi.
"Ya seperti rutinitas biasanya", jawab Jalal datar.
"Nadha, sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan padamu", ucap Jalal gelisah.
Nadha melihat ada kecemasan atau kegelisahan di wajah Jalal. "Ada apa Jalal?? Kamu keliatan seperti...cemas?? Atau apa??", tanya Nadha penasaran.
"Beberapa hari lagi aku akan melakukan perjalanan bisnis ke Miami", jawab Jalal gelisah.
"Iya...lalu...kenapa Jalal??", tanya Nadha penasaran masih menatap Jalal.
"Itu artinya kita akan berjauhan. A...aku tidak sanggup berada jauh darimu", jawab Jalal sedih menatap wajah Nadha.
Mendengar perkataan Jalal, membuat perasaan Nadha campur aduk antara senang dan sedih. Senang karena Jalal mulai ada perasaan kepadanya dan sedih karena akan berada jauh dengan pria yang ia sayangi.
"Aku khawatir kamu akan mengalami kondisi seperti semalam ketika aku sedang pergi jauh", lirih Jalal sambil menggenggam tangan Nadha.
"Oohh...Jalal, kamu tidak usah khawatir. Ada nenek dan juga Kak Salima yang akan menjagaku. Aku tidak ingin pekerjaanmu terbengkalai karena aku", ucap Nadha meyakinkan Jalal sambil tangan kirinya memegang pipi Nadha.
"Selama aku pergi, jagalah dirimu baik-baik dan tunggulah aku pulang", pinta Jalal sambil membelai pipi Nadha.
Nadha hanya mengganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan dan Jalal memeluknya dan mengecup keningnya. Lalu pamit pulang.
Nadha mengantarkan Jalal sampai ke depan pintu rumah. "Aku pulang, kamu beristirahatlah. Aku akan menghubungimu ketika aku sudah sampai sana", pinta Jalal.
Jalal berlalu dari rumah nenek Athifa. Nadha segera menutup pintu rumahnya dan menuju ke kamarnya.
Dua hari berikutnya, Jalal dan Atgha Khan berada di Indira Gandhi International Airport untuk melakukan perjalanan bisnis ke Miami untuk meninjau lokasi proyek Apartemen bersama Ramses Corp.
Melakukan check in, urus keimigrasian dan boarding pass lalu Jalal dan Atgha Khan menunggu di ruang tunggu. Selama menunggu, Jalal memeriksa email dan lainnya melalui iPadnya.
Setelah menunggu selama satu jam akhirnya Jalal dan Atgha masuk ke dalam pesawat melalui garbarata. Pesawat pun take off pada pukul 10.00 waktu India.
Setelah melakukan penerbangan selama 19 jam 25 menit. Akhirnya pesawat Miami International British Airways landing di Miami International Airport pukul 19.05 waktu setempat di hari berikutnya.
Jalal dan Atgha khan disambut oleh perwakilan dari Ramses Corp. dan mereka langsung dibawa menuju hotel Fontainebleau Miami Beach merupakan salah satu hotel bergengsi di Miami. Lokasinya langsung dengan pantai yang terkenal di Miami, Florida.
Karena mengalami penerbangan yang panjang dan melelahkan, Jalal memutuskan untuk istirahat karena ia merasakan jetlag.
~~~~~~~~~~~~0O0~~~~~~~~~~~
Keesokan paginya saat Nadha hendak memasuki toko bunga, lagi-lagi dia melihat keramaian di sebelahnya toko aneka kuliner GKM. Akhirnya Nadha masuk ke dalam toko dan menemukan Salima lalu bertanya padanya, "kak, sekarang ada keramaian apalagi ya?? Itu disebelahnya toko Aneka kuliner GKM??!!", tanya Nadha penasaran.
"Oohh keramaian itu??!!. Itu ada toko baru menjual baju2 daster kalau tidak salah", jawab Salima datar.
"Baju daster kak, baju apa itu??", tanya Nadha penasaran pake banget. (Ceritanya di India ga kenal sama daster)
"I...iyaaa daster, dengar2 itu baju khas dari Indonesia. Terkenal dengan corak batiknya. Kakak tadi beli satu, untuk dipakai kalau mau tidur. Memang kenapa kamu menanyakannya??" , jawab Salima menjelaskan.
"Itu kak, aneh betul cara penjualannya. Sama kayak waktu pembukaan toko aneka kuliner GKM. Penjualnya teriak2 pake Toa dan pakai baju dagangannya. Antara yang punya toko sama dengan asistennya tidak bisa dibedakan yang mana. Ampun deh..!!", jawab Nadha bingung sambil geleng-geleng kepala dan nyengir kuda.
"Kakak dengar, nama pemiliknya Adhana Bintang dan asistennya itu adalah Mey BieBya dan Nuray. Coba deh kamu pergi kesana. Bagus-bagus kok koleksi daster-dasternya", ucap Salima tertawa.
Nadha hanya mendengarkan penjelasan kakaknya dengan tersenyum.
Menjelang siang hari, tiba-tiba ada pengunjung baru yang mendatangi toko Ameeri Florist. Pengunjung itu adalah Meinawati bersama Moti. Sewaktu di pesta ultah perusahaan Jalal, Nadha memberikan kartu nama toko bunga milik neneknya.
Ketika melihat Meinawati, Nadha langsung menyambutnya. "Selamat datang, bibi ke toko kami", ucap Nadha senang sambil mencium tangan Meinawati.
"Ah, iya Nadha. Oya, bagaimana kabarmu sekarang??, terakhir waktu di acara pesta kamu pulang dengan kondisi sakit", tanya Meinawati khawatir.(naluri keibuannya keluar)
"Sekarang udah baikan, bi. Udah tidak sakit lagi", jawab Nadha.
"Bibi datang kesini ada perlu apa??, ada yang bisa saya bantu??", tanya Nadha ramah.
"Aku kesini ingin melihat toko bunga milik nenekmu sekalian aku ingin lihat dan belajar merangkai bunga darimu", ucap Meinawati antusias sambil melihat sekeliling toko.
"Ahh, iya waktu itu aku meminta bibi untuk datang dan lihat-lihat kesini. Bibi Hameeda dan Jalal juga (omongannya Nadha terputus saat dia menyebut nama Jalal karena dia teringat Jalal belum menghubunginya lagi sejak kepergiannya ke Miami. Nadha nampak melamun). Ahh, ma...maksud aku Bibi Hameeda dan Jalal pernah kesini juga untuk belajar merangkai bunga", jawab Nadha sedih campur gelisah dengan senyum yang agak dipaksakan.
"Jadi ibunya Jalal yaitu Hameeda pernah kesini??", tanya Meinawati sambil memandang penasaran kepada Nadha karena Nadha nampak melamun sedih memikirkan sesuatu.
"I...iya, bi. Sebaiknya kita segera mulai belajar merangkainya bi", ucap Nadha mengajak Meinawati dan Moti menuju ruangan yang dulu dipakai Hameeda dan Jalal belajar merangkai bunga.
Nadha dengan ramah dan penuh perhatian mengajarkan Meinawati dan Moti merangkai bunga. Selama mengajar, Nadha kadang nampak melamun sedih. Tidak lain dia memikirkan Jalal. Ini adalah pertama kalinya dia jauh dari Jalal dan dia sudah merindukannya karena Jalal sama sekali belum menghubunginya.
Meinawati yang melihat hal itu nampak bertanya-tanya ada apa dengan Nadha. Ketika Meinawati berada dekat dengan Nadha, dia merasakan hal yang aneh. Seperti sudah lama mengenal Nadha. Terlihat kerinduan di mata Meinawati ketika melihat Nadha. Dia terus memikirkan jika Jodha masih hidup mungkin akan seperti Nadha.
Nadha mengambil bunga-bunga yang lainnya dan saat akan kembali ke ruangan, naas kaki Nadha kesandung sesuatu dan bunga-bunga yang dipegangnya jatuh. Ketika dia memungutnya, kalung yang bersembunyi di balik kaosnya nongol keluar dan Meinawati yang hendak membantu Nadha untuk memungut bunga-bunganya nampak kaget melihat kalung itu.
"Ka...ka...kalung itu. Itu adalah kalung warisan dari keluargaku. Kenapa bisa ada di Nadha?? Apakaha Nadha?? Tidak mungkin?? Pihak polisi sudab memastikan kalau Jodha sudah...", batin Meinawati. Meinawati menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"I...itu...tidak mungkin. Ti...ti...tidak...!!! Aku harus memastikan lagi kalau Jodha benar-benar meninggal!!!, batin Meinawati lagi. Meinawati nampak pucat dan sedih hampir menangis.
Nadha yang melihat perubahan pada diri Meinawati nampak bertanya-tanya, "ada apa dengan bibi?? Kenapa tiba-tiba nampak pucat??", batin Nadha penasaran.
"Bi...bibi, bibi tidak apa-apa?? Kenapa bibi tiba-tiba pucat?? Apakah bibi sakit??", tanya Nadha cemas.
"Ti...tidak Nadha. Aku tidak sakit", jawab Meinawati bohong. Meinawati menghampiri Nadha dan melihat kalung yang dipakai untuk memastikan. Ketika melihatnya lebih dekat. Tidak salah lagi kalau itu adalah kalung yang dipakai oleh Jodha. Meinawati memberikan kalung itu kepada Jodha merupakan warisan turun temurun keluarganya.
Meinawati memegang bahu Nadha dan tangan kirinya memegang kalung Nadha. "Nadha, bolehkah bibi bertanya sesuatu??", tanya Meinawati penasaran.
"Iya bibi, ada apa?", jawab Nadha bingung.
"Kalau boleh tahu, darimana kamu mendapatkan kalung ini??", tanya Meinawati penasaran sambil memegang kalung itu dan melihat wajah Nadha.
Nadha bingung kenapa tiba-tiba Meinawati menanyakan tentang kalungnya. "Kalung ini sudah lama aku memakainya, sejak dari kecil", jawab Nadha bingung.
Meinawati yang mendengar hal itu langsung memeluk Nadha dan menangis. Nadha mendapat perlakuan seperti itu, hanya nampak bingung karena tidak mengerti ada apa. Saat memeluk Nadha, Meinawati bisa merasakan kalau itu adalah Jodha.
Meinawati melepaskan pelukannya dan memegang bahunya Nadha, "Nadha, sepertinya belajar merangkainya sampai disini dulu. Bibi tiba-tiba merasa tidak badan. Bibi pamit pulang ya", ucap Meinawati sambil tersenyum sedih dan membelai pipi Nadha dan Meinawati pun berlalu dari toko.
Nadha nampak bingung dengan perubahan sikap Meinawati yang tiba-tiba. "Ada apa sebenarnya dengan Bibi?", batin Nadha bingung.
Kemarin Jalal bertindak aneh dan sekarang Bibi. Ya Tuhan sebenarnya ada apakah ini?? Kenapa mereka bertindak aneh begitu?? Memangnya ada apa dengan diriku??", batin Nadha bertanya-tanya.
Menyebut nama Jalal, Nadha kembali dirundung sedih dan melamun kenapa Jalal belum juga menghubunginya lagi.
Jalal, tak tahukah kamu aku merindukanmu???
Precap: Jalal pulang dari Miami dan mengetahui Nadha adalah Jodha...