Ketika
melintasi sebuah resto, Jodha meminta Jalal untuk berhenti. Jodha: “Mas, kamu
kan belum makan. Kita makan malam di sini ya. ini kan perjalanan dinas, sudah
jadi kewajibanku memenuhi segala keperluanmu, kamu tidak boleh menolaknya,
lagian sejak buka kamu cuma baru minum air"
Awalnya
Jalal menolak, tapi Jodha terus memaksa, mengancam Jalal, untuk mau makan malam
dengannya, kalau Jalal ga bersedia, dia akan akan mogok makan tiga hari
"Mas, disana kan ga cuma kita berdua, disana banyak orang" ujar
Jodha. Akhirnya Jalal pun luluh dan mereka pun makan malam bersama.
"Mas...." Belum juga Jodha menyelesaikan perkataannya Jalal sudah
memotongnya "sttt.." sambil menempelkan telunjuk kebibirnya.
"Jodha, makan ga boleh sambil bicara ya.” Jodha pun cemberut memonyongkan
bibirnya. Mereka pun makan dalam diam. Jodha makan sambil terus melihat Jalal
dengan tatapan kesal. yang ditatap cuek bebek asyik dengan makannya, sesekali
melihat kearah Jodha, “Lucu juga tingkahnya.” pikir Jalal.
Memang
Jodha kadang masih kekanak-kanakan. Jodha berusaha makan dengan cepat ingin
segera menyelesaikan makannya, dia pun tidak menghabiskan makanannya. Jalal
hanya senyum-senyum dibuatnya. "Mas, aku sudah selesai makan. boleh
sekarang aku bicara?” Jalal menyelesaikan kunyahannya, lalu berkata "Jodha
makan ga boleh terburu-buru, kasian lambungmu harus bekerja ekstra, kunyah
dimulutmu minimal 32 kali, itu akan meringankan kerja saluran pencernaan mu.
Kamu tau Jodha, mengunyah makanan dengan lembut itu membuat tubuhmu tetap
langsing.” Jodha: “Aku udah langsing ko (dengan ekspresi muka masih kesal).
Jalal: “Kalau cara makanmu seperti itu terus, nanti tubuh mu bisa melar, bukannya
kebanyakan wanita menginginkan tubuhnya tetap slim?” goda Jalal. Jalal
melanjutkan kata-katanya "Satu lagi, kalau makan mesti di habiskan,
mubadzir. Kamu tau Jodha, diluar sana banyak orang yang makannya sehari cuma
sekali, bahkan ada yang sama sekali tidak makan, makanya aku berpuasa agar aku
bisa merasakan bagaimana penderitaan mereka, hingga aku bisa menghargai sesuatu
yang telah Tuhan berikan kepadaku.” Kekesalan Jodha mulai hilang dari wajahnya,
dengan enggan Jodha pun mengabiskan makanan dipiringnya. "Makan malam yang
menyebalkan." kata Jodha lirih. Jalal: “Kamu mengatakan sesuatu Jodha?”
Jodha: “Ga. aku ga mengatakan apa-apa.”
"Jodha,
bukannya kau tadi sewaktu makan mau mengatakan sesuatu?" kata Jalal. “Aku
jadi lupa dengan yang tadi akan ku katakan...itu semua karena ceramahnya mas
bawel.”.goda Jodha. Jalal hanya tersenyum. “Gini mas, projek yang kita
menangkan ini pastikan butuh konsentrasi, dan pasti kalian para arsitek akan
banyak menghabiskan waktu dikantor, dilantai tiga kan banyak ruangan kosong
bagaimana kalau itu dijadikan mess kalian. "Jodha, masalahnya kita kan ada
laki-laki dan perempuan, saya kuarang setuju kalau mereka tinggal
bersama." kata Jalal. "Siapa yang nyuruh mereka tinggal bersama,
kalian akan tinggal dikamar masing-masing, setiap orang punya pripasi
sendiri-sendiri, dengan begitu kita akan menghemat banyak waktu.. waktu
perjalanan bisa digunakan untuk bekerja, aku pun punya satu kamar khusus di
lantai tersebut... ya anggap saja itu apartemen" bantah Jodha dengan
sengit. "oke... baiklah Presdir, perintah siap dilaksanakan" ucap
Jalal dengan mimik sedikit menggoda (ikhwan agra mulai kepancing nih...dh mulai
berani godain cewe.. istighfar2 bang..)
Setelah
menemui kata sepakat, mereka pun kembali ke mobil, melanjutkan perjalanan pulang.
“Mas, makasih banyak ya" kata Jodha. “Untuk apa?" jawab Jalal. ”Untuk
sesuatu yang telah kau lakukan... untuk Tajmahal.corp, Tajmahal bangga punya
tenaga2 ahli seperti kalian, kalian belum lama bergabung dengan kami, tapi
loyalitas kalian telah teruji" tutur Jodha. “Itu sesuatu yang wajar
dilakukan oleh setiap karyawan Jodha.”
Merekapun
sampai ke kosan Jalal. "Kamu berani pulang sendiri kan?" tanya Jalal.
Jodha: “Memangnya kalau saya tidak berani, mas mau nganter? terus nanti aku
harus nganter kamu lagi, nanti kamu nganter aku lagi dan terus begitu sampai
pagi, bisa-bisa kita ga tidur-tidur mas.”
Jam 8
pagi di Tajmahal corp. seluruh karyawan menanti kabar dari bos mereka, kabar
tentang hasil lelang. Tentu saja projek besar yang diharapkan oleh siapa saja
yang mengikitanya, sebuah projek yang sangat menjanjikan keuntungan yang
fantastik, yang tentunya akan berimbas pada kesejahteraan mereka, tak
terkecuali diruangan para arsitek mudha. Jodha dan Jalal sengaja tidak
menghubungi mereka, bermaksud memberikan kejutan. Jalal hanya diam dikursi
kerjanya, dengan memasang muka sedih. Rekan-rekannya mengerumuninya,
"Suhu, kita gagal ya" Sayaarif mengawali pertanyaan. "nyantai
aja suhu jangan di ambil pusing masih banyak peluang-peluang lainnya"
timpal salman. "Iya betul, nanti kita akan lebih bekerja keras lagi"
hibur Rukayah, Benazir tak ketinggalan mencari perhatian Jalal "Kalau kau
sedih tatap aja aku suhu, sedihmu pasti akan hilang" "huhhhh..."
semua menyoraki Benazir yang kepedean. Tiba-tiba terdengar suara speaker di
pojok atas ruangan (setiap ruangan di Tajmahal corp. Selain dilengkapi dengan
cctv juga ada speaker kecil di sudut atas langit-langit ruangan yang berguna
untuk menginformasikan segala sesuatu yang sifatnya penting dan darurat)
"Pengumuman bagi seluruh karyawan Tajmahal corp. Bawasanya perusahaan kita
telah berhasil memenangkan lelang.” Suara dari speaker menggema di seluruh
ruangan, sorak sorai terdengar, setiap karyawan merasa bahagia tak terkecuali
di ruangan para arsitek. "Suhu kau ngerjain kita" cecar rekan rekan
Jalal. "Aku hanya ingin memberi kalian kejutan.” ucap Jalal dengan wajah
kembali berseri.
Jodha
memasuki ruangan, "Selamat pagi semua" sapa Jodha. Mereka pun duduk
mengampil posisi masing-masing di sekitar meja besar ditengah ruangan tersebut.
Setelah duduk di kursi pimpinan rapat tentu dengan Jalal yang ada di dekatnya.
"Saya ucapkan terimakasih banyak atas kerja keras kalian, tapi ini baru
awal, tenaga dan fikiran kalian akan terkuras di projek ini." Jodha pun
memaparkan rencananya untuk menjadikan lantai 3 sebagai mess mereka, seperti
yang sudah dibicarakannya dengan Jalal semalam.
Hari
ini Jodha membebaskan para arsiteknya untuk pindahan ke kantornya (lumayan
dapat apartemen gretongan), sebuah ruangan yang cukup luas di bandingkan tempat
kost mereka dulu, ada tempat tidur, kamar mandi, satu set kursi tamu, meja
makan kulkas kecil, tv, lemari pakaian, dan seperangkat meja kerja. Hari demi
hari mereka bergelut dengan pekerjaan, kadang sampai larut malam, kedekatan
Jodha dan Jalal nampaknya sudah tercium oleh rekan-rekan mereka. Itu membuat
Sayaarif cemburu, karena diam-diam ternyata Sayaarif memendam hasrat pada sang
Presdir, dan tentu saja itu juga membuat gerah Ruk dan Benazir, yang memeang
bersaing ketat untuk merebutkan hati sang "ikhwan Agra.” Setiap hari senin
kamis, Ruk dan Bebazir sibuk menyiapkan menu special buat buka puasa Jalal,
tapi semua itu belum menggerakan hati Jalal untuk hanya sekedar meliriknya.
Suatu
sa'at di hari minggu, semua rekan-rekan mereka pergi untuk keperluannya
masing-masing, ada yang ke toko buku, ada yang sekedar ke mall sekedar
jalan-jalan mengusir kejenuhan pekerjaan, tapi Jalal memilih istirahat
dikamarnya sambil membaca buku. Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk.
"tok..tok..tok" Jalal pun beranjak dari duduknya dan membukakan
pintu, alangkah terkejutnya ternyata Benazir. Benazir: “Mas, aku ga kuat
kebelet, ikut ke air, toiletku rusak. “kenapa ga ikut ke kamar Ruk atau Fat?”
“Semua pada pergi.” Tanpa menunggu persetujuan Jaal, Benazir nyeruduk masuk ke
kamar Jalal, dengan ekspresi muka kebelet (bayangin aja sama pembaca ya
bagaimana muka kebelet) Jalal hanya bengong, melihat Benazir yang mengambur ke
kamar mandi, tapi tak lama kemudian Benazir sudah keluar dari kamar mandi.
Dan.. dan.. hampir tanpa busana. "Astaghfirulloahaladzim" seru Jalal
sambil membuang muka. "Kamu gila Benazir, cepat pakai bajumu lagi."
teriak Jalal. “Mas... kamu ga usah munafik, sebenarnya kamu menginginkannya
kan?” dengan berjalan lemah gemulai mendekati Jalal. "STOP" bentak
Jalal "Pakai bajumu lagi, atau aku panggil satpam untuk mengusirmu dari
kamarku.” sambil melangkah menuju telepon yang tergeletak di meja. Benazir pun
frustasi dengan usahanya yang gagal menggoda Jalal, dia pun mengenakan
pakaiannya kembali. "Cepat keluar dari kamarku!!!" Jalal kembali
membentak. Benazir pun keluar dari kamar Jalal, pada saat yang bersamaan Jodha
keluar dari lift, dengan ekspresi muka kaget dia mendekat ke arah pintu kamar
Jalal. Merasa mendapat kesempatan untuk merenggangkan hubungan mereka Benazir
berkata dengan suara sedikit keras “Mas, makasih ya... kamu hebat."
diakhiri dengan senyum licik penuh kemenangan.
Jalal
kaget melihat Jodha sudah berdiri di depan pintu kamarnya. “Mas????" dengan ekspresi muka tak
percaya dan penuh tanya, mengharap kejelasan atas apa yang telah dilihat dan
didengarnya. Jodha pun melanjutka kata-katanya "Kau munafik mas, aku
kecewa." sambil berjalan cepat menuju kamarnya dengan deraian air mata
yang tak tertahan terus memaksa keluar dari sudut matanya, Jalal berusaha
mengejar sambil berkata "Jodha, itu semua tak seperti yang kau lihat, kau
salah paham" tapi Jodha sudah masuk
kekamarnya dengan membanting pintu, Jalal berusaha mengetuk2 pintu kamar Jodha
"Jodha.. Jodha.. Jodha kumohon dengarkan aku" dengan suara sedikit
berteriak, tapi usahanya sia-sia, pintu kamar tetap tertutup rapat. Jalal memegang
kepala dengan kedua tangannya, memejamkan matanya sebentar sambil menarik napas
kemudian membuangnya dengan cepat menandakan rasa kesal yang amat sangat
(silahkan pembaca praktekan..) dia berbalik ke arah Benazir yang sedari tadi
berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum bahagia melihat peandangan
yang baru saja di saksikannya. "KAU PUAS SEKARANG!!!" teriak Jalal
dengan mata sedikit melotot (tapi tetep ganteng), Benazir terkekeh merasa telah
menang. “Aku memang tak berhasil mendapatkanmu mas, tapi aku berhasil
menjauhkan mu darinya.” Jalal masuk ke kamarnya dengan membanting pintu
meninggalkan Benazir yang masih tetap tersenyum penuh arti. (ikhwan agra lagi
galau nih...)
Di
kamar Jodha telungkup diatas kasur dengan muka di tindih bantal, menangis
sejadi-jadinya sambil berkata sendiri “Mengapa antara ucapan dan perbuatanmu
berbeda, mas.. mengapa didepanku kau begitu 'alim tapi dibelakangku kau tak
bedanya dengan pria hidung belang, kau munafik, kau munafik, aku benci
kamu" teriaknya. HP nya berdering dilihatnya sekilas nama yang tertera di
layar, tertulis nama ‘Mas bawel.’ yang berarti itu sang ikhwan agra, Jalal.
Jodha enggan mengangkatnya, dan Jodha pun mematikan HP nya....... Bersambung
ke Part 6