Sepertinya kecemburuan Jodha sudah mulai mereda. Jalal duduk dihadapan istrinya lalu berkata "Sayang, kamu mau dengar sebuah cerita". Jodha mengrenyitkan dahinya, menatap curiga, khawatir mas bawel menggodanya lagi "mm, boleh, asal bukan tentang POLIGAMI, aku parno dengar kata itu." , “tenang,aku ga akan cerita tentang po..." belum juga selesai berkata poligami, Jodha sudah menempelkan telunjuknya ke bibir Jalal, membuat Jalal terkekeh dengan tingkah istrinya.
"Aku mau cerita tentang Umar bin Khatab, beliau dijuluki singa padang pasir, itu semua karena keberaniannya, bahkan Nabi pernah melihat setan lari terbirit2 setelah melihat bayangan Umar,, suatu saat ketika Dia menjadi Khalifah, ada seorang warga yang hendak mengadukan istrinya yang pemarah.." lagi2 Jodha memotong cerita "stopp.. stop, jangan bilang yang datang itu kamu ya mas". Jalal tertawa "kamu ke GeeRan sayang,, ya bukan lah, aku kan belum lahir.. dilanjut jangan?" Jodha menganggukan kepala, mengiyakan
"warga itu mengetuk pintu depan, namun karena tidak ada jawaban, dia berinisiatif ke pintu belakang, belum juga dia mengetuk, dia mendengar Amirul Muminin sedang dimarah-marahi istrinya, Umar hanya diam seribu bahasa,, warga tadi mengurungkan niatnya untuk mengadu, dia berkata dalam hatinya.. ternyata Amirul Muminin senasib dengan ku" Jalal berhenti sejenak lalu kembali berkata "cerita itu bukan untuk mendiskreditkan Umar, tapi sebagai pelajaran buat kita, bahwa laki-laki itu bukan berarti takut dengan istrinya, tapi dia menghormati dan menghargai istri, seorang suami yang baik akan mampu menahan emosi, mampu bersikap bijak ketika menghadapi istri yang kadang tidak bisa mengontrol mulutnya lebih tepatnya lebih sabar menghadapi istrinya yang BA-WELLL" Jalal memberi tekanan pada kata terakhirnya, dengan mata jenaka dan senyum puas telah menggoda sekaligus menasehati istrinya.. menyadari dia telah di goda suaminya Jodha mendaratkan tinju lembut pada lengan suaminya "apa aku segalak itu mas?" Jalal meraih kepala Jodha menyandarkan di bahunya "tidak kau tak sperti itu".
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sore itu Jalal dan Jodha menghabiskan waktu dengan bercengkrama, bukan mas bawel namanya kalau tidak banyak bicara, tapi ikhwan agra ini bicara dengan orang2 yang sangat dekat dengan nya, kalau sekilas memang dia nampak sangat kalem, sulit dapat teman tapi begitu dekat dengan seseorang dia menjadi orang yang sangat setia, mungkin tepatnya mas bawel ini kecerdasan sosialnya di bawah rata2, namun jangan ditanya soal kecerdasan matematisnya. Orang2 seperti ini biasanya jarang ditemukan selingkuh, dia akan sangat dekat dengan istrinya meskipun tertutup dengan orang lain.
"Jodha mau dengan cerita tentang CCTB lagi? (cuami2 tatut bini)" kata Jalal. "aduh mas ku ini, kayanya cocok jadi dalang, hobinya cerita.. tapi ga apalah istrimu selalu siap mendengar apapun ceritamu" kata Jodha sambil tersenyum genit.
Jalal dengan antusias menatap Jodha yang sudah siap mendengar ocehan mas bawel "ceritanya gini, disebuah batalion tentara, ada yang namanya jam komandan, semua prajurit berdiri dengan posisi siaga ditengah lapangan, mereka prajurit2 tangguh yang tiap hari bergelut dengan senjata, sang komandan mulai berbicara: 'siapa disini yang tidak takut sama istri, tolong tunjuk tangan?' tanya komandan, ternyata tak satu pun yang mengangkat tangan, termasuk sang komandan,, tak berapa lama ada seorang prajurit bertampang sangar, dengan perawakan tinggi besar, mengacungkan tangannya, sambil berkata 'siap, saya pak', kontan membuat prajurit lain berdecak kagum termasuk sang komandan.. usut punya usut, ternyata istru prajurit itu berdiri di belakang komandan, dengan bahasa isyarat, menyuruh suaminya mengngkat tangannya"
Jodha tertawa "jadi prajurit yang tunjuk tangan itu, bukan karena ia tidak takut istri, tapi karena saking takutnya sama istrinya yang menyuruhnya mengangkat tangan... hahahah... mas ku ini lucu sekali..." kata Jodha sambil menarik gemes pipi mas bawellll nya.. "mmm.. Jodha jadi gimana, kamu menerima undangan makan malam dari Aisyah?" tanya Jalal, membuat Jodha seketika menghentikan tawanya, terlihat dia berfikir, namun belum juga ada jawaban yang keluar.
Jalal menatap lembut istrinya, mencoba mengetahui jawaban apa yang kira kira akan diberikan oleh Jodha, Jodha: "mas, setiap kali kau menyebut nama Aisyah, entah mengapa ada rasa terbakar dihatiku, aku rasa Aisyah masih punya feeling sama kamu" tersirat kekhawatiran dalam ucapa Jodha. Jalal tersenyum, dia mengerti apa yang dirasakan istrinya, Jalal: "sayang, kamu ga boleh su'udzon gitu dong, aku lihat Aisyah perempuan yang baik, sepertinya dia bukan tipe wanita penggoda suami orang" mendengar suaminya memuji2 Aisyah, Jodha semakin tidak nyaman,, "kau berani memuji wanita lain didepanku mas?!!" kata Jodha, sambil mengepalkan tangannya, pura2 mau nonjok Jalal: "bukan gitu sayang, kau ga percaya sama mas mu ini? dalam cinta harus ada kepercayaan sayang"
Jodha menarik napas panjang lalu berkata "aku percaya pada mu,,tapi bagaimana dengan Aisyah, kita kan tidak tau isi hatinya". Jalal menepuk pundak Jodha dengan lembut "keputusan aku serahkan pada mu, aku tak akan memaksamu sayang" Jalal menarik napas, kemudian melanjutkan kata2 nya "kau ingat kata-kata adik iparmu Dewi bano, hukumnya wajib menghadiri undangan sesama muslim, kecuali kau punya alasan syari untuk menolaknya, anggap saja kita menjalin silaturahmi dengan Aisyah, tentu akan sangat tidak nyaman kalau kau menganggapnya sebagi rivalmu,,, kau tau sayang, silaturahmi itu punya banyak manfa'at, diantaranya mampu membuat kita panjang umur, dan membuka pintu rizki itu sudah janji Alloh SWT, Dia tidak suka melihat hambanya memutus tali silaturahmi, bahkan pada orang yang memusuhi kita sekali pun, kita harus mampu seperti pohon mangga, meski dilempari batu, tapi tetap membalasnya dengan buahnya yang ranum" Jalal mengakhiri tausiyahnya, bukan mas Bawell namanya kalau ga mampu membuat hati Jodha meleleh,, "kata katamu selalu mampu menghipnotisku mas.. itu yang membuat aku semakin hari semakin mencintaimu.. ya..s epertinya aku telah berfikir picik, berprasangka buruk pada Aisyah... mmm.. oke sepertinya aku siap menghadiri undangan makan malam Aisyah".
Jalal tersenyum lega mendengar jawaban Jodha "Syukran sayang, kau telah memberikan kepercayaanmu pada ku, aku ingin selamanya seperti ini, sekecil apapun hal yang mengganjal dihatimu sampaikanlah, kita selesaikan bersama2, jangan kau libatkan orang ketiga, aku adalah tempat curhatmu, tempat mu berbagi.. kita sama-sama bangun cinta diatas pernikahan, bukan membangun pernikahan diatas cinta" ucap Jalal. Jodha tersenyum penuh syukur memiliki suami yang begitu bijak "mmm.. ma'af mas, aku belum mengerti dengan kata-kata terakhirmu, apa bedanya ya?" tanya Jodha, Jalal mencoba menjelaskan maksud ucapannya "sayang, ketika kita membangun pernikahan di atas cinta, maka pernikahan itu akan mudah rapuh, kadang etika tidak dipedulikan, banyak kasus efek dari membangun pernikahan diatas cinta seperti hamil diluar nikah, kawin lari, dan aborsi, pernikahan seperti itu akan meredup seiring dengan hilangnya cinta... tapi ketika kita membangun cinta diatas pernikahan, maka cinta itu akan terus dibangun, dipupuk, dirawat sampai akhir hayat, jalinan cinta yang disandarkan pada sang pemilik cinta Alloh SWT, saling mencintai karena mengharap ridha Nya, saling mengingatkan karena takut akan azabnya... maka keberkahan akan terpancar dalam rumah tangga yang membangun cinta diatas pernikahan, sekarang kita sama-sama sedang mengarungi lautan, aku nahkodanya dan kau navigatornya, agar kita selamat samapi tujuan kita harus saling bahu membahu bekerja sama.. kau siap??" kata Jalal sambil menarik hidung mancung Jodha dengan lembut,, Jodha tersenyum penuh haru "Sebuah anugrah terindah memiliki suami sepertimu mas,, ya.. kau benar mas, cinta dalam pernikahan itu ibarat tanaman, meski tanaman itu cantik, sehat tapi kalau tidak dirawat akan mati juga,,, sebaliknya meski tanaman itu kurus, tapi kalau di siram, dipupuk, dirawat tentu akan subur juga".
Mas, aku hubungi Aisyah ya, ngabarin kalau kita nerima undangannya" kata Jodha sambil mengeluarkan kartu nama dari dalam tasnya. Jalal mengguk tanda setuju "yap.. kamu aja yang hubungi Aisyah, nanti kalau mas yang tlp Aisyah... bisa bisa nanti malem ga ada yang nemenin tidur" goda Jalal, sambil mengerlingkan mata genitnya, membuat Jodha melotot sambil meniupi kepalan tangannya, seolah2 mau nonjok suaminya....