Jodha akan bertemu Maham Anga, Rukaiya menghentikannya,
“Kau mau kemana?” , “Aku akan bertemu dengan Maham Anga, aku akan segera
kembali.” , “Tidak.” Dia memegang tangan Jodha untuk menghentikannya. “Kau
mungkin tidak peduli dengan anak-anakmu, tapi jangan lupa bahwa anakku juga
bersamamu.” Jodha menimpali, “Aku tahu dan aku telah memberikanmu anakku atas
keinginanku, tetapi itu tidak berarti kau bisa menguasaiku, biarkan aku pergi.”
Jodha menyentakkan tangan Rukaiya. Rukaiya masih tetap bersikukuh, “Itu tidak
benar.” Jodha mengatakan, “Ini adalah hakku dan aku akan pergi untuk bertemu
dengannya.” Rukaiya memegang tangannya lagi, “Aku tahu aku keras kepala tapi
Jalal memberiku tanggung jawab atas dirimu sehingga kau harus meminta izinnya
terlebih dulu, Jodha.” Jodha meminta Rukaiya melepaskan tangannya. Jodha
meninggalkan Rukaiya dan berlalu meninggalkan Rukaiya.
Sharif menghabiskan waktu dengan bayinya,
Semua istri Jalal melihatnya dan membicarakan mereka berdua. Tidak tahu apa
yang akan dia lakukan, Sharif memandang mereka dengan amrah, tetapi dia
membuang kemarahannya. “Mengapa kalian khawatir, Kalian tidak melakukan sesuatu
yang salah. Aku sudah salah dengan bersikap buruk pada Bhaksi tapi aku
menyesali semua itu.” Semua istri mengatakan bahwa Sharif sudah berubah baik.
Setelah beberapa istri Jalal pergi, Sharif berbalik dan menunjukkan wajah
jahatnya. Sepasang mata dari seorang pria yang sepertinya pekerja di Istana itu
menatap kepergi Sharif dan berpiki, “Mungkin yang di katakan Istri Yang Mulia benar, Sharif
telah berubah.”
Jodha datang untuk bertemu Maham Anga yang
sedang berbaring di penjara. Maham Anga melihatnya dan bertanya, “Mengapa kau
datang kesini lagi?” Jodha berkata, “Tolong maafkan aku.” , “Kau tahu apa yang
ibuku katakan, hanya seseorang yang meminta pengampunan yang tidak berpikir
menggunakan otaknya tapi berpikir dengan hati. Kau tidak pintar untuk menipu
Maham Anga, kau melakukan hal yang sangat murahan dan rendah untuk membalas
dendam padaku.” Jodha menyangkalnya, “Aku tidak melakukannya untuk membalas
dendam, aku hanya ingin melihat kau sehar dan aku masih ingin melakukan sesuatu
untumu.” Maham Anga mencoba bangun, Jodha membantunya. Maham Anga duduk di
tempat tidur dan Jodha duduk berhadapan dengannya. Maham Anga berkata dengan
mata yang berkaca-kaca dan wajah yang sekarat, “Jika kau ingin melakukan
sesuatu untukku, bawalah Adhamku kembali. Aku memiliki dua putra, satu darah
dagingku dan satu adalah putra yang aku cintai melebihi darah dagingku sendiri.
Aku mencoba untuk mencintai keduanya, tapi aku memberikannya lebih banyak
cinta. Jalal adalah kekuatanku, ketika aku melihat mereka, aku berpikir bahwa
aku dapat memenangkan seluruh dunia dengan mereka, Jalal adalah putra Raja tapi
Adham terlalu ingin menjadi seorang Raja. Adham menginginkan takhta Jalal, jadi
aku membantunya. Apakah yang aku lakukan salah? Itu mungkin salah bagimu tetapi
untuk seorang ibu itu tidak salah, Aku membantu anakku tetapi tidak mengerti
Jalal dengan baik... Kau ingin membantuku... Aku punya dua anak tetapi tidak
ada seorang pun yang sekarang menemaniku menjelang kematianku, Jalal suamu...
Aku tahu dia dari waktu ke waktu,, ketika dia berjalan dia emmegang tanganku...
Aku mengajarinya bagaimana cara berjalan, dia tidak dipaksa untuk mengatakan
apapun tetapi hanya mengatakan ‘Bari Ammi’ dan aku merasa senang saat dia
memanggilku ‘Bari Ammi’, Aku bisa tahu apa yang Jalal inginkan hanya dnegan
melihat wajahnya, dia memanggilku bari Ami Bari Ami, tapi ketika Jalal
menagatakan aku bukan bari Amunya lagi, itu adalah hari terburuk dalam hidupku.
Kau ingin melakukan sesuatu untukku? Dapatkah kau membawa anakku Jalal, ingat,
aku mengatakan anakku Jalal bukan Raja Jalal. Keduanya juga berbeda, anakku
sangat tidak bersalah, Jalal suamimu adalah Raja bukanlah anakku. Jika kau
benar-benar ingin melakukan sesuatu untukku, bawalah Jalal anakku kesini. Kau
adalah rajvanshi, aku pernah mendengar banyak tentang rajvanshies bahwa setelah
mereka berjanji, mereka memegang hal itu sampai akhir hidup mereka, aku tidak
ada hubungannya dengan hidupmu sekarang, jika kau benar-benar ingin melakukan
sesuatu maka bawalah Jalalku kesini. Katakan padanya bahwa sebelum mengirimku
pergi dari sini, dapatkah dia memanggilku bari ammi,, mintalah dia untuk
memanggilku bari ammi. Aku tahu tidak ada yang bisa membwa Jalal atau Adham
kesini, Aku tahu.” Jodha tegang memandang Maham Anga dan air matanya sudah
mengalir sedari tadi.
Maham Anga membaringkan tubuhnya
membelakangi Jodha. Jodha membantunya dan menyelimutinya. Maham Anga masih
menangis dan Jodha berdiri terpaku memikirkan apa yang harus dia lakukan.
Jodha melihat beberapa peralatan yang akan
keluar dari istana, itu adalah persiapan untuk mengirimkanya Maham Anga ke
delhi, Jodha berjalan dengan gelisah sambil, “Apa yang harus aku lakukan, Maham Anga telah
meminta sesuatu dariku untuk pertama kalinya dan aku tidak bisa memenuhi
keinginanya. Sedangkan Jalal telah berjanji untuk tidak pernah melihat wajah
Maham Anga. Dia tida mendengarkanku.”
Jodha teringat saat Jalal mengatakan bahwa
Bari Amminya sangat mencintainya, Bari Amminya menyimpan mainnya sejak kecil.
Jodha mengatakan bahwa hati ibu memang seperti itu, mereka tidak hanya
melindungi anaknya tetapi hal-hal yang disukai anak-anaknya.
Flashback End**
Jodha datang ke Maham Anga. Dikamar itu
para Dasi sedang membersihkan kamar Maham Anga dan membuang barang-barang lama.
Jalal datang dan bertanya, “Mengapa kau memanggilku kesini? Mengapa kau
membersihkan ruangan ini?” Jodha menimpali, “Maham Anga tidak akan berada di
Agra lagi, jadi akau memutuskan untuk membersihkan kamarnya.” Jalal tertegun.
Jodha mengatakan, “Dia memohon untuk membawamu kepadanya untuk melihatmu
terakhir kalinya.” Jalal berkata, “Aku tidak mau melihat wajahnya.” Jodha, “Benar.
Dia mengutuk anak-anakmu jadi bagaimana kau bisa melihat dan menghadapinya. Dia
memiliki barang-barang dan pakaian yang sudah usang dikamarnya.” Jodah
menunjukkan pada Jalal beberaoa pakaian, “Ini pakaian masa kanak-kanakmu, dia
telah menjaganya seperti emas.” Jalal bertanya, “Apakah dia benar-benar
mengambil nafas terakhirnya?” Jodha menjawab, “Tentu... Tinggalkan dia,
bukankah kau tidak memperdulikannya. Dia harus meninggalkan dunia ini segera.
Dia menyebut dirinya ibumu, bagaimana mungkin seorang ibu bisa mengutuk cucu-cucunya?
Dia mengatakan bahwa dia melakukan banyak hal untukmu, itu tugasnya dan hal
yang tidak baik jika dia melawanmu. Kau jangan khawatir, tinggal dua atau tigas
hari lagi, kemudian kegelapan akan pergi dari hidup kita selamanya. Maham Anga
mengatakan bahwa dia ingin mati dengan melihat wajahmu, Mengapa? Dia melakukan
banyak kejahatan terhadapmu dan sekarang ingin melihat wajahmu, dia adalah
wanita yang gila.” Jalal merasa sakit hati mendengar ucapan Jodha terhadap Maham
Anga, dia mencoba mengontrol air matanya.
Jodha bertanya, “Apa yang terjadi padamu? Apakah
debu masuk kematamu?” Jodha meminta Jalal untuk membiarkan dia melihat matanya.
“Ini adalah air mata, tapi kenapa? Mereka keluar ketika kau memiliki beberapa
hubungan dari hati. Ini bukan tangisan, tapi emosimu yang datang dari hatimu
tetapi untuk siapa? Orang yang mencoba untuk membunuhmu, orang yang berpikir
buruk pdamu, yang mengutuk ahli warismu.” Jodha meminta Jalal untuk menyeka air
matanya sebelum ada orang yang melihatnya. “Kau merasa buruk jika hal-hal buruk
terjadi pada Ibumu? Kau tahu mengapa kau merasakan semua ini, akrena dia ibumu
bukan dasi. Lepaskan topeng kemarahan ini, kau masih menyayangi Maham Anga lalu
mengapa kau menunjukkan kemarahan palsu ini? Biarkan emosimu keluar, aku
menerima bahwa Maham Anga melakukan kesalahan dengan mengutuk ahli warismu,
tetapi mentalnya sedang tidak stabis saat itu. Dia tidak bisa mengutuk putranya
Jalal. Seorang raja yang bahkan memiliki hati sekeras batu tetap bisa menangis
untuk ibunya. Jika kau berpikir bahwa kau pernah berpikir dia sebagai ibu, maka
pergi dan temuilah dia, bukan sebagai Raja Jalal tetapi sebagai anak Jalal yang
sangat mencintai ibunya. Siapa yang tidak akan menangis jika mengetahui ibunya
akan menghembuskan nafas terakhirnya, tetapi jika kau tidak berpikir demikian,
maka kau jangan menangis.” Jodha meminta Moti untuk membuang barang-barang
Maham Anga dari ruangan tersebut. Jalal berbalik pergi dengan sedih. Jodha
menatap kepergiannya dengan kesedihan yang sama yang dirasakan oleh Jalal.
**Celotehanku**
Awalnya tidak ada niat untuk membuat
sinopsis Jodha Akbar, tapi entah mengapa hari ini rasanya tangan gatel ingin
membuat sinopsis Jodha Akbar. Dan berhubung ada yang menanyakan Sinopsis
Episode 333, jadi saya ambil episode ini untuk dibuat sinopsisnya. Semoga
semuanya bisa menikmati, meskipun gambarnya tidak selengkap seperti biasanya.
Sukriya.