Sepasang insan yang saling terpaut hatinya karena Alloh, sedang khusu’ shalat di masjidil Haram, suasana masjidil Haram yang tidak terlalu ramai meski tetap banyak pengunjung, menambah ketenangan memunajat pada sang Khalik.. mereka sedang dlm perjalanan honeymoon, rencananya mereka selain melakukan umroh, juga akan mengunjungi mesir, dilanjut ke masjidil Aqso baitul makdis di palestin, Turki, dan Andalusia (spanyol).... "honey, kau tau betapa bahagianya hatiku bisa menginjakan kakiku di kota suci ini, sejak kecil aku selalu memimpikannya" ujar sang suami pada istrinya yang baru beberapa hari dinikahinya, mereka sedang melepas lelah di sebuah hotel di kota Mekah, sang istri menyandarkan kepalanya pada dada suaminya yang sedang berbaring. "aku juga senang sayang..karena mu, aku bisa mengenal kebenaran ini, merasakan nikmat dan lezatnya iman" ujar sang istri.
Perjalanan mereka sekarang dilanjutkan ke Baitul Maqdis, yerusalem "sayang kau tau, ini adalah kota suci tiga agama, islam, kristen dan Yahudi, pada saat islam menguasai daerah ini tiga agamam hidup secara damai mereka bebas melakukan ibadah sesuai kepercayaannya tanpa ada paksaan dan intimidasi" kata sang suami, sekarang pasangan ini memasuki berada di halaman Masjidil Aqso..
Tiba tiba terdengar kegaduhan.. suratembakan dimana-mana, Jodha. “Jodha cepat cari tempat yang aman.” kata sang suami, sambil memeluk istrinya, dia berusaha melindungi sang istri, tembakan semakin membabi buta, hingga tak sempat mereka mencari tempat sembunyi. Dan DORRRRR... satu tembakan mengenai punggung sisi kanan sang suami, darah memngucur, sang suami limbung jatuh di pangkuan istrinya, "mas... mas,,, massssss" teriak sang istri sambil membelai wajah suaminya, tangisnya menjadi ketika sang suami mulai memejamkan matanya... "mas Jalal, jangan tinggalkan aku, ya Alloh beri kesempatan hambamu ini untuk bisa hidup lebih lama dengan nya aku mencintainya karena Mu ya Alloh" tangisnya semakin menjadi.
Jodha memutar pandangannya.. nampak masih mencekam. Dikanannya ada seorang istri sedang menangisi suaminya yang tergeletak. Sedangkan dikirinya, seorang anak sedang menangis di dada ibunya. Entahlah mungkin ayahnya sudah syahid duluan. Terkenang kembali certita Jalal sebelum mereka memasuki Palestina.
"Di sana kau akan melihat, banyak anak-anak yang kuat. anak-anak yang hebat, anak-anak tak takut mati, padahal kematian sangat dekat dengan mereka. Sejak kecil orang tuanya menanamkan pemahaman 'hidup mulia atau mati syahid'. para ibu menanamkan anak-anak mereka dengan ayat2 Al Qur'an. Itu yang membuat mental mereka sekuat baja. Otak mereka cerdas, lebih cerdas dari sekedar mendengarkan musik mozaik. Di sana banyak para istri kehilangan suami mereka yang harus syahid. Ketika suami mereka keluar di pagi hari ,maka mereka telah siap kalau sore harinya tinggal nama suami mereka yang pulang". Segerombolan pemuda dengan memekikkan takbir memecah lamunan Jodha. "ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR!!!". Mereka mencoba menghalau para Agresor meski hanya dengan melempari batu (ohh... ini yang dinamakan gerakan Intifadoh fikir Jodha)
Taklama kemudian datang ambulan berlogokan MER-C (sebuah lembaga soasial yang bergerak di bidang medis asal Indonesia). Membawa para korban ke Indonesia Hospital Palestin. Sekarang dr. Josejurnais sedang mengeluarkan peluru dari punggung Jalal, Jodha menunggu dengan cemas.
Terkenang kembali saat-saat indah bersama suaminya. Yang selalu membangunkan di sepertiga malam terakhir dengan ciuman lembut khas mas bawell. Jika Jodha tak mau bangun, dia menyipratkan air wudhu yang masih menempel ditanganya. Dan mau tidak mau membuat Jodha harus bangun. Atau ketika menyuruh Jodha berwudhu sebelum tidur, setelah mereka melakukan 'misi mendapatkan keturunan' padahal Jodha sangat ngantuk. kalau sudah begini maka ikhwan agra nya akan menggendong Jodha menuju kamar mandi untuk berwudu. Kenangan indah itu melintas satu persatu dlm benak Jodha. Hingga suara perawat yang memanggilnya, mengagetkan Jodha..
Jodha duduk disamping Jalal yang masih belum sadar. Dia buka mushaf Al Qur'an saku pemberian mas bawell, dengan masih terbata-bata dia bacakan surat Ar Rahman. ar-rah-man-ala-mal-qur-'an-kha-la-qol-in-san.... Air matanya terus berderai, dengan susah payah dia mencoba menyelesaikan surat Ar Rahman. Meski belum begitu lancar Jodha selalu berusaha tilawah tiap hari, biasanya Mas bawel dengan sangat sabar membimbing Jodha belajar Al Qur'an. Jodha teringat kata Jalal yang selalu memotivasinya "Alloh memberi2 pahala bagi yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata, pahala terbata-bata nya dan pahala belajarnya, setiap huruf Alloh SWT menghitungnya dengan 10 kebaikan"...
Saking lelahnya, Jodha tertidur sambil menggenggam erat tangan suaminya. Jemari Jalal mulai bergerak, perlahan matanya mulai terbuka. Teringat kembali apa yang tadi dialaminya. Dia melihat kesamping, istrinya sdengan tertidur. Sambil tersenyum dibelainya kepala istri tercinta yang berbalut kerudung. Membuat Jodha segera terbangun. "mas... kau sudah sadar?" tanya Jodha bahagia "kau tau?? aku begitu mencemaskanmu" lanjut Jodha dengan sedikit manja. "o.. ya.. kau mencemaskaku sayang?! trus kalau aku ga hidup lagi gimana?" goda Jalal. "ya.. aku tinggal cari ikhwan yang lain aja,,, mmm misalkan aku cari Fakhri ke Dubai" Jodha balik menggoda.
Jalal langsung diam, sepertinya dia marah, mukanya tanpa ekspresi. Menyadari dia menggoda suaminya dengan berlebihan, Jodha jadi merasa bersalah, dia merajuk.. "mas. .ma'afin aku ya.. kumohon" mukanya memelas. Jalal masih diam "mas.. aku tak bermaksud seperti itu, aku ga kuat melihatmu marah" Jalal pun menjawab, "jangan, kau ulangi lagi ya, aku cemburu saat kau menyebut nama laki-laki lain. bahkan kalau sudah mati sepertinya aku akan tetap cemburu kalau kau mencari ikhwan penggantiku" Jodha pun tersenyum lega sambil berkata "bahkan aku pun tidak ingin memikirkan ikhwan lain sepeninggallanmu mas" sambil menyentuh lembut wajah suaminya
Jalal merasa bosan terus tiduran, dia pun membujuk Jodha untuk membawanya mengelilingi rumah sakit. "Jodha, jarang-jarang loh kita ada di daerah konflik seperti ini. Banyak pelajaran yang kita bisa ambil" kata Jalal mencoba meyakinkan, tapi Jodha bersikeras karena kondisi Jalal masih belum begitu baik "kamu ga percaya sama mas mu yang perkasa ini? lagian kalau mas kenapa-kenapa kan ada kamu yang selalu siaga jagain mas" Jalal mencoba meyakinkan.. "baiklah kalau mas bawel terus dengan kebawelanya..aku luluh juga... tapi ada tiketnya" kata Jodha sambil memonyongkan bibir ranumnya minta dici.... "Jodha nanti ada yang liat.. malu" kata Jalal "aku kan istrimu kenapa mesti malu, kalau ga mau ngasih tiket nya ya udah, mas tiduran aja sampai besok PA-GI!!" ucapnya dengan nada sedikit meninggi. Akhirnya Jalal pun mengalah "baiklah nyonya bawelll ku, aku pasrah saja silahkan" kata Jalal sambil memejamkan matanya dan memonyongkan bibirnya.
Mereka jalan-jalan dengan kursi roda. "Jodha kau bisa merasakan penderitaan mereka" kata Jalal matanya mengarah pada bangsal bangsal yang penuh dengan pasien, tak jarang anak-anak yang tergeletak di atasnya dan banyak diantara mereka yang kehilangan anggota tubuhnya.. miris Jodha melihatny. "mengapa harus anak-anak yang tak berdosa yang jadi korban konflik tak berkesudahan ini" ujar Jodha, sambil tetap mendorong kursi roda Jalal, mereka menghampiri seorang ibu yang yang sedang menangis sambil teriak-teriak "dimana sodara-sodara sesama muslimku, mana? katanya mereka ibarat satu tubuh dengan kami,mana kaum muslimim Iran, mana muslimim Mesir, mana muslim turki, mana muslim Indonesia, kami disini di bantai, anak-anak kami dibunuh, rumah-rumah kami diahancurkan, dimanakah kalian disaat kami semua hidup dlm ketakutan..." ujar wanita itu yang ternyata baru kehilangan anaknya saat insiden kemarin, suaminya dan anaknya yang lain telah lebih dulu meninggal saat rumah mereka hancur terkena roket para agresor. Jodha dan Jalal meneteskan air mata ikut merasakan kesedihan yang mendalam pada wanita itu.
Dua hari Jalal berada Palestin, sekarang mereka pamitan pada dr. Josejurnalis sang Presidium Indonesia Hospital Palestin, sambil memberikan bantuan untuk korban konflik. Mereka melanjutkan perjalanan ke Mesir lewat jalur darat, melintasi Jalur Gaza yang menghubungkan langsung ke Mesir lewat pintu Rafah, hanya itulah pintu satu-satunya yang bebas dari brigae pasukan Israel. "Jodha, kau tau Gaza ibarat penjara raksasa yang dikelilingi oleh tembok beton, pembatas dengan negara Israel, sisi lainnya mengahdap ke laut mediteranisa yang banyak di dijaga oleh para marinir tentara Israel, yaris tidak ada mobilisasi untuk pemasok makanan dari luar, makanya ada lebih dari 1000 terowongan rahasiah yang berhubungan langsung dengan Mesir, dan akhir-akhir ini sebagian dari terowongan itupun banyak di hancurkan oleh tentara mesir. Jodha kita harus bersyukur, tinggal di daerah aman, mereka untuk ibadahpun sangat sulit, peluru dan rudal siap mengintai nyawa mereka" ujar Jalal menceritakan kondisi Gaza.
Jalal melanjutkan penjelasannya tentang Gaza "disini meski angka kematian tinggi, tapi anggka kelahiran lebih tinggi lagi, bahkan Gaza menempati urutan ke 7 didunia dalam hal laju pertumbuhan penduduk, para ibu sangat produktif, mereka sangat senang mampu melahirkan banyak muzahid" Jodha mendengarkan dengan antusias lalu berucap "subhanalloh.. mati satu tumbuh seribu"