Fakhri dengan senyuman bijaknya berinisiatif menjelaskan pada ibu Hamidah apa yang sedang terjadi, dengan legowo Fakhri memilih mundur dari dilema cinta segitiga ini.. Hamidah manggut-manggut lalu berkata "setiap kejadian pasti tidak luput dari sekenario Alloh SWT, sekenario Alloh SWT pasti yang terbaik, nak Fakhri syukron ya, kau begitu baik, beruntung Jalal punya sahabat sepertimu.” Fakhri: “ini sudah seharusnya dilakukan oleh seorang sahabat, akhi kau berhak untuk bahagia, aku tidak ingin jadi penghalang diantara kalian" Fakhri dan Jalal saling berpelukan mata mereka berkaca-kaca saling terharu (begitulah hendaknya yang saling di lakukan sahabat tidak saling egois dengan kebahagiaan pribadinya) "syukron teman, semoga Alloh SWT membalas dengan yang lebih baik" ucap Jalal,
Jodha memeluk Hamidah, sambil menyeka air mata yang tak terasa merembes dari ujung matanya. Fakhri melepas pelukan Jalal sambil berkata "akhi, saya harus pamit, kemarin saya mendapat tawaran kerja ke Dubai, sepertinya bagus untuk karir saya, Jodha terima kasih banyak sudah memberikan kesempatan pada ku bergabung dengan Tajmahal, mengenal orang-orang yang baik seperti kalian,,,, Akhi segera kau khitbah Jodha sebelum ikhwan lain mengkhitbahnya." ujar Fakhri mengoda Jalal, Jalal tersipu mukanya memerah sambil menatap kearah Jodha "entahlah, apakah dia mau menerima khitbahaan ku?" sekarang giliran Jodha yang tersipu, digoda oleh mas bawelnya. **Dan tidak dapat dipungkiri, bahwa readers pun juga ikut tersenyum menyambut kebahagiaan mereka.... Abaikan.**
"Aku harus segera kembali ke Jakarta, mengurus berkas-berkas dan segera berangkat ke Dubai” Ujar Fakhri. Jalal, Jodha dan Hamidah melepas kepergian Fakhri, sosok ikhwan baik hati yang di pilih Alloh SWT untuk menyatukan dua hati yang memang seharusnya bersatu.
Setelah kepergian Fakhri, ibu Hamidah mengajak Jodha dan Jalal duduk di teras rumah mereka, sambil menikmati segarnya kebun sosin yang menghijau di halaman rumah. rona bahagia terpancar jelas di muka dua insan yang sedang dilanda cinta. "nak, ibu senang, akhirnya Alloh SWT, menjawab do'a kita... Jodha bagaimana, kau belum menjawab lamaran Jalal, apa kau bersedia menjadi Istri Jalal, menemaninya dalam susah dan senang, menguatkan keimannya saat semangatnya kendor, menjadi ibu dari jundi-jundi kecilnya nanti?" Jodha mengangguk tanda menerima, wajahnya tetap menunduk antara malu dan bahagia menjadi satu, dia sadar kalau saat itu Jalal sedang menatapnya, menunggu kepastian jawaban dari sang bidadari hatinya.
"Ibu rasa kalian sudah saling mengenal satu sama lainnya, jadi tidak usah melewati proses ta'aruf lagi, ibu ingin kalian segera menikah, biar ibu segera bisa menimang cucu yang sudah lama ibu rindukan." lanjut Hamidah. "kalau aku gimana mas Jalal saja bu, kapan pun insaya Alloh siap." Jawab Jodha. "Kamu sendiri gimana Jalal?" tanya Hamidah pada anaknya. "niat baik sepertinya harus segera dilaksanakan bu, jangan ditunda-tunda." jawab Jalal (mas bawelll udah ga sabar nih pengin segera bulan madu).
"Jodha, kau ingin menikah dimana nak? Di malang atau di Jakarta?" tanya Hamidah. "gimana ibu aja, aku serahkan semuanya sama ibu, keputusan ibu pasti yang terbaik jawab Jodha. Akhirnya Ibu Hamidah memutuskan untuk menikahkkan mereka di Malang, dengan pertimbangan, di Malang banyak sanak saudaranya yang bisa membantu, lagian sekarang semua karyawan Tajmahal sedang ada di Malang jadi mereka bisa turut menyaksikan janji suci antara Jalal dan Jodha, menyempurnakan separuh dien nya.
Di malam sebelum janji suci di ucapkan, Jalal bertafakur di atas sajadhanya, selesai melakukan qiyamu lail, dia mengalunkankan do'a dari bibirnya yang suci
Ya Alloh seandainya aku jatuh hati,
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada Mu,
agar aku tidak terjatuh dalam cinta yang semu,
YA Alloh seandainya aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya,
agar tdk melebihi cintaku pada Mu,
ya Alloh seandainya aku berlabuh dalam cinta,
labuhkanlah cintaku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada Mu,
agar bertambah kekuatanku unk mencintai Mu,
ya Alloh seandainya aku merindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindukan ridhoMu,
ya Alloh terimalah permohonanku"
Jalalpun menutup do'anya dengan sujud yang panjang...
Sudah ditetapkan kalau akad nikan akan diadakan di masjid Agung kota Malang, sedangkan walimah akan diadakan di hotel tempat para karyawan Tajmahal corp. Menginap. Liburan mereka pun diperpanjang dalam rangka pernikaham bos besarnya.
Jodha memakai gaun putih dengan kerudung yang tetap sayaar'i menutup dadanya, ada hiasan untaian melati dan sedikit mawar di kerudungnya, make up yang minimalis, membuat kecantikan naturalnya kian terpancar, Jalal mengenakan baju senada, aura ketampanannya sangat nampak, sebenarnya Jalal agak sedikit gelisah dihari ia akan mengakhiri masa lajangnya. Jalal sengaja tidak dipertemukan dulu dengan pengantin wanita sebelum ijab qobul dilaksanakan, mereka menuju Masjid agung dengan mobil yang berbeda, Jodha didampingi ibu Hamidah yang sebentar lagi akan jadi mertuanya, sedang Jalal ditemani oleh Hasan sahabatnya.
Akad nikahpun dilakukan, Jodha duduk di belakang, tidak berdampingan dengan Jalal karena mereka belum saah jadi pasangan, karena Jodha tidak punya sanak sodara, wali nikah pun diserahkan pada wali hakim, Jalal pun mengucap ijab qobul dengan lancar, sebuah perjanjian agung “Mitsaqon gholizhan", hanya 3 kali Alloh menyebut kata itu dalam Al Qur'an (ketika Alloh mengambil perjanjian dengan para nabi ulul azmi, ketika Alloh mengambil perjanjiang pada umat nabi Musa, dan ketika akad nikah diucapkan).
Jalal memberi mas kawin seperangkat alat shalat dan Al Qur'an, tujuannya agar Jodha tidak lalai dalam shalatnya, dan berharap Jodha menjadi hafidzoh penghafal Qur'an, dan siap menularkan hafalannya pada jundi-jundi kecilnya nanti.
Sekarang Jalal sungkem di pangkuan ibunya, mohon restu untuk keberkahan keluarganya, diikuti dengan Jodha yang tidak kuat menahan air mata, membayangkan andai saja kedua orang tuanya ada di sana menyaksikan hari bahagia, memeluknya dengan penuh cinta dan penuh do'a, tapi semua itu tidak mungkin terjadi mereka sudah tenang di alam sana, menyaksikan dari jauh anaknya menjadi milik orang yang tepat, yang mampu membimbinynya.
Jalal berjalan berdampingan dengan Jodha, menuju mobil pengantin yang siap mengantar mereka ke hotel tempat diadakannya walimah, Jalal mengulurkan tangannya ke arah Jodha sambil tersenyum.. awalnya Jodha ragu, namun perlahan ia meraih tangan Jalal, ini kontak fisik mereka untuk pertama kalinya, subhanalloh rasanya amazing.. enegi cinta mulai merambah ke sekujur tubuh mereka.
Tiba-tiba Jalal teringat mimpinya dulu, dia bergumam dalam hatinya "oh.. ternyata kau yang dulu hadir dalam mimpiku, membawaku ketempat yang sangat indah"itu membuat Jalal senyum-senyum sendiri, membuat Jodha keherana "ada apa mas???" Jalal: “bukan sesuatu yang penting Jodha.” Jodha: “sekarang apapun yang suamiku fikirkan itu menjadi hal penting bagiku.
Akhirnya Jalal menceritakan apa yang sedang difikirkannya, gayung bersambut merasa di ingatkan Jodha pun mengatakan kalau dia juga mengalami mimpi yang sama. Jalal membukakan pintu mobil untuk istri tercintanya, "hati-hati sayang" (cie.. cie.. mas bawel udah manggil sayang sekarang).
Di dalam mobil mereka menjadi kaku, akhirnya Jalal yang membuka percakapan "Jodha, bisa menghadapku sebentar...” “Mas, apa yang akan kau lakukan?” tanya Jodha, dia fikir Jalal mau srudak sruduk.. "aku tidak seburuk yang kau fikirkan Jodha, aku masih bisa menahannya sampai nanti malam." jawab Jalal seolah tau apa yang difikirkan Jodha, Jodha menunduk mukanya merah menahan malu. Jalal meletakan Tangan kananya di kening Jodha lalu berdoa "Allohumma inni asaluka min khoiriha wa khoiri ma jabaltaha alaihi wa audzubika min sayaariiwa sayaarii ma jabaltaha alaih (ya Alloh aku memohon pada Mu kebaikan dan kebaikan dari apa yang Engkau berikan pada nya, aku berlindung pada Mu dari keburukan dan keburukan yang Engkau berikan pada nya." lalu Jalal mengecup kening Jodha penuh cinta. Jodha menyeka air matanya dengan sapu tangan mas bawelll nya, dia terharu, dan bersyukur telah diberi suami seperti Jalal. “Mas, jangan bosan untuk selalu membimbingku ya." kata Jodha sambil menyandarkan kepalanya di bahu kekar Jalal. “Mari kita sama-sama belajar sayang".
Akhirnya rombongan pengantin sudah sampai di hotel, seluruh karyawan Tajmahal corp. Menanti untuk menyambut sang pengantin. Mereka tersihir oleh pesona kecantikan Jodha dan ketampanan Jalal. Pasangan yang sungguh serasi,, mereka saling berbisik. Jalal mebukakan pintu mobil untuk Jodha, sambil mengulurkan tangannya. Jodha menyambutnya dengan senyum sumringah. Mereka pun berjalan menuju singgasana pengantin, sambil tangan saling menggenggam.
Walimah diadakan secara islami, infisol tam (pemisahan total antara laki-laki dan perempuan) begitu juga pengantinya, itu bertujuan agar tidak terjadi ikhtilat (campur baur tamu laki-laki dan perempuan yag bukan muhrimnya). Semua nampak bahagia, kecuali ada seorang wanita cantik yang menekuk mukanya, nampak sekali kekesalan diwajahnya, ia adalah ruqayah. Dia sibuk nongkrong di stan mendoannya gang kompor mleduk. Setiap makan satu mendoan dia menghabiskan seperempat cabe. Sekarang sudah 4 mendoan yang ia makan, berarti sudah 1 kg cabe ia habiskan. Dia baru sadar saat perutnya mules, dan berlari terbirit-birit ke arah toilet.
Malam harinya mereka telah berada di kamar hotel yang sudah di setting jadi kamar pengantin. Mereka pun mandi bergantian. Serasa segar setelah capai seharian dalam sibuknya acara walimah. Namun rupanya ngantuk belum juga kunjung menghampiri mereka. Mereka nampak canggung, Jalal menyandarkan badannya ketempat tidur sambil pura-pura membaca buku. Padahal pikirannya melayang entah kemana, memikirkan bagaimana dia harus memulai malam dengan istri tercintanya.
Jodha tak kalah kikuknya dia duduk di depan meja rias sambil menyirir rambutnya yang terurai, sesekali Jalal mencuri pandang. Dia pun menutup buku yang sedari tadi pura-pura dibacanya.. "Jodha, kau tau, disunahkan sepasang pengantin untuk melaksanakan shalat sunat di malam pertama mereka. kau mau melakukannya Jodha?" ucap Jalal mencoba mencairkan suasana. "tentu saja sayang" kata Jodha sambil menghamparkan sajadah untuk dirinya dan untuk suaminya.
Mereka shalat dengan khusu'. Mereka berdo'a memohon kebaikan untuk keberkahan rumah tangga mereka. Jodha mencium tangan suaminya penuh hormat, Jalal membalasnya dengan mencium kening istrinya. Setelah membereskan sajadah, Jodha melangkah keluar menuju Balkon di depan kamarnya. Jalal mengikutinya, dan berdiri di samping Jodha, diam diam tangannya meraih jemari Jodha (dan mengalunlah lagu romantis.. Inn anhkhon mein tum...)
"sedang apa sayang?" kata Jalal. "aku sedang menatap indahnya purnama, subhanalloh aku bersukur pada Alloh pencipta bulan, yang telah mengirim suami sepertimu" jawab Jodha. Jalal memegang bahu Jodha, dan meletakan ke2 tangan Jodha agar menggantung di lehernya "Jodha boleh aku menc.....(sensor...)" Jodha mengangkuk memberi izin.."
Jangan di sini nanti para begum iri." kata Jalal sambil membimbing Jodha masuk ke kamar. Rembulan pun bersembunyi di balik awan, malu menyaksikan keintiman dua insan. Malaikat rahmat pun tersenyum lega. Apa yang seharusnya terjadi terjadilah. dengan piawai Jalal membimbing Jodha, dia banyak belajar dari buku-buku bimbingan pernikahan yang sering dibacanya akhir-akhir ini.....