NOTE: tulisan warna biru adalah ucapan pikiran/ucapan dalam hati pemain.
Sharifudin datang ke kamar Bhaksi Bano dan langsung duduk bersandar disampingnya diatas tempat tidur sambil membelai wajahnya.
Sharifudin:
“Senang mendengar bahwa kau mendapat pelayan yang bekerja padamu.”
Sharifuddin meminta pada pelayan tersebut untuk menjaga Bhaksi dengan
baik karena ia sangat rapuh. Pelayan itu meminta Sharifudin untuk tidak
khawatir.
Sharifudin
menatapnya dan mendekatinya, ia tertawa dan menanyakan namanya, dia
mengatakan bahwa namanya Dilawar khan. **Sujamal datang ke Istana Agra
dan menyamar sebagai Kasim dan merubah namanya menajdi Dilawar Khan saat
dia menjadi Kasim.**
Sharifudin: “Kau terlihat seperti prajurit rajvanshi dia akan membunuhmu jika ia melihatmu.”
Sujamal berpikir: “Kuharap ia tidak mengenaliku.”
Gubaldan sedang bersama Ruqaiya. Ruqaiya tersipu dan haru mendengar semua yang dikatakan Gubaldan.
Gubaldan:
“Ketika ayahmu meninggal dan mengantarkanmu kemari kita sangat khawatir
padamu tetapi lihat dirimu sekarang kau adalah perempuan yang kuat.
Ketika kami membawamu, Jalal sanagt senang melihatmu. Kami tahu kalian
berdua cocok dan Humayun menatapmu dan berkata dia akan menajdi ratu
mughal.”
Hoshiyar datang di sana dan menginformasikan bahwa Jalal akan datang ke kamar Ruqaiya.
Ruqaiya:
“Baiklah, pergilah dari sini.” Ruqaiya berkata kepada Gubaldan, “Kita
membicarakan Jalal dan Hoshiyar kemarin mengatakan pesannya.”
Gubaldan: “Saya sangat bahagia melihat kalian berdua bersama-sama.” Ruqaiya memberi salam dan pergi dari sana.
Semua
orang berkumpul di Diwan E Khass. Bhaksi Bano datang menghampiri Hamida
dan mengatakan bahwa Dilawar mengurusnya dengan baik.
Sujamal
yang berdiri dibelakang Bhaksi Bano melihat Maansingh dan tersenyum
bahagia. Saat ia melihat kedatangan Jodha, ia juga tersenyum senang.
Jodha menghampiri Bhaksi Bano yang tampak tidak suka dengan kehadiran
Jodha namun tetap memaksakan senyumnya.
Jodha:
“Bagaimana keadaanmu? Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja
padaku.” Jodha duduk di depan Sujamal dan Sujamal tak henti-hentinya
menatapnya. Dan tentu aksinya tidak lepas dari pengawasan Maham Anga.
Sebuah
pengumuman diserukan menandakan kedatangan Jalal. Jalal duduk di
singgah sananya dan menanyakan ada kabar apa. Maansigh berdiri dan
mengatakan bahwa mereka telah menyerang baaj bahudar. Jalal mengatakan
mereka mendapat bantuan dari pratap, dan menyuruhnya menangkapnya.
Jalal
bertanya tentang Sujamal, Sharifudin mengatakan bahwa mereka masih
mencarinya. Jalal berkata dengan amarah dimatanya, “Aku ingin dirinya
segera ditangkap dalam keadaan hidup,,, atau mati.” Jodha tertegun
mendengar ucapan Jalal.
Maham
datang ke kamar Javeda dan ada banyak asap disana. Maham terkejut saat
mendengar suara laki-laki didalam kamar Javeda dan segera memanggil
penjaga supaya menangkapnya. Javeda berbicara dalam suara laki-laki,
“Ibu.. ini aku.” Maham terkejut dan Javeda melanjutkan ucapannya masih
dengan suara laki-lakinya, “Aku telah menghisap hookah pagi ini. Semua
ini salahmu Ibu. Aku berkabung karena aku tidak bisa menjadi pemilik
harem ini.” Maham awalnya berkata lembut namun berubah mengancam, “Jika
kau terus melakukan hal-hal bodoh seperti ini maka aku akan membunuhmu.
Dasar bodoh.”
Dilawar merawat Bhaksi Bano dengan baik. Jalal datang ke kamar Bhaksi.
Jalal: “Mengapa kau duduk tidak beristirahat.”
Bhaksi: “Dilawar, katakan padanya aku sudah beristirahat seharian.”
Dilawar: “Iya Yang Mulia.”
Jalal: “Kau suka membuang obatmu.”
Bhaksi: “Itu adalah masa kanak-kanak.”
Tiba-tiba Sujamal teringat masa lalunya.
Flashback:
Jodha
tidak mau minum obat sampai-sampai tabib dan pelayan kualahan
melayaninya. Sujamal datang ke kamar Jodha dan menanyakan apa yang
terjadi. Jodha memanggil Sujamal mendekat dan Jodha berbisik, “Tabib itu
iri padaku, itu sebabnya dia memberiku obat pahit.”
Sujamal: “Kau harus minum obatnya Jodha agar kau cepat sembuh dan kita bisa duel lagi. Kalau begitu aku akan meminumnya.”
Jodha
buru-buru mencegah Sujamal yang akan meminum obatnya, “Kau tidak perlu
meminum obat itu demi aku. Baiklah, aku akan minum obat ini tapi itu
karena dirimu.” Jodha pun akhirnya mau meminum onat itu.
Flashback End.
Jalal
menanyakana apa Sujamal adalah Kasim yang baru. Bhaksi Bano memberitahu
Jalal bahwa Ruqaiya menunjuk dia. Jalal tersenyum, “Dia melakukan
pekerjaannya dengan baik.”
Jodha datang ke kamar Bhaksi dan tentunya melihat kehadiran Jalal disana.
“Salam Yang Mulia. Maaf aku tidak tahu kau disini, kalau begitu aku akan datang lagi nanti.”
Jalal: “Tidak Ratu Jodha. Kau tetaplah disini, aku akan pergi.”
Jodha
tertegun, dia dapat merasakan kalau Jalal telah menghindarinya. Namun
ia tetap memasang senyum palsunya untuk menutupi kesedihannya dan
menghampiri Bhaksi, “Aku membawakan salep untukmu. Bhaksi Bano meminta
Dilawar untuk mengambilnya. Dilawar pun berjalan dihadapan Jodha sambil
menatapnya dan berpikir, “Jodha tidak mengenaliku, maka tidak ada
seorang pun yang bisa mengenali diriku.”
Ruqaiya
meminta dasi untuk menghias kamarnya dengan baik, karena Jalal akan
datang setelah beberapa hari tak menemuinya. Dia berpikir, “Semuanya
akan seperti sebelumnya, harem akan menjadi milikku dan juga Jalal.
Jodha telah menjadi seorang istri biasa.”
Maham
datang ke kamar Ruqaiya. Ruqaiya tidak melihatnya dan berkata, “Kau
sudah datang (berpikir bahwa itu Jalal) aku sedang menunggumu.”
Maham: “Aku tidak tahu bahwa kau sangat menungguku.”
Ruqaiya berbalik, “Kau, aku pikir...”
Maham: “Kau pikir Jalal, ia akan datang kepadamu malam ini.”
Ruqaiya: “Berita harem cepat menyebar seperti api.”
Maham: “Kau menyiapkan segalanya untuknya.”
Ruqaiya: “Tidak perlu mempersiapkan segalanya, dia adalah milikku. Dan dia akan selalu menjadi milikku.”
Maham:
“Kau adalah teman masa kecilnya tapi kau tidak tahu dia. Ia sedang
khawatir hari ini, bukan karena politik, dia tidak memberitahuku.”
Ruqaiya: “Mungkin dia akan memberitahuku malam ini.”
Maham:
“Kau tidak perlu menunggu, kau harus bertanya padanya, mungkin kali ini
yang membuatnya sangat tegang adalah karena Jodha. Kau harus tahu,
mungkin dia mencintainya.”
Ruqaiya: “Apakah kau tidak mengenal dia? Dia tidak memiliki hati.”
Maham:
“Aku dikir dia berfikir dari hatinya hari ini. Aku akan memberikan
selamat padamu, apapun yang kalu lakukan aku akan selalu mendukungmu.”
Bhaksi
Bano menunggu Sharifudin dan tanpa sadar dia memotong tangannya.
Dilawar datang dan mengkhawatirkannya. Dia mengambil salep kemudian
memasang perban pada lukanya.
Dilawar: “Tidak baik makan paan dan suparies dalam kondisi seperti ini.”
Bhaksi Bano: “Aku merasa tenang setelah makan itu.”
Dilawar: “Mengapa Anda perlu kedamaian, Anda memiliki saudara laki-laki dan suami yang mencintai Anda.”
Bhaksi Bano (secara sarkastik): “Iya.”
Dilawar
beranjak ke meja untuk meletakkan sesuatu. Tanpa sengaja ia menjatuhkan
sebuah tirai yang menutupu lukisan. Ia terkejut saat melihta lukisan
itu adalah lukisan Jodha. Dilawar membawanya ke depan Bhaksi.
Dilawar: “Bukankah ini lukisan Ratu Jodha.”
Bhaksi (dalam hati): “Aku telah mengirimkannya ke Jodha, lalu mengapa itu ada disini lagi.”
Bhaksi
(pada Dilawar): “Kita memiliki pelukis sketsa yang sangat handal. Dia
membuat gambar-gambar yang sangat baik seperti apa yang dikatakan
padanya. Tapi ia membuat lukisan Jodha ketika Sharifudin memintanya.”
Sujamal: “Mengapa ia (Sharifuddin) memberitahu sketsa wajah Jodha.”
Bhaksi Bano marah: “Kau tidak perlu ikut campur masalah ini. Pergi dari sini.”
Dilawar
berpikir: “Pasti ada sesuatu mengapa Sharifudin menyebutkan gambaran
Jodha. Dan mengapa Bhaksi Bano merasa kesal mendengarkan nama Jodha,
padahal Jodha sangat baik padanya.”
Jodha berada di jendela kamarnya bersedih dan berpikir, “Dia adalah seorang Raja. Dia akan melakukan apa yang dia pikir benar.”
Flasback:
Jodha
teringat saat dirinya dan Jalal berada didalam kamar Jalal setelah
Ruqaiya marah-marah karena seharusnya dia yang berlayar dengan Jalal
tapi justru Jodha yang berlayar bersama Jalal.
Jalal: “Bagaimana perasaanmu jika kau ingin bersamaku namun orang lain telah mengambil kesempatan itu.”
Jodha: “Aku akan merasa marah.”
Flashback End.
Jodha
kembali berpikir, “Harem ini adalah miliknya, semua ratu berhak
bersamanya. Tapi mengapa aku merasa kesal dan marah jika dia bersama
dengan istrinya yang lain. Aku merasa aku dan Yang Mulia semakin jauh.
Dia tidak tahu aku melakukan ini untuk menyelamatkannya.”