Written By:
BhaviniShah
Translate:
Dewi Agasshi
Setelah drama cinta mereka
yang luar biasa, keduanya tenggelam dalam pelukan masing-masing,
hati mereka serasa damai dan senyuman tak pernah hilang dari bibir
masing-masing. Keduanya terjaga tetapi mata mereka terpejam, beristirahat
dengan perdamaian besar. Hati mereka banjir akan pasang surut emosi
yang begitu harmoni dalam kebahagiaan.
Jalal memegang Jodha sangat erat dalam
pelukannya dengan pegangan Posesif yang kuat di sekelilingnya.
Jodha bersembunyi dibahu yang lebar berotot dengan perasaan jaminan,
semuanya begitu indah dan sempurna. Akhirnya mereka
menyempurnakan pernikahan mereka dan menjadi satu untuk
selamanya.
Sudah lebih dari tiga
puluh menit mereka beristirahat
di lengan masing-masing dalam diam. Jalal hampir
tertidur dengan senyum memuaskan tidak bersalah di
wajahnya, kepuasan menguasai dirinya. Ia
telah merindukan saat-saat ini begitu lama, dia ingin
menikmati setiap momen tak terlupakan ini. Jadi bagaimana mungkin
ia bisa membiarkan Jodha pergi? Memeluknya memberinya perasaan konten mutlak.
Dalam hidupnya, Jalal tak pernah merasa sedamai ini sebelumnya.
Sejak pertama kali bertemu Jodha ia sangat bergairah untuk mendapatkan
cintanya dan akhirnya setelah lama menunggu mimpinya menjadi
kenyataan, ia benar-benar memiliki Sang Pujaan, Bidadari, Ratu
Hatinya. Dia akhirnya menjadi bagian dari dirinya. Ia merasa
sangat bahagia, seolah-olah seluruh kebahagiaan di dunia menjadi
miliknya.
Jodha akhirnya Bangun,
ia terbangun dari realitas mimpi luar
biasanya. kenangan indah penyempurnaan pertama
mereka membawa senyum menyenangkan dengan blush
on berat di wajahnya. Tiba-tiba, ia mulai
merasa sangat malu. Ia melihat suaminya masih beristirahat dengan
tampilan wajah tak bersalah, senyum malaikat terukir dibibirnya dan
matanya yang menggoda masih terpejam dalam kedamaian. Ia sangat terpesona
dengan pemandangan menyejukkan didepan matanya ini namun ia segera tersadar ia
harus segera bangun. Dengan lembut, ia mencoba keluar dari pelukan
bergairah dan kuat Jalal, tapi cengkeramannya begitu kuat,
semua usahanya sia-sia belaka. Dia mencoba lagi dan lagi,
tapi sia-sia. Jalal terbangun dari
tidurnya dan tersenyum dengan mata tertutup. Semakin
Jodha mencoba keluar dari genggamannya semakin
ia mempererat genggamannya. Dan Jodha akhirnya menyadari bahwa
Jalal telah terjaga dan bermain-main dengan dia. Dengan tersipu
malu Jodha berkata dengan nada meminta.... "Shahenshah,
Hamein jane dijye naa..(Tolong, biarkan aku pergi.)
Jalal membuka
mata ajaib gelap menggodanya, mata yang menari-nari dengan
selera humornya. Dia tersenyum dengan seringai nakal dan meremasnya dalam genggaman yang
kuat. Kemudian dia berkata dengan nada menantang "Ohoo yakin?
Apa kau bisa pergi." Sambil
mengencangkan cengkeramannya lebih kuat pada dirinya.
Jodha mendongak untuk
melihat apakah mata Jalal masih tertutup. Begitu mata mereka
bertemu wajahnya berubahs epenuhnya merah
muda. Dia merasa malu dan malu untuk keliarannya.
Ia menunduk dan menyembunyikan wajahnya di dadanya yang
bidang dan meminta lebih lanjut dalam nada rendah.. "Jalal,
jangan menambah masalahku, Tolong biarkan aku pergi."
Melihat tindakan pemalunya, bibirnya melengkung dengan senyum tertarik. Dia diam,
mengabaikan permintaannya.
Jodha menjadi gugup dan salah
tingah, dengan nada tegang ia berkata lagi..”Biarkan aku pergi Jalal."
Rasa malu terlihat jelas di wajahnya.
JA: “pergilah, lagi pula siapa yang
menghentikanmu untuk pergi?.” Jalal dengan nada keras tapi menggoda
menjawabnya.
Jodha tersenyum melihat
niat tersembunyi jalal, ia tahu bahwa suaminya ini mempunyai tujuan tertentu.
Dia berkata pada dirinya sendiri..”Oho..Jadi dia menantangku." Jodha
berusaha keras untuk keluar dari genggamannya. Ia
mendorong dirinya sendiri, mencoba menyelinap keluar namun
karena bahu berotot kuat dan tubuh yang sangat
besar dibandingkan dengan ukuran mungilnya, dia bahkan
tidak mendapatkan kesuksesan bahkan sedikitpun tak menunjukkan pergeseran.
Dia membuat upaya gagal untuk beberapa menit lagi.
Akhirnya dengan nada kesal dan frustrasi
ia berkata dengan nada keras.."Jalal, cukup sekarang, biarkan aku
bangun."
Jalal menjawab dengan nada
dingin.."Hmmm. Aku bisa membiarkanmu pergi tetapi sebelum
itu kau harus mengakui bahwa kau adalah Junglee Billi-ku. Aku menang
dan kau kalah.”
Jodha menjawab dengan nada
yang tak kalah kesalnya..”Jalal jangan mencoba menantangku lagi, kau akan
kalah.”
Jalal menyeringai lagi dan
berkata.."Hmm, Hamari Begum sepertinya tampak takut akan kalah.”
Dengan nada lucu Jodha
menjawab..”Apa yang akan aku dapatkan seandainya aku menang?.”
Jalal menjawab nakal.. "Apa
pun yang kau inginkan sayang. Tapi jika aku yang menang kita
akan melakukannya lagi, sekarang dan kau harus mengakui bahwa
kau adalah Junglee billi-ku."
Jodha kaget, menjawab.."Apa!!
Sekali lagi? Jalal apakah kau gila. Aku bahkan tidak bisa
bergerak dan pikiran tak tahu malu kotormu itu apa tidak bisa
memikirkan hal lain?.”
Jalal tertawa
terbahak-bahak mendengar pengakuan lugu khas Jodhanya ini. dengan senyum
puas Jalal berkata. "Oh.. kau bahkan tidak bisa
bergerak sekarang?. Ia bangga tersenyum.."Jadi sekarang aku
seorang yang berfikiran kotor dan tak tahu malu. Hanya beberapa
menit yang lalu kau bilang aku menggoda
dan menarik. Tapi kau tahu apa, sebenarnya kau bahkan lebih liar
ditempat tidur daripada aku. Keputusasaanmu membuatku
liar, dan sekarang coba lihat, kau memanggilku kotor?."
Jodha merasa terganggu dengan ucapan
jalal, maka dengan nada mengancam ia berkata.."Jalal, aku akan membunuhmu
jika kau menggodaku seperti ini. Aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk
menyentuhku lagi, dan ini peringatan dariku. Humme Janne Dijiye naa."
JA: “Ya Khudaa.. aku sangat takut
padamu. Aku akan membiarkanmu pergi tapi kalau aku menang maka kau harus
mengakui kau Junglee billi-ku.” Jalal masih teguh dengan pendirianya..**dasar kepala batu hehehe**
Jodha menyadari bahwa Jalal
tidak berniat membiarkanya pergi dengan mudah. Jadi dia
memutuskan untuk memenangkan tantangan ini dengan cara apapun. Segera
pikiran cerdasnya punya rencana. Ia menggoda berbisik
ditelinganya.."Ohhh..JALAAL. Kamu sangat menawan, aku sangat
mencintaimu." Lalu sensual dia menggigiti dilehernya.
Jalal segera menjadi sadar
akan permainan sihirnya. Namun dia ingin Jodha melanjutkan
dengan rencana permainan romantis ini. perlahan ia
melonggarkan cengkeramannya sedikit sehingga Jodha bisa
melanjutkan lebih jauh lagi dengan mudah. Jalal menjawab dengan nada
suara yang lebih menggoda.."JODHAAA aku juga mencintaimu, kau
membuatku gila lagi.”
Jodha merasa bangga
dengan otak pintarnya. Ia bertahan lebih jauh dengan
sedikit kemarahan dan sengaja menggigit pada daun
telinga lebih kasar. Jalal mendesis
keluar keras..'Junglee billi ..' Jalal dengan
sengaja mendapatkan dirinya terjebak dalam sihirnya,
meskipun sentuhan sensualnya membuatnya gila.
Jalal
menarik dirinya sedikit kearah wajahnya dan cepat berpindah di
atasnya. Ditekanya
dengan berat kecil dan menggoda mencium di
pipinya. Kemudian bergerak turun di lehernya, dia mengisi lehernya dengan jejak ciuman
dan gigitan lembut... Desisnya sedikit
dan mengerang quietly- "JODHAAA ... Jangan
salahkan aku, kau membangkitkan keinginanku. Aku tak akan melepaskanmu
Junglee billi-ku.." (asli jengah traslate
bagian ini, tapi demi kalian deh tak akan kusensor, puas? Hahaha)
Jodha menyeringai melihat rencananya bekerja. Cengkeramannya semakin lembut
dan lebih lembut. Dia mencium bibirnya dengan
lembut tapi dominan. Akhirnya jalal menyerah, ia tidak bisa
menahan rayuanya lagi. Dia menjawab liar untuk
menciumnya. Dia pindah tangannya
dari punggung ke rambutnya menyambar kedua
sisi kepalanya dan mulai menciumnya dibibir dengan liar. Keduanya tersesat
di ciuman intens mereka. Untuk sejenak mereka berdua lupa dengan
pertandingan cerdas mereka untuk sementara
waktu. Sesi berciuman romantis mereka dilanjutkan
dengan lebih semangat. (dan aku makin
gumoh nulisnya, ck ck ck). Jalal begitu banyak tergoda
oleh rencana
permainan romantis rumit dan hilang di
mulut ciuman penuh gairah mereka, dan dengan tidak sadar ia lebih melonggarkan cengkeramannya.
Jodha merasa cengkeramannya jauh lebih
lembut dan menyadari bahwa ia benar-benar hilang dalam
gairah. Dia menyeringai dan memecahkan ciuman.
Kemudian dengan usaha yang
kuat ia mencoba untuk keluar dari cengkeramannya,
tapi ia gagal untuk menyadari bahwa kakinya masih
dibawah kaki Jalal. Jadi sekali lagi, dia tidak bisa melepaskan diri.
Jalal menyeringai padanya dengan
tatapan menggoda ia berkata. "Oh Jodha ciuman ini semanis
dirimu, lezat." Dia lagi terjebak
dalam cengkeraman kuat posesifnya. Jodha menyipitkan matanya
pada Jalal. Melihat Jodha kesal, mata menawan Jalal menari dengan humor.
JA: "Jodha, kau bisa
menyerah tapi kemudian jangan lupa aku
akan menang dan sesuai taruhan aku tak akan melepaskanmu.”
Jalal menikmati permainan cinta ini ke inti.
Tiba-tiba pikiran cerdas
Jodha memiliki ide lain, wajah frustrasinya mulai bersinar dengan
senyum lucu. Dalam nada yang sangat menyenangkan dia
menjawab.."Shahenshah sayang, ingatlah bahwa rajvanshi Begummu ini tidak
pernah menyerah dan disini aku punya senjata nomer
satu.." Lalu ia mulai menggelitik Jalal. Dalam
sepersekian detik Jalal membebaskannya dari cengkeramannya.
Mengetahui itu Jodha cepat-cepat bangun dari tempat
tidur dengan tawa dan memenangkan kebanggaan di wajahnya.
Sebelum Jodha pergi lebih jauh jalal dengan cepat dan menariknya kearahnya dan
mendorongnya lagi ke dinding.
Jodha dengan nada
rendah.."hume jane dijiye” ...(Tolong, biarkan aku
pergi ....)" Dan melihat ke bawah. Jodha tak
bisa mengangkat matanya, ia merasa sangat malu. Jalal membelai
wajahnya dengan cinta dan mengangkat
dagu dengan jarinya dan memintanya dalam nada menggoda, ia
berbisik.."Jodha, kau baik-baik saja? Apakah kau
masih takut?.”
Pertanyaan
ini membuat Jodha merasa sangat malu. hidungnya berubah
sepenuhnya merah. Ia menjawab dengan nada yang sangat rendah.. "tolong
biarkan aku pergi. Jangan membuatku lebih malu lagi."
Jalal dengan nada menggoda berkata.." Apakah kau
tahu aku telah memberikan nama yang sesuai..”Junglee Billi”.
Jodha menyipitkan matanya dan grouchily menatapnya dengan tanda
tanya dimatanya?
Jalal menyeringai melihat wajah rewelnya kemudian iamembuka tangan lebar-lebar
dan dengan nada mengejek menjawab.. ”Lihatlah semua
tanda ini. ini adalah simbol cintamu.”
Jodha sempat
kaget melihat semua gigitan dan tanda goresan
di leher, dada dan bahu. Tapi setelah
melihat wajah nakal dan menandai wajahnya berubah merah
muda dan memerah. Jodha mendorongnya sedikit
dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya dan berlari
keluar dari pondok. Jalal mengawasinya melarikan diri
dengan seringai di wajahnya.
Dia
segera mengenakan kurta dan berjalan keluar dari
pondok tenang menuju Jodha.
Itu sore yang
menyenangkan dan cukup berangin. Tiba-tiba ia merasa
seperti hidup kembali dalam segala sesuatu di
sekitarnya. Hanya beberapa jam yang lalu ia merasa
benar-benar berlawanan dan sekarang semuanya telah berubah. Telinganya mulai
berdering dengan suara merdu dari kicauan
burung. Merasakan air yang mengalir mengisi dia
dengan keaktifan besar. Dia merasakan ketenangan dan
kedamaian di sekelilingnya.
Mata yang
tajam cerah dengan warna-warni kupu-kupu yang merupakan
tambahan
keindahan disekitarnya. Semua tanaman yang
menari melihat wajah malu-malu Jodha. Sinar matahari sedang
mandi kehangatan cinta di udara musim dingin yang
sejuk. Jodha benar-benar hilang
dalam menonton kolam yang indah dan pasangan angsa di kolam.
Jalal perlahan mencapai dekat dan melingkarkan
tangannya di pinggang telanjang Jodha dan
mengistirahatkan wajahnya di bahunya. Jalal bergabung
dengannya diam-diam tanpa mengucapkan sepatah kata dalam
menonton sepasang angsa yang saling mencintai. Lalu
perlahan-lahan dia berbisik di telinga Jodha.."kau telah
menangkapku dalam mantramu, aku tidak bisa tinggal terpisah darimu
bahkan untuk kedua. Apakah kau tahu bahwa aku
mencintaimu lebih dari hidupku?.”
Jodha berbalik ke
arahnya dan romantis menatap matanya dan kemudian
menjawab dengan nada menantang....."Apakah kau tahu bahwa aku
mencintaimu lebih daripada kau mencintaiku!!!.”
Jalal langsung menjawab "Itu tidak
mungkin ... Aku mencintaimu lebih dari kau
mencintaiku. Cintaku tidak memiliki batas, Ini abadi ... Tidak
ada yang bisa mengalahkanku dalam mencintaimu, bahkan kaupun tak akan
bisa. Tidak ada yang bisa mencintai seseorang lebih dari aku
mencintaimu." **Gomballlllllllllll**
Jodha menyipitkan matanya,
hidungnya terangkat dan dia sudah memasang wajah penuh argumen.. "Tidak
mungkin, aku mencintaimu lebih dari kau
mencintaiku ..." keduanya saling berdebat untuk beberapa waktu
bahkan hampir bertengkar.
Lalu Jodha dengan nada putus asa
mengatakan.. “Baiklah buktikan bahwa kau lebih mencintaiku daripada aku
mencintaimu.”
Jalal menyeringai melihat wajah rewelnya
dan dengan tenang ia menjawab.. "hmmm.. Jadi Junglee billi, kau
sekarang menantangku?.”
Jodha
dengan bangga menjawab.. "Shahenshah, apakah kau sadar bahwa
sejauh ini kau telah kalah dalam setiap tantangan.” Jalal
hanya menatapnya diam-diam melihat
kegembiraanya, kemudian Jodha
melanjutkan perkataanya dengan nada bersemangat.."kau telah kalah dalam
permainan catur, berkuda, dan hari ini kau kalah juga dalam permainan
menggelitik.”
Jalal dengan memasang wajah
pura-pura marah bertanya pada Jodha.. ”Jadi, kau berfikir bahwa kau lebih baik
daripada Shahenshah E Hindustan?.”
Jodha menjawab
dengan nada menantang.. "Lalu mengapa kau tak membuktikan
saja bahwa kau lebih mencintaiku daripada aku mencintaimu.”
Mata tajam Jalal berubah gelap
dengan tatapan humor, maka ia dengan nakal menjawab.. "Mari
kita bertaruh siapa pun mencium yang lain lagi itulah yang
paling mencintai.”
Jodha menatapnya dengan
kening berkerut dan dan berkata.. "Apa kau tidak bisa memikirkan hal
lain..haaa?.” ia mengatakanya dengan nada sebal, sekali lagi Jalal menunjukkan
keahlianya untuk mengambil kesempatan dalam setiap peluang yang ada didepan
matanya.
Jalal menyeringai melihat wajahnya cemberut.
Ia lalu memeluknya lagi dari belakang dan
berkata dalam nada rendah di telinganya.."Jadi ceritakanlah
padaku apa yang kau ingin untuk kulakukan? Jika kau ingin aku bahkan bisa
melompat kedalam air dingin, atau berlari ke gunung untuk membuktikan cintaku.”
Jodha menatapnya
dengan marah dan menjawab.."Aku tak ingin kau membuktikan
apapun.”
Tiba-tiba, Jalal dengan
nada gembira mengatakan... "Aku tahu bagaimana aku bisa membuktikan
cintaku.” Setelah mengatakan itu Jalal langsung menggandeng Jodha kearah
bangku, keduanya duduk. Kemudian Jalal berkata.. “Siapa diantara kita yang bisa
melihat lebih lama tanpa berkedip maka dialah pemenangnya.”
Jodha sinis menjawab...
"Sepertinya seseorang benar-benar menikmati kekalahan, aku
telah memainkan permainan ini dengan Sukanya sejak aku berusia lima tahun dan
aku tak pernah kalah.”
Jalal menjawab
dengan serius tetapi dalam nada
tenang... "Jodha Begum, aku bisa melihatmu tanpa berkedip sampai
selamanya.” (Umblukkkkkkkkkkkkk, opo pengen jereng
tu mata :p)
Intensitas dalam nada
suaranya menyentuh hati Jodha. Ia
tertawa kecil dan menjawab dengan malu-malu... "Aku
siap Shahenshah bila kau juga sudah siap. Mari kita menguji cinta siapa yang
lebih besar, mari kita lihat siapa yang bisa menatap lebih
lama tanpa berkedip."
Akhirnya pertandingan ga
penting inipun dimulai. Keduanya saling menatap dengan
cinta yang besar untuk satu sama lain, ini sudah lebih dari satu
menit. Jodha mulai merasakan air mata dimatanya, matanya rasanya
sudah seperti terbakar namun begitu ia mencoba untuk tidak menyerah. Tapi
akhirnya ia tak kuasa lagi sehingga ia memilih menyerah kalah dalam permainan
ini, ia berkedip. Namun Jalal masih menatapnya
tanpa berkedip, Itu sudah satu menit Jalal masih menatapnya.
Jodha tak percaya Jalal isa melihatnya dengan begitu kuat, ia bahkan tak
bergerak bahkan untuk satu detik. Jodha tampak benar-benar hilang di
mata menawanya, ia sangat tersentuh oleh intensitas cintanya.
Akhirnya Jodha membelai wajah Jalal dan tak lupa meneruskan tanganya untuk
menutup mata jalal kemudian memeluknya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata...
“Shahenshah, kau menang. Kau memang lebih mencintaiku, lebih dari cintaku
padamu.”mereka berdua saling
berpelukan dengan perasaan ilahi,
mereka merasa konten tapi setiap kali mereka memeluk mereka haus lagi.
Jalal melihat beberapa
kuda datang ke arah mereka, sudah waktunya untuk makan siang.
Mereka berdua sangat lapar. Abdul datang ke sana dengan tim
pekerja dan makanan.
Sesampainya Abdul dihadapan mereka
berdua, ia memberikan senyum misterius pada Jodha Begum dan
dengan hormat mengatakan.. ”Addab.”. lalu dengan ekspresi terkejut
dibuat-buat ia berkata... "Ohhh..
Jodha Begum Anda juga di sini bersama Shahenshah."
Dengan seringai di wajahnya.
Jalal menatapnya dengan
sedikit marah dan berkata... "Hmmm, Abdul Jadi kau tahu
bahwa ini adalah tempat dimana aku akan datang ketika aku sangat senang maupun
sedih.. Bohot Khubb, kau sangat cerdas Abdul. Aku tahu kau dengan sangat baik.”
Abdul dengan senyum sumringah
menjawab.. "Shahenshah, untuk melihat senyum di wajah
Anda ini, saya bisa melakukan apa saja. Saya tahu anda
marah tapi anda tak akan pernah bisa marah terlalu lama pada Jodha Begum. Saya
hanya ingin melihat kalian berdua bahagia, dan saya pikir misi saya sukses.”
Dengan senyum mengembang tulus Abdul mengatakanya.
Jalal dengan rasa syukur memberikan pelukan
hangat kepada Abdul dan berkata... "Terima
kasih Abdul, untuk mengirimkan Jodha Begum kesini.
Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini seumur hidupku.”
Dia terdengar sangat emosional dan menyentuh.
Untuk
menyembunyikan emosi yang mendalam ia berkata...
"Abdul, kami berdua sedang kelaparan dan kuharap kau telah
mengatur makanan untuk Jodha Begum juga."
Abdul dengan senyum...
"Ji Shahenshah, tolong beri saya beberapa menit.
Saya akan memanggil Anda berdua setelah meja
dan makanan siap melayani."
Abdul mengejutkan mereka
berdua dengan menu makanan Khas Kerajaan Amer yang sangat
lezat. Jodha dengan riang mengucapkan terima kasih
pada Abdul untuk menyiapkan makanan ini.
Keduanya menikmati
rasa panas, pedas dan lezat makanan khas Amer diudara
terbuka disamping danau yang indah. Ini adalah adalah kencan makan
siang yang tidak direncanakan dan paling indah. Seluruh
makanan Jalal menggodanya tentang
perasaan waktu pertama mereka. Dia terus tersipu sambil
makan.
Sebelum makan
siang Jalal sudah menginstruksikan Abdul untuk
mengatur tempat tidur
diluar,
dibawah pohon sehingga mereka dapat
bersantai dan menikmati sisa sore dalam bayangan alam.
Setelah makan siang mereka berjalan di sekitar danau selama
beberapa menit, mereka berjalan dengan bergandengan tangan dalam nuansa
romantis, tenang dan damai. Tidak perlu bicara, mereka
berdua pergi dekat pohon. Jalal duduk di tempat tidur
mengistirahatkan punggungnya di pohon, sedangkan Jodha tidur di
tempat tidur meletakkan kepalanya di pangkuan Jalal. Semua peristiwa dan momen membuatnya
begitu kewalahan dan tanpa terasa air matanya kkeluar dalam kebahagiaan.
Jodha bermimpi berkali-kali tidur di
pangkuan Jalal dan dia membelai rambutnya. Ia tidak
pernah berpikir Jalal akan menghabiskan waktu berharga denganya
seperti ini dan dia benar-benar akan jatuh cinta
padanya. Setelah semua pasang surut mereka
menjadi satu tapi
masih merasa
seperti mimpi. Jalal menyeka air mata Jodha lalu mencium keningnya,
dan mulai membelai wajahnya. Jodha sangat lelah tetapi pada
saat yang sama ia merasa sangat bersemangat, bahagia dan ceria. Ia
ingin menikmati
saat ini, perasaan bersama-sama membuat dia
gelisah, khawatir dan tidak aman. Ia tak ingin menyia-nyiakanya
dengan tidur. Jodha ingin berbicara dengannya, ia ingin melihat cinta untuknya di
mata indah suaminya. Ia ingin merasakanya, ia ingin mengabadikan
momen ini selamanya. Jodha mengambil tangan Jalal dan
menggenggamnya dengan erat, ia ingin memilikinya selamanya.
Jodha sengaja bergumam dengan
mata terpejam... "Jalal, aku tidak bisa tinggal terpisah darimu
lagi." Ia tidak menyadari apa yang dia pikirkan keluar dari
mulutnya begitu polos,
tapi Jalal menyadari itu rasa tidak amanya. Sementara
membelainya dia menjawab.. "Jodha aku hanya milikmu, hatiku hanya
milikmu seorang sayang.”
Jodha
membuka matanya dan menatapnya dengan cinta yang
intens dan berkata... "Berjanjilah
kau akan selalu mencintaiku seperti ini. Shahenshah,
aku tak bisa melihat lagi kebencian dimatamu untukku, kebencianmu akan
membunuhku. Aku merasa waktu yang indah ini akan terlepas seperti pasir
ditanganku dan aku akan ditinggalkan dengan tangan kosong lagi.”
Jalal menatapnya dengan cinta
yang mendalam dan tersenyum padanya... "Jodha, apakah kau ingat
bahwa kau telah mengatakan padaku beberapa waktu lalu. Setelah kau mencintai
seseorang dari hati, jiwa mereka akan bersama-sama selama
tujuh nyawa tetapi aku telah memberikan jiwaku padamu dalam
keabadian. Jiwaku akan selalu tinggal bersamamu. tidak ada yang bisa
memisahkan kita lagi. Tidak peduli kehidupan seperti apa yang akan
kita jalani kau akan selalu tinggal di hatiku selamanya."
JO: "Aku tidak
tahu kenapa, tapi aku merasa kau belum terbuka padaku, aku
kadang-kadang merasa seperti kau memegang sesuatu di dalam
kegelisahan." Kata Jodha dengan nada mengeluh.
JA: "Jodha, aku
sangat berbeda darimu. Aku tak ingin memperlihatkan emosiku kepada
siapapun. Satu hal yang dapat kukatakan adalah aku mempunyai api dalam diriku
dan aku tak ingin kau terbakar didalamnya. Apa yang ingin kuberikan padamu adalah
kedamaian dan cinta. Jodha aku selalu ingin melihatmu terus tersenyum.” Kata
Jalal.
JO: "Tapi aku ingin
kau untuk berbagi rasa sakitmu denganku.
Aku akan menunggu hari ketika kau berhenti menimbang setiap
kata sebelum kau mengucapkanya. Jalal ketika kau melihat AmmiJaan
aku merasakan rasa sakit di matamu. Kau, Ketika kau berbicara dengan
AmmiJaan kau selalu menyaring kata-katamu. Apa yang kau sembunyikan yang
bisa membunuhmu dari dalam?.”
Jalal memejamkan mata untuk
menyembunyikan rasa sakitnya, setelah beberapa detik ia
membuka matanya dengan emosi tanpa
ekspresi dan menjawab dengan nada serius.. "Jodha, aku
memperingatkanmu untuk tak menyeberangi batasanmu. Kapan waktu yang
tepat datang, aku akan memberitahumu segala sesuatu tetapi jangan
pernah memaksaku atau berdebat denganku.”
Jodha menyadari ia telah
salah bertanya, hatinya terluka karena merasa Jalal masih belum mempercayainya.
Setelah jeda yang panjang dalam keheningan, untuk mengubah
suasana hati Jalal, Jodha mengatakan... "Shahenshah, tak apa-apa jika
engkau masih belum mau membagi rahasiamu. Tapi aku ingin memberitahumu sesuatu
jika kau tertarik, aku tidak pernah mengatakan inii kepada siapa
pun, bahkan Lilavati."
Jalal menatapnya dengan rasa
ingin tahu ...
JO: "Apakah kau
ingat ketika kita bertemu pertama kali dan kau mengikutiku
sampai tepi sungai, pada saat itu sebenarnya aku telah jatuh cinta
denganmu. Setelah kau pergi, aku bahkan tak bisa memikirkan apapun selain
dirimu. Ketika aku kembali ke istana, aku baru tahu pertunanganku dengan
Suryaban Singh telah ditetapkan. Dan aku langsung berharap bahwa kau adalah
Suryaban. Aku telah terpesona olehmu dalam perjumpaan pertama kita, bahkan
saat berdoa di kuil setelah Gangaur pooja, aku berdoa
kepada Maa Parvati untukmu dan ketika aku keluar dari kuil, aku
melihatmu pertama dan itu adalah cerita
yang Maa Parvati memberikan petunjuk tentang masa
depanmu pada hari Gangaur Pooja." (Yakkkkk
akhirnya ada yang ngaku juga :p )
Jalal menyadari Jodha berusaha menghiburnya.
Ia tersenyum atas pengakuan tidak bersalah dan
dengan menggoda Jalal menjawab... "Oh. Hmm Aku tahu itu.
Bagaimana kau bisa tidak jatuh cinta padaku? Lihatlah, aku begitu
tampan, cerdas, berani dan menawan." maka dengan
bangga ia menambahkan... “Jadi, kau berkata bahwa aku adalah berkah Dewi
Parwati untukmu.”
Jodha menatapnya dengan ekspresi aaawww !!! Lalu dengan nada menjengkelkan dia
menjawab... "Berhenti membual tentang diri sendiri. Aku tidak
berpikir bahwa orang akan pergi tergila-gila padamu begitu saja.
Itu hanya nasibku dan mungkin kau melakukan
beberapa mantra padaku. Jika tidak, kau tidak punya kesempatan
untuk mendapatkanku. Kau mungkin tidak tahu, berapa
banyak raja sedang sekarat untuk bisa menikah denganku?.” (ohoo mbak kau memberi minyak pada api, siap-siap
terbakar)
Pernyataan Jodha melukai
egonya. Jalal ingat Surya dan dengan nada sinis menjawab..
"Aku tahu satu raja pasti, yang telah kusaksikan sendiri.”
Jodha menatapnya dengan tatapan bingung. Jalal melanjutkan
perkataanya dengan penuh kebencian.. "aku tahu, teman terbaikmu Surya
sangat mencintaimu. Aku mendengarnya saat dia mengaku padamu. Kau tidak tahu
bagaimana gilanya aku pada hari itu, Kau menyeberangi
semua batasanmu ketika kau mengatakan kepadanya untuk
menempatkan jilbab bunga di rambutmu. Beraninya kau memungkinkan
dia untuk menyentuhmu!!." Jalal terdengar lebih geram daripada
yang dimaksud.
Jodha bangkit
dari pangkuannya dengan cepat... "Oh..
Jadi kau cemburu, lalu bagaimana dengan Kanika? Kau
menjengkelkanku juga pada hari itu..”Oh! Sayang ... Kanika kau
dapat menempatkan lep di dadaku”... dan kau melepas kurtamu
didepan mataku dan dia diperbolehkan untuk menempatkan lep di
dadamu yang ada karena kau adalah
Shahenshah.”
kemudian dengan marah Jodha menambahkan.. "Kau bisa
melakukan apa saja. Kau bisa memiliki lima ratus Begum. Kau bisa tidur dengan
siapapun yang kau inginkan. Dan aku hanya memberitahu temanku untuk
menempatkan bunga di rambutku, tapi itu adalah
kejahatan besar. Bagaimana piciknya pikiranmu? dan oh sekarang
aku tahu, kau
mengawasi kami, ingin mengetahui apa
yang kami lakukan? Kau berpikir bahwa aku memiliki ... Bagaimana
menjijikkan pikiranmu." Jodha bangkit dari
sana menangis dan
menghentak kakinya berjalan
pergi ke arah danau.
Jalal berlari di belakangnya.
Ia menyadari mereka berdua pergi terlalu jauh dalam argumen dan
rasa cemburu. Ia memanggilnya.. "Tunggu Jodha.”
Jodha dengan marah berkata..
“Aku tak ingin berbicara denganmu, tinggalkan aku sendiri.”
Jalal pergi mendekat padanya,
Jodha memalingkan wajahnya. Jalal dengan nada serius...
"Jodha, jangan keras kepala dengarkan aku dulu.”
Jodha dengan berlinang air
mata... "tinggalkan aku sendiri aku tidak ingin
mendengarkan
apa-apa.”
Jalal menyerah setelah
melihat istri tercintanya menangis.
Dengan nada bersalah katanya.. "Jodha, aku minta
maaf. Aku setuju, aku seharusnya tidak membiarkan Kanika
datang dekat denganku tapi aku sangat marah. Aku ingin membuatmu cemburu
jadi aku melangkah agak jauh. Dan aku tak mengawasi kalian berdua. Jika aku
memiliki keraguan tentang Surya dan
engkau, maka aku akan
membunuh Surya selama pertarungan pedang. Aku tahu
kau mencoba membuatku cemburu tapi aku tidak bisa
mentolerir bahwa orang lain mencintaimu. kasih-Nya yang
ditujukan untukmu memberiku sengatan besar dan ya aku sangat cemburu
pada Surya."Lalu Jalal menangkup wajahnya dengan
cinta dan berkata.. "Apakah kau tahu mengapa aku sangat
mencintaimu?. Itu karena kemurnianmu, kebenaranmu." Lalu
ia menyeka air mata Jodha dengan cinta dan berkata..
"Jodha aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Dan kau hanya milikku.”
Setelah mengatakan itu perlahan-lahan Jalal mulai mencium keningnya, kedua
matanya, kedua pipinya, dan akhirnya menyentuh bibir lembutnya.
Jodha menciumnya kembali dan mereka berdua saling
berpelukan dengan perasaan posesif satu sama lain.
Jodha dengan nada bersalah meminta
maaf, ia berkata.. “Shahenshah, maafkan aku. Aku tak tahu kenapa aku begitu
marah. Itu adalah kesalahanku juga, seharusnya aku tak membiarkan
Surya datang lebih dekat denganku. Dan tolong percayalah, aku tidak
tahu bahwa dia jatuh cinta padaku. kalau tidak aku akan tidak
pernah bertemu dengannya
sendirian. Aku tidak pernah
berpikir hal lain selain persahabatan kami. Dia selalu sebagai teman
untukku.. tidak lebih.”
Jalal untuk
mengubah suasana hatinya menggoda mengatakan.. “Jadi Begum
Rajputku tahu bagaimana cara berteriak pada Shahenshah!!.”hmmm ...
Jodha menyeringai dan
menjawab" Shanenshah, aku adalah orang yang sangat cepat dalam hal
belajar.” Jalal tersenyum lebar dan berkata..”Aku setuju Begumku
sayang.” Dan sekali lagi mereka tenggelam dalam buaian madu asmara. ....Bersambung ke Chapter 22