Jodha menyipitkan matanya,
hidungnya terangkat dan dia sudah memasang wajah penuh argumen.. "Tidak
mungkin, aku mencintaimu lebih dari kau
mencintaiku ..." keduanya saling berdebat untuk beberapa waktu
bahkan hampir bertengkar.
Lalu Jodha dengan nada putus asa
mengatakan.. “Baiklah buktikan bahwa kau lebih mencintaiku daripada aku
mencintaimu.”
Jalal menyeringai melihat wajah rewelnya
dan dengan tenang ia menjawab.. "hmmm.. Jadi Junglee billi, kau
sekarang menantangku?.”
Jodha
dengan bangga menjawab.. "Shahenshah, apakah kau sadar bahwa
sejauh ini kau telah kalah dalam setiap tantangan.” Jalal
hanya menatapnya diam-diam melihat
kegembiraanya, kemudian Jodha
melanjutkan perkataanya dengan nada bersemangat.."kau telah kalah dalam
permainan catur, berkuda, dan hari ini kau kalah juga dalam permainan
menggelitik.”
Jalal dengan memasang wajah
pura-pura marah bertanya pada Jodha.. ”Jadi, kau berfikir bahwa kau lebih baik
daripada Shahenshah E Hindustan?.”
Jodha menjawab
dengan nada menantang.. "Lalu mengapa kau tak membuktikan
saja bahwa kau lebih mencintaiku daripada aku mencintaimu.”
Mata tajam Jalal berubah gelap
dengan tatapan humor, maka ia dengan nakal menjawab.. "Mari
kita bertaruh siapa pun mencium yang lain lagi itulah yang
paling mencintai.”
Jodha menatapnya dengan
kening berkerut dan dan berkata.. "Apa kau tidak bisa memikirkan hal
lain..haaa?.” ia mengatakanya dengan nada sebal, sekali lagi Jalal menunjukkan
keahlianya untuk mengambil kesempatan dalam setiap peluang yang ada didepan
matanya.
Jalal menyeringai melihat wajahnya cemberut.
Ia lalu memeluknya lagi dari belakang dan
berkata dalam nada rendah di telinganya.."Jadi ceritakanlah
padaku apa yang kau ingin untuk kulakukan? Jika kau ingin aku bahkan bisa
melompat kedalam air dingin, atau berlari ke gunung untuk membuktikan cintaku.”
Jodha menatapnya
dengan marah dan menjawab.."Aku tak ingin kau membuktikan
apapun.”
Tiba-tiba, Jalal dengan
nada gembira mengatakan... "Aku tahu bagaimana aku bisa membuktikan
cintaku.” Setelah mengatakan itu Jalal langsung menggandeng Jodha kearah
bangku, keduanya duduk. Kemudian Jalal berkata.. “Siapa diantara kita yang bisa
melihat lebih lama tanpa berkedip maka dialah pemenangnya.”
Jodha sinis menjawab...
"Sepertinya seseorang benar-benar menikmati kekalahan, aku
telah memainkan permainan ini dengan Sukanya sejak aku berusia lima tahun dan
aku tak pernah kalah.”
Jalal menjawab
dengan serius tetapi dalam nada
tenang... "Jodha Begum, aku bisa melihatmu tanpa berkedip sampai
selamanya.” (Umblukkkkkkkkkkkkk, opo pengen jereng
tu mata :p)
Intensitas dalam nada
suaranya menyentuh hati Jodha. Ia
tertawa kecil dan menjawab dengan malu-malu... "Aku
siap Shahenshah bila kau juga sudah siap. Mari kita menguji cinta siapa yang
lebih besar, mari kita lihat siapa yang bisa menatap lebih
lama tanpa berkedip."
Akhirnya pertandingan ga
penting inipun dimulai. Keduanya saling menatap dengan
cinta yang besar untuk satu sama lain, ini sudah lebih dari satu
menit. Jodha mulai merasakan air mata dimatanya, matanya rasanya
sudah seperti terbakar namun begitu ia mencoba untuk tidak menyerah. Tapi
akhirnya ia tak kuasa lagi sehingga ia memilih menyerah kalah dalam permainan
ini, ia berkedip. Namun Jalal masih menatapnya
tanpa berkedip, Itu sudah satu menit Jalal masih menatapnya.
Jodha tak percaya Jalal isa melihatnya dengan begitu kuat, ia bahkan tak
bergerak bahkan untuk satu detik. Jodha tampak benar-benar hilang di
mata menawanya, ia sangat tersentuh oleh intensitas cintanya.
Akhirnya Jodha membelai wajah Jalal dan tak lupa meneruskan tanganya untuk
menutup mata jalal kemudian memeluknya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata...
“Shahenshah, kau menang. Kau memang lebih mencintaiku, lebih dari cintaku
padamu.”mereka berdua saling
berpelukan dengan perasaan ilahi,
mereka merasa konten tapi setiap kali mereka memeluk mereka haus lagi.
Jalal melihat beberapa
kuda datang ke arah mereka, sudah waktunya untuk makan siang.
Mereka berdua sangat lapar. Abdul datang ke sana dengan tim
pekerja dan makanan.
Sesampainya Abdul dihadapan mereka
berdua, ia memberikan senyum misterius pada Jodha Begum dan
dengan hormat mengatakan.. ”Addab.”. lalu dengan ekspresi terkejut
dibuat-buat ia berkata... "Ohhh..
Jodha Begum Anda juga di sini bersama Shahenshah."
Dengan seringai di wajahnya.
Jalal menatapnya dengan
sedikit marah dan berkata... "Hmmm, Abdul Jadi kau tahu
bahwa ini adalah tempat dimana aku akan datang ketika aku sangat senang maupun
sedih.. Bohot Khubb, kau sangat cerdas Abdul. Aku tahu kau dengan sangat baik.”
Abdul dengan senyum sumringah
menjawab.. "Shahenshah, untuk melihat senyum di wajah
Anda ini, saya bisa melakukan apa saja. Saya tahu anda
marah tapi anda tak akan pernah bisa marah terlalu lama pada Jodha Begum. Saya
hanya ingin melihat kalian berdua bahagia, dan saya pikir misi saya sukses.”
Dengan senyum mengembang tulus Abdul mengatakanya.
Jalal dengan rasa syukur memberikan pelukan
hangat kepada Abdul dan berkata... "Terima
kasih Abdul, untuk mengirimkan Jodha Begum kesini.
Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini seumur hidupku.”
Dia terdengar sangat emosional dan menyentuh.
Untuk
menyembunyikan emosi yang mendalam ia berkata...
"Abdul, kami berdua sedang kelaparan dan kuharap kau telah
mengatur makanan untuk Jodha Begum juga."
Abdul dengan senyum...
"Ji Shahenshah, tolong beri saya beberapa menit.
Saya akan memanggil Anda berdua setelah meja
dan makanan siap melayani."
Abdul mengejutkan mereka
berdua dengan menu makanan Khas Kerajaan Amer yang sangat
lezat. Jodha dengan riang mengucapkan terima kasih
pada Abdul untuk menyiapkan makanan ini.
Keduanya menikmati
rasa panas, pedas dan lezat makanan khas Amer diudara
terbuka disamping danau yang indah. Ini adalah adalah kencan makan
siang yang tidak direncanakan dan paling indah. Seluruh
makanan Jalal menggodanya tentang
perasaan waktu pertama mereka. Dia terus tersipu sambil
makan.
Sebelum makan
siang Jalal sudah menginstruksikan Abdul untuk
mengatur tempat tidur
diluar,
dibawah pohon sehingga mereka dapat
bersantai dan menikmati sisa sore dalam bayangan alam.
Setelah makan siang mereka berjalan di sekitar danau selama
beberapa menit, mereka berjalan dengan bergandengan tangan dalam nuansa
romantis, tenang dan damai. Tidak perlu bicara, mereka
berdua pergi dekat pohon. Jalal duduk di tempat tidur
mengistirahatkan punggungnya di pohon, sedangkan Jodha tidur di
tempat tidur meletakkan kepalanya di pangkuan Jalal. Semua peristiwa dan momen membuatnya
begitu kewalahan dan tanpa terasa air matanya kkeluar dalam kebahagiaan.
Jodha bermimpi berkali-kali tidur di
pangkuan Jalal dan dia membelai rambutnya. Ia tidak
pernah berpikir Jalal akan menghabiskan waktu berharga denganya
seperti ini dan dia benar-benar akan jatuh cinta
padanya. Setelah semua pasang surut mereka
menjadi satu tapi
masih merasa
seperti mimpi. Jalal menyeka air mata Jodha lalu mencium keningnya,
dan mulai membelai wajahnya. Jodha sangat lelah tetapi pada
saat yang sama ia merasa sangat bersemangat, bahagia dan ceria. Ia
ingin menikmati
saat ini, perasaan bersama-sama membuat dia
gelisah, khawatir dan tidak aman. Ia tak ingin menyia-nyiakanya
dengan tidur. Jodha ingin berbicara dengannya, ia ingin melihat cinta untuknya di
mata indah suaminya. Ia ingin merasakanya, ia ingin mengabadikan
momen ini selamanya. Jodha mengambil tangan Jalal dan
menggenggamnya dengan erat, ia ingin memilikinya selamanya.
Jodha sengaja bergumam dengan
mata terpejam... "Jalal, aku tidak bisa tinggal terpisah darimu
lagi." Ia tidak menyadari apa yang dia pikirkan keluar dari
mulutnya begitu polos,
tapi Jalal menyadari itu rasa tidak amanya. Sementara
membelainya dia menjawab.. "Jodha aku hanya milikmu, hatiku hanya
milikmu seorang sayang.”
Jodha
membuka matanya dan menatapnya dengan cinta yang
intens dan berkata... "Berjanjilah
kau akan selalu mencintaiku seperti ini. Shahenshah,
aku tak bisa melihat lagi kebencian dimatamu untukku, kebencianmu akan
membunuhku. Aku merasa waktu yang indah ini akan terlepas seperti pasir
ditanganku dan aku akan ditinggalkan dengan tangan kosong lagi.”
Jalal menatapnya dengan cinta
yang mendalam dan tersenyum padanya... "Jodha, apakah kau ingat
bahwa kau telah mengatakan padaku beberapa waktu lalu. Setelah kau mencintai
seseorang dari hati, jiwa mereka akan bersama-sama selama
tujuh nyawa tetapi aku telah memberikan jiwaku padamu dalam
keabadian. Jiwaku akan selalu tinggal bersamamu. tidak ada yang bisa
memisahkan kita lagi. Tidak peduli kehidupan seperti apa yang akan
kita jalani kau akan selalu tinggal di hatiku selamanya."
JO: "Aku tidak
tahu kenapa, tapi aku merasa kau belum terbuka padaku, aku
kadang-kadang merasa seperti kau memegang sesuatu di dalam
kegelisahan." Kata Jodha dengan nada mengeluh.
JA: "Jodha, aku
sangat berbeda darimu. Aku tak ingin memperlihatkan emosiku kepada
siapapun. Satu hal yang dapat kukatakan adalah aku mempunyai api dalam diriku
dan aku tak ingin kau terbakar didalamnya. Apa yang ingin kuberikan padamu adalah
kedamaian dan cinta. Jodha aku selalu ingin melihatmu terus tersenyum.” Kata
Jalal.
JO: "Tapi aku ingin
kau untuk berbagi rasa sakitmu denganku.
Aku akan menunggu hari ketika kau berhenti menimbang setiap
kata sebelum kau mengucapkanya. Jalal ketika kau melihat AmmiJaan
aku merasakan rasa sakit di matamu. Kau, Ketika kau berbicara dengan
AmmiJaan kau selalu menyaring kata-katamu. Apa yang kau sembunyikan yang
bisa membunuhmu dari dalam?.”
Jalal memejamkan mata untuk
menyembunyikan rasa sakitnya, setelah beberapa detik ia
membuka matanya dengan emosi tanpa
ekspresi dan menjawab dengan nada serius.. "Jodha, aku
memperingatkanmu untuk tak menyeberangi batasanmu. Kapan waktu yang
tepat datang, aku akan memberitahumu segala sesuatu tetapi jangan
pernah memaksaku atau berdebat denganku.”
Jodha menyadari ia telah
salah bertanya, hatinya terluka karena merasa Jalal masih belum mempercayainya.
Setelah jeda yang panjang dalam keheningan, untuk mengubah
suasana hati Jalal, Jodha mengatakan... "Shahenshah, tak apa-apa jika
engkau masih belum mau membagi rahasiamu. Tapi aku ingin memberitahumu sesuatu
jika kau tertarik, aku tidak pernah mengatakan inii kepada siapa
pun, bahkan Lilavati."
Jalal menatapnya dengan rasa
ingin tahu ...
JO: "Apakah kau
ingat ketika kita bertemu pertama kali dan kau mengikutiku
sampai tepi sungai, pada saat itu sebenarnya aku telah jatuh cinta
denganmu. Setelah kau pergi, aku bahkan tak bisa memikirkan apapun selain
dirimu. Ketika aku kembali ke istana, aku baru tahu pertunanganku dengan
Suryaban Singh telah ditetapkan. Dan aku langsung berharap bahwa kau adalah
Suryaban. Aku telah terpesona olehmu dalam perjumpaan pertama kita, bahkan
saat berdoa di kuil setelah Gangaur pooja, aku berdoa
kepada Maa Parvati untukmu dan ketika aku keluar dari kuil, aku
melihatmu pertama dan itu adalah cerita
yang Maa Parvati memberikan petunjuk tentang masa
depanmu pada hari Gangaur Pooja." (Yakkkkk
akhirnya ada yang ngaku juga :p )
Jalal menyadari Jodha berusaha menghiburnya.
Ia tersenyum atas pengakuan tidak bersalah dan
dengan menggoda Jalal menjawab... "Oh. Hmm Aku tahu itu.
Bagaimana kau bisa tidak jatuh cinta padaku? Lihatlah, aku begitu
tampan, cerdas, berani dan menawan." maka dengan
bangga ia menambahkan... “Jadi, kau berkata bahwa aku adalah berkah Dewi
Parwati untukmu.”
Jodha menatapnya dengan ekspresi aaawww !!! Lalu dengan nada menjengkelkan dia
menjawab... "Berhenti membual tentang diri sendiri. Aku tidak
berpikir bahwa orang akan pergi tergila-gila padamu begitu saja.
Itu hanya nasibku dan mungkin kau melakukan
beberapa mantra padaku. Jika tidak, kau tidak punya kesempatan
untuk mendapatkanku. Kau mungkin tidak tahu, berapa
banyak raja sedang sekarat untuk bisa menikah denganku?.” (ohoo mbak kau memberi minyak pada api, siap-siap
terbakar)
Pernyataan Jodha melukai
egonya. Jalal ingat Surya dan dengan nada sinis menjawab..
"Aku tahu satu raja pasti, yang telah kusaksikan sendiri.”
Jodha menatapnya dengan tatapan bingung. Jalal melanjutkan
perkataanya dengan penuh kebencian.. "aku tahu, teman terbaikmu Surya
sangat mencintaimu. Aku mendengarnya saat dia mengaku padamu. Kau tidak tahu
bagaimana gilanya aku pada hari itu, Kau menyeberangi
semua batasanmu ketika kau mengatakan kepadanya untuk
menempatkan jilbab bunga di rambutmu. Beraninya kau memungkinkan
dia untuk menyentuhmu!!." Jalal terdengar lebih geram daripada
yang dimaksud.
Jodha bangkit
dari pangkuannya dengan cepat... "Oh..
Jadi kau cemburu, lalu bagaimana dengan Kanika? Kau
menjengkelkanku juga pada hari itu..”Oh! Sayang ... Kanika kau
dapat menempatkan lep di dadaku”... dan kau melepas kurtamu
didepan mataku dan dia diperbolehkan untuk menempatkan lep di
dadamu yang ada karena kau adalah
Shahenshah.”
kemudian dengan marah Jodha menambahkan.. "Kau bisa
melakukan apa saja. Kau bisa memiliki lima ratus Begum. Kau bisa tidur dengan
siapapun yang kau inginkan. Dan aku hanya memberitahu temanku untuk
menempatkan bunga di rambutku, tapi itu adalah
kejahatan besar. Bagaimana piciknya pikiranmu? dan oh sekarang
aku tahu, kau
mengawasi kami, ingin mengetahui apa
yang kami lakukan? Kau berpikir bahwa aku memiliki ... Bagaimana
menjijikkan pikiranmu." Jodha bangkit dari
sana menangis dan
menghentak kakinya berjalan
pergi ke arah danau.
Jalal berlari di belakangnya.
Ia menyadari mereka berdua pergi terlalu jauh dalam argumen dan
rasa cemburu. Ia memanggilnya.. "Tunggu Jodha.”
Jodha dengan marah berkata..
“Aku tak ingin berbicara denganmu, tinggalkan aku sendiri.”
Jalal pergi mendekat padanya,
Jodha memalingkan wajahnya. Jalal dengan nada serius...
"Jodha, jangan keras kepala dengarkan aku dulu.”
Jodha dengan berlinang air
mata... "tinggalkan aku sendiri aku tidak ingin
mendengarkan
apa-apa.”
Jalal menyerah setelah
melihat istri tercintanya menangis.
Dengan nada bersalah katanya.. "Jodha, aku minta
maaf. Aku setuju, aku seharusnya tidak membiarkan Kanika
datang dekat denganku tapi aku sangat marah. Aku ingin membuatmu cemburu
jadi aku melangkah agak jauh. Dan aku tak mengawasi kalian berdua. Jika aku
memiliki keraguan tentang Surya dan
engkau, maka aku akan
membunuh Surya selama pertarungan pedang. Aku tahu
kau mencoba membuatku cemburu tapi aku tidak bisa
mentolerir bahwa orang lain mencintaimu. kasih-Nya yang
ditujukan untukmu memberiku sengatan besar dan ya aku sangat cemburu
pada Surya."Lalu Jalal menangkup wajahnya dengan
cinta dan berkata.. "Apakah kau tahu mengapa aku sangat
mencintaimu?. Itu karena kemurnianmu, kebenaranmu." Lalu
ia menyeka air mata Jodha dengan cinta dan berkata..
"Jodha aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Dan kau hanya milikku.”
Setelah mengatakan itu perlahan-lahan Jalal mulai mencium keningnya, kedua
matanya, kedua pipinya, dan akhirnya menyentuh bibir lembutnya.
Jodha menciumnya kembali dan mereka berdua saling
berpelukan dengan perasaan posesif satu sama lain.
Jodha dengan nada bersalah meminta
maaf, ia berkata.. “Shahenshah, maafkan aku. Aku tak tahu kenapa aku begitu
marah. Itu adalah kesalahanku juga, seharusnya aku tak membiarkan
Surya datang lebih dekat denganku. Dan tolong percayalah, aku tidak
tahu bahwa dia jatuh cinta padaku. kalau tidak aku akan tidak
pernah bertemu dengannya
sendirian. Aku tidak pernah
berpikir hal lain selain persahabatan kami. Dia selalu sebagai teman
untukku.. tidak lebih.”
Jalal untuk
mengubah suasana hatinya menggoda mengatakan.. “Jadi Begum
Rajputku tahu bagaimana cara berteriak pada Shahenshah!!.”hmmm ...
Jodha menyeringai dan
menjawab" Shanenshah, aku adalah orang yang sangat cepat dalam hal
belajar.” Jalal tersenyum lebar dan berkata..”Aku setuju Begumku
sayang.” Dan sekali lagi mereka tenggelam dalam buaian madu asmara. ....Bersambung ke Chapter 22