NOTE: tulisan warna biru adalah ucapan pikiran/ucapan dalam hati pemain.
Semua orang masih berkumpul di Harem.
Jodha: “Aku tidak ingin menyakitimu Yang Mulia dengan mengajukan pengunduran diriku.”
Jalal:
“Aku menerima pengunduran dirimu.” Jalal berbicara dengan suara yang
sedikit keras, “Aku sudah katakan kepada kalian semua bahwa Ruqaiya
lebih baik dalam mengurus Harem, tidak ada seorang pun yang bisa
mengurus Harem lebih baik daripada Ratu Ruqaiya. Ratu Ruqaiya, aku
putuskan dirimu sebagai Ketua Harem lagi.”
Ruqaiya:
“Aku tidak bisa mengambil tugas ini, setelah beberapa hari ini, aku
tahu bahwa aku kehilangan banyak hal untuk Harem. Ratu Jodha akan
melakukan tugas ini.” Jodha terkejut mendengar ucapan Ruqaiya.
Jalal:
“Ini sangat aneh, kemarin semua orang ingin menjadi ketua Harem, namun
hari ini semuanya berubah. Ratu Ruqaiya, aku mohon padamu agar kau mau
menjadi Ketua Harem lagi.”
Ruqaiya:
“Aku mohon jangan lakukan itu Yang Mulia, aku tidak tahan kau memohon
padaku. Baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu.”
Jalal
mengumumkan: “Harem berada di bawah kekuasaan Ruqaiya sekarang. Aku
tidak akan ikut campur lagi dalam Harem. Semua keputusan Ruqaiya adalah
final.”
Seorang
wanita memberikan Stempel dan semua hal yang berhubungan dengan Harem
kemudian Jalal menyerahkannya ke Ruqaiya. Jalal berdiri dan langsung
meninggalkan Harem. Jodha merasa sedih menatap kepergian Jalal yang tak
menghiraukannya.
Ruqaiya
berjalan kehadapan Maham Anga. Maham mengatakan pada Ruqaiya bahwa
Jodha telah menerima kekalahannya. Ruqaiya menimpali, “Aku telah katakan
kepadamu bahwa aku akan mendapatkan posisi ini lagi dan Jalal dan lihat
hari ini aku telah mendapatkan segalanya.”
Ruqaiya
datang menghampiri Jodha, “Aku pikir kau telah menyerah dari Harem atau
kau menjadi takut. Tapi jangan khawatir aku tidak akan balas dendam
padamu. Dan jika ada masalah, jangan sungkan untuk memberitahuku, aku
memberikan jalan keluarnya padamu.” Ruqaiya berjalan keluar dengan
senyum sombongnya dan sementara Jodha tertegun.
Jodha akan kembali, Salima menghentikan langkahnya. Jodha berbalik dan memaksakan senyumnya.
Salima:
“Aku senang kau menerima saranku dan mengundurkan diri dari Ketua
Harem. Kau berbakat tapi pekerjaan ini bukan untukmu. Kau mempunyai
pekerjaan lain yang harus kau lakukan.”
Jodha:
“Kau benar, hal ini tidak sesuai denganku. Aku tidak ingin berhubungan
dengan urusan politik. Aku masih memiliki hal-hal lain yang harus aku
lakukan. Terima kasih atas saranmu selama ini.”
Salima: “Kalau kau tidak masalah dengan hal ini, mengapa kau tampak tegang?”
Jodha: “Aku hanya tertekan karena Harem dan kini aku telah melepaskan beban itu dari pundakku.” Jodha pun pamit pergi.
Salima menatap kepergian Jodha dan berpikir, “Sepertinya ada beberapa masalah yang mengganggu Jodha dan itu tidak berhubungan dengan Harem.”
Didalam
tenda, Peer Muhammad mengatakan kepada Adham, “Yang Mulia akan senang
mengetahui kau mengalahkan bahadur baaj di malwa.” Ia mengatakan bahwa
kemenangan itu adalah upaya bersama dan meminta Adham untuk memberitahu
Jalal, dan mereka akan melakukan jashn malam ini.
Adham
kesal dab berfikir, “Berani-beraninya dia memerintahku. Apakah ia tidak
mengingat siapa aku sebelum dia naik jabatan.” Ia pun memasang senyum
palsunya dan berterima kasih kepada Peer Muhammad tersebut kemudian
keluar tenda bersama antek-anteknya.
Diluar
Adham benar-benar marah, ia semakin marah karena sekutunya semakin
menambahkan kayu bakar pada api didalam dirinya. Salah seorang sekutunya
berbisik saat melihat Peer Muhammad berjalan kearahnya. Peer Muhammad
itu mengatakan apa masalah Adham. Adham mengatakan bahwa ia akan
mempersiapkan pesta, namun semua itu tidak asyik jika tidak dengan
berburu. Peer Muhammad tersebut awalnya menolak, namun ada pria yang
berkata, “Berburu hanyalah sehari, apakah Anda tidak ingin melakukan itu
bersama Adham?” dan Peer Muhammad itu pun menyetujuinya dan kemudian
pergi dari sana.
Adham menyeringai dan berfikir, “Kita memang akan berburu besok. Tapi aku tidak berburu hewan liar, melainkan memburu nyawamu.”
Malamnya Jalal berada di Angoon Bag mendengarkan gazal namun fikirannya terus tertuju saat Jodha menemui seseorang diam-diam, “Mengapa aku berpikir bahwa dia berbohong. Aku sangat mengenal Jodha, dia tidak mungkin mengkhianatiku.”
Jodha
datang menghampiri Jalal, “Aku ingin berbicara kepadamu.” Jalal
menyuruh para pemain musik dan penyanyi pergi dari sana dan berbicara
dengan Jodha, ia mengatakan bahwa dirinya mulai tenggelam dalam musik
tetapi bagaimanapun, ia meminta semua untuk pergi. Jalal bertanya, “Apa
yang ingin kau berbicara?”
Melihat
Jodha duduk dihadapannya, Jalal berkata, “Aku tidak ingat pernah
menyuruhmu duduk.” Jodha terperanjat dan langsung bangun. Jalal
tersenyum tipis, “Aku hanya bercanda, duduklah.”
Jodha
kembali duduk dan berusaha santai meskipun ketegangan masih terpancar
jelas di wajahnya. “Apakah ada masalah? Aku merasa ada sesuatu yang
salah diantara kita. Kau tidak seperti biasanya. Kau tidak bertanya
padaku mengapa aku mengundurkan diri dari Jabatan Harem. Apakah aku
boleh tahu apa yang mengganggumu?”
Jalal: “Apa pentingnya itu semua. Lagi pula mengapa kau menerima posisi itu di Harem?”
Jodha: “Kau yang memintaku untuk mengambil posisi itu.”
Jalal: “Aku tidak pernah mengatakan hal itu.”
Jodha:
“Kau yang mendorongku untuk mengambil tanggung jawab ini. Aku tahu kau
ingin kedamaian di Harem. Tapi sekarang aku pikir semuanya sudah berada
di tempat yang tepat di Harem.”
Jalal: “Kau mengatakan kebohongan Ratu Jodha. Kau katakan semuanya tepat di Harem.”
Jodha: “Apa...?”
Jalal
langsung beranjak dari duduknya dan meninggalkan Jodha. Jodha langsung
berdiri dan kebingungan dengan sikap Jalal. Jalal kembali menghampiri
Jodha dan berkata dengan nada kecewa, “Kau melepaskan jabatan itu hanya
melakukan apa yang menurutmu benar. Aku berharap kau mengatakan
kebenaran kepadaku. Aku akan mengerti.”
Adham
di hutan, ia bertemu dengan bawahanya yang bersembunyi dibalik jerami.
Ia memerintakan pengawalnya tersebut untuk membunuh Peer Muhammad saat
berburu besok. Ia akan membagi dua rombongan, ia akan bersama Peer
Mohammad sementara ia menyuruh antek-anteknya untuk mengecoh para
prajurit yang bersama Peer Muhammad. Setelah semua jelas, para bawahan
Adham Khan yang berpakaian serba hitam langsung pergi dari sana.
Jalal
sedang berada dikamarnya dan memandang belatinya, ia menggores jarinya.
Jalal berjalan ke dekat jendela kamarnya dan terlihat begitu gelisah,
“Mengapa kau menghukumku Ratu Jodha. Aku pikir aku memiliki pasangan
untuk hidup tapi Ibu benar bahwa seorang raja ditakdirkan untuk hidup
sendirian. Ratu yang ku pikir menjadi sangat dekat, telah menyembunyikan
sesuatu dariku.”
Maham
datang ke kamar Jalal, “Aku tidak akan bertanya padamu apa yang kau
fikirkan. Aku tahu kau berpikir tentang hal ini. Apakah kau sudah
menanyakannya pada Ratu Jodha. Aku yakin bahwa Ratu Jodha adalah wanita
suci, dia tidak bisa melakukan sesuatu yang salah, tetapi sebagai
seorang suami kau harus berbicara dengannya.”
Jalal: “Aku sudah melakukannya.”
Maham: “Apa yang dikatakan?”
Jalal: “Aku meragukan dia sebelumnya tetapi terbukti aku selalu salah setiap kali aku meragukannya.”
Maham: “Jika dia tidak salah lalu mengapa dia menyembunyikan darimu. Aku khawatir bahwa dia berada dalam masalah. Mungkin seseorang mengancam dirinya.”
Jalal: “Mungkin saja dia adalah Sujamal.”
Maham: “Sujamal? Lalu mengapa dia menyembunyikan darimu?”
Jalal: “Mungkin dia pikir aku akan menganggapnya sebagai dosa, aku akan marah padanya jadi dia tidak memberitahuku.”
Maham: “Membantu pengkhianat adalah dosa.” Maham juga mengatakan bahwa orang yang seperti itu harus meninggalkan Agra.
Jalal: “Jodha tidak bisa berbuat salah. Aku sangat mengenalnya.”
Maham:
“Aku tahu itu. Yang harus kau cari tahu adalah orang yang bertemu
dengannya di malam hari, jika kau tidak bertanya padanya kemudian akan
ada keraguan dalam pikiranmu yang akan menjadi keretakan hubunganmu
dengan Ratu Jodha. Sebagai Perdama Menteri aku juga memiliki tanggung
jawab untuk menasihatimu. Keputusan akhir adalah padamu.” Maham
berpikir, “Aku
sudah menciptakan keraguan dalam diri Jalal pada Ratu Jodha. Dan
sebentar lagi Ratu Jodha akan pergi dari kehidupan Jalal selamanya.”
Jalal
datang ke kamar Jodha, dia berpikir bahwa Jodha mungkin ada di kamarnya
malam ini. Moti menghampirinya, “Salam Yang Mulia. Ratu Jodha sedang
tidak ada dikamar. Saat dia kembali, aku akan mengatakan bahwa kau
datang kesini.” Jalal berpikir, “Aku tahu di mana dia.” Kemudian dia mengatakan pada Moti untuk tidak memberitahu Jodha bahwa ia telah datang ke kamarnya.
Jalal keluar dari kamar Jodha dengan gundah gelisah dan berpikir, “Mengapa
dia berbohong kepadaku? Aku sangat mengkhawatirkannya. Dia tidak
percaya padaku. Hari ini juga ia sedang keluar, mungkin dia pergi untuk
bertemu dengan orang itu.” Tiba-tiba Jalal terkejut, ia seperti melihat seseorang.