Written by Samanika
Translate by Chusnianti
Di sisi lain, Jodha berharap Adham tidak melihatnya. Dia telah berusaha sangat keras selama tiga minggu untuk menghindarinya tapi usahanya sia-sia. Jodha terus menolaknya tetapi dia masih tidak akan menyerah. Dia telah mengisap darah seperti nyamuk. Jodha sedang sibuk melakukan pekerjaannya, mempersiapkan strategi baru. Adham keluar dari ruangannya untuk mencoba keberuntungannya sekali lagi. Ketika ia melihat Jodha, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia pikir dia tampak benar-benar menakjubkan dan panas. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya darinya. Dia memanggil namanya. Jodha tidak berbalik karena ia tahu bahwa itu adalah dirinya.
Adham: “Apakah Kau tahu bahwa Kau sedang terlihat menakjubkan hari ini?”
Jodha: “ya Pak, saya sadar.”
Adham: “Kau membuat gairahku meningkat! Kau begitu panas!”
Jodha berbalik untuk berbicara dengannya.
Jodha: “Jadi silakan pergi ke dokter. Anda benar-benar perlu untuk dirawat. Dan saya perlu menyelesaikan pekerjaan saya. Jadi tolong, semakin cepat anda pergi, semakin baik untuk kita berdua.”
Jodha kemudian berbalik dan melanjutkan pekerjaannya. Adham mencoba untuk berbicara dengannya tapi Jodha tak menghiraukannya. Ia kemudian pergi dari sana dan Jodha menghela napas lega.
Jodha: “Terima kasih Tuhan! Leechad itu pergi dari sini! Dia seperti merayap! Ia berkencan dengan Benazir, dan melakukan konspirasi pada Pak Presiden. Dan setelah semua itu, dia masih membelai pipiku! Dia benar-benar leechad!”
Jalal benar-benar terganggu karena penampilan Jodha hari ini. Dia hampir tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan-Nya. Jodha yang memakai saree, membangunkan keinginannya yang tak terkendali untuk menjadi satu dengannya. Dia hanya ingin membawanya pergi dari kantor ini dan bercinta dengannya. Tapi dia hanya bisa melakukannya saat itu. Dan itu membuatnya gila.
Jalal: “Oh Jodha! Mengapa Kau memakai saree hari ini! Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu dan Kecantikanmu! Bahkan mempengaruhi pekerjaanku! Aku ingin merengkuhmu, menciummu dan kemudian membuatmu menjadi milikku!”
Jalal membuat alasan untuk melihatnya. Dia mengatakan kepada Salima supaya mengirim pesan ke Jodha, yang mana ia ingin melihat dia segera. Salima pergi dan mengatakan pada Jodha bahwa Jalal ingin bertemu dengannya.
Jodha (untuk dirinya): “Apakah yang ia inginkan sekarang?”
Jodha memasuki ruangan Jalal. Jalal mempersilahkannya duduk.
Jalal: “Jodha, aku ingin tahu status laporan perkembanganmu sehari-hari. Seberapa jauh itu telah dilakukan?”
Jodha tak menjawab pertanyaan Jalal tapi justru merayunya.
Jalal terkejut pada apa yang dikatakan Jodha. Jodha bangkit dari kursi dan menghampiri Jalal. Dia membungkuk, karena Jalal duduk di kursi. Jodha membungkuk sedemikian rupa hingga aanchalnya terjatuh dan Jalal bisa melihat blus dan belahan dadanya dengan jelas.
Jalal: “Apa yang terjadi, hottie ku?”
Jodha: “Apakah kau kadang-kadang tidak ingin memanjakan dirimu sendiri?”
Jalal: “Ya, aku ingin, tetapi aku hanya ingin melakukannya denganmu.”
Jodha: “Itulah sebabnya aku di sini. Mari kita nikmati saat ini bersama-sama!”
Jalal kemudian bangkit dari kursinya sehingga Jodha berdiri tegak. Ia kemudian meraih pinggangnya. Dia bisa merasakan kulitnya yang untuk pertama kalinya. Mereka saling merangkul dan Jalal mulai membelai rambutnya, kemudian punggungnya. Jodha pun membalasnya. Mereka kemudian melepaskan pelukan mereka.
Jalal: “Kau tahu hottie ku, Kau benar-benar berani! Kita masih di kantor dan kau berani merayuku!”
Jodha: “Bukankah ini ruangan pribadimu? Kita hanya tinggal mengunci pintu dan melakukan apapun yang kita inginkan.”
Jalal: “Tapi ini adalah pertama kalinya aku akan melakukan itu di kantor!” ***Oh Mr. Dreamer,, ??????***
Jodha: “Jadi, mari kita membuatnya mudah diingat.”
Jalal tidak bisa mengendalikan dirinya lagi! Ia menarik Jodha dan melepaskan sareenya. Jalal benar-benar terkejut dengan apa yang dilihat didepan matanya.
Jalal: “Apakah Kau tahu bahwa hijau adalah warna favoritku? Dan itu sangat cocok denganmu!”
Jodha: “Aku tahu. Kau pikir untuk siapa aku memakai warna ini?”
Jalal: “Kau tampak benar-benar seksi! Sebelumnya, siapa saja yang mengatakan hal itu padamu?”
Jodha: “Tidak ada, Kau adalah yang pertama! Dan tubuhku disediakan hanya untukmu, Jalal.”
Jalal kemudian menariknya dekat dan mulai menciuminya! Jodha juga membalas ciumannya. Jalal terus menciumnya dan Jodha juga terus membalas ciumannya.
Jodha: “Pak Presiden? Apakah ada yang salah?”
Jalal mendengar terperangah mendengar kata-kata Jodha. Dia bertanya-tanya mengapa ia berbicara seperti ini. Dia (Jodha) ingin becinta dengannya dan dia (Jodha) bertanya apakah ada yang salah. Jalal bingung dan Jodha memanggilnya lagi.
Jodha: “Pak Presiden? Anda baik-baik saja?”
Mendengar kata-kata ini, Jalal kembali ke indranya. Lagi-lagi dia pergi ke dunia fantasinya bersama Jodha. Ia kembali bersikap tegas dan menyuruh Jodha duduk. Untuk sementara waktu Jodha merasa penasaran.
Jodha (untuk dirinya): “Awalnya ia tersenyum dan kemudia wajahnya menjadi keras. Apa yang ia pikirkan? Apakah dia secara kebetulan mengetahui konspirasi leechad dan Benazir?”
Jalal: “Maaf, aku sedang asyik berpikir tentang beberapa hal yang terkait dengan pekerjaan. ***Pekerjaan apa Mr. Dreamer,, pekerjaan mengembangkan imajinasimu???*** Katakan padaku, Jodha. Bagaimana aku dapat membantumu?”
Jodha: “Pak Presiden, saya pikir anda lupa. Anda yang telah memanggil saya untuk beberapa pekerjaan penting.”
Jalal malu atas kesalahannya. Dia terlalu terbuai dalam dunia fantasinya hingga dia lupa bahwa dia yang memanggil Jodha.
Jalal: “Aku sangat menyesal, Jodha. Aku benar-benar sibuk hingga aku lupa bahwa aku telah memanggilmu.” ***Iya,, sibuk mengkhayal***
Jodha terkejut dengan alasan yang dia berikan. Jalal mengirimnya pesan untuk bertemu dengannya segera. Jika dia mengatakan bahwa dia ingin menemuinya segera, maka bagaimana bisa ia lupa tentang hal itu? Jodha benar-benar kesal dengan tindakan Jalal padahal dia sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Jalal bertanya tentang kemajuan laporannya. Jodha mengatakan masih dalam proses dan dia akan memberikannya kepadanya sore nanti. Jalal menyetujuinya dan kemudian Jodha meninggalkan ruangannya.
Jalal: “Jodha! Aku kehilangan akal sehatku dan bahkan hal-hal yang penting karena dirimu! Tapi sungguh, kau begitu berani dalam mimpi itu! Dan caramu berbicara! Masya Allah! Aku telah menjadi budahmu, Jodha Hottie!”
Jodha di sisi lain berpikir atas kesalahan Jalal yang tiba-tiba, karena sebelumnya dia tidak pernah lupa hal-hal penting.
Jodha: “Aku bertanya-tanya apa yang salah. Apakah dia telah menemukan bahwa pacar yang sangat dikasihinya melakukan konspirasi padanya dan juga menggelapkan uangnya? Atau apakah ia memiliki benih keraguan dalam pikirannya?”
Jodha, kemudian kembali ke pekerjaannya karena dia tidak bisa membuang-buang waktu untuk berpikir tentang Jalal. Dia bekerja untuk membuat strategi baru serta mempersiapkan laporan kemajuan harian. Akhirnya, tiba waktunya untuk pulang hari itu. Dia mengambil laporan yang sudah dibuatnya dan pergi ke ruangan Jalal.
Jodha: “Pak Presiden, ini adalah laporannya.”
Jalal mengambil laporannya dan memeriksa isinya. Dia merasa puas dengan apa yang telah Jodha tulis dan memuji dirinya.
Jodha: “Baiklah, Pak Presiden, Saya akan pulang sekarang. Semoga akhir pekan anda menyenangkan dan sampai jumpa hari ini.”
Jalal: “Pasti, Jodha. Bye.”
Jodha meninggalkan ruangan. Dia mengemasi barang-barangnya dan keluar dari kantor.
Jalal: “Kau bisa meninggalkan kantor tetapi Kau akan tetap berada dalam pikiranku selama sisa akhir pekan, Jodha!” ....Bersambung ke Chapter 12