Written
by Samanika
Translate
by ChusNiAnTi
Jodha
memasuki kantornya. Hari Jum’at yang begitu cerah, namun tidak bagi Jodha, ia
begitu murung dan sedih. Satu minggu telah berlalu dan dia belum mampu
menceritakan pada Jalal tentang Benazir dan Adham. Rasa bersalah telah
membunuhnya dari dalam. Dia tidak memberitahu siapapun apa yang telah ia lihat.
Setiap kali ia ingin menceritakan kebenaran, sesuatu atau yang lain telah
datang di antara mereka dan dia tidak pernah bisa mengatakannya pada saat itu.
Bahkan, ia terus mencoba tetapi tidak berhasil. Dia teringat satu insiden pada
hari Selasa, ketika Jalal memanggilnya ke kantornya.
*Flashback*
Jodha
pergi ke ruangan Jalal dimana Jalal ingin mengembalikan file yang telah Jodha
berikan. Jodha sudah berniat untuk memberitahukannya.
Jalal:
“Jodha, ini file yang telah kau berikan padaku saat itu.
Jodha:
“Apakah anda tidak membutuhkannya, Pak Presiden?”
Jalal:
“Aku sudah membaca file ini sebelumnya. Dan karena kau yang menangani segala
sesuatunya, aku mengembalikan file ini padamu.”
Jodha:
“Oke, terima kasih. UM...Pak Presiden.”
Jalal:
“Ya, Jodha.”
Jodha:
“Saya harus memberitahu Anda...”
Benazir
tiba-tiba datang dan langsung memeluk dan mencium Jalal. Jodha sangat terkejut
melihat kedatangannya yang tiba-tiba.
Benazir:
“Oh Jalal! Bagaimana kabarmu? Apakah kau merindukanku?”
Jalal
(dalam nada malu): “Ya kabarku baik. Apakah kau tidak mencintaiku?”
Benazir:
“Oh berhenti bercanda! Kau tahu betapa aku mencintaimu!
Jodha
tersenyum kecut mendengar ucapannya.
Jodha
(untuk dirinya): “Cinta? Lebih seperti pengkhianatan!”
Jalal
dan Benazir melanjutkan percakapan mereka yang membuat Jodha sakit dan merasa
jijik. Sebenarnya, Benazir melakukan itu semua terkesan menjijikkan, Jalal
hanya menanggapi dengan normal. Itu berlangsung selama sekitar 5 menit.
Jalal:
“Oh ya, Jodha kau ingin mengatakan sesuatu kan?”
Jodha:
“Itu tidak penting, Pak Presiden. Saya dapat memberitahu nanti.”
Jodha
kemudian meninggalkan ruangan dan pergi ke mejanya.
*Flashback End*
Jodha
mendesah memikirkan tentang hari itu. Itu hanya salah satu hal yang
menggagalkan niatnya. Ada banyak lagi tetapi ada beberapa gangguan sehingga dia
tidak bisa katakan kepadanya. Dia memasuki area resepsionis dan bertemu
Ruqaiyya.
Ruqaiyya:
“Selamat pagi, Jo! Ingat malam yang kita rencanakan, kan?”
Jodha:
“Selamat pagi, Ruqs! Ya tentu saja aku ingat! Saya tidak sabar!”
*Flashback*
Jodha,
Salima dan Ruqaiyya seperti biasa di meja Salima untuk makan siang.
Ruqaiyya:
“Hey guys, besok Jumat ayo kita pergi clubbing!”
Salima:
“Kemana kita akan pergi?”
Jodha:
“Ya Ruqs, kemana kita akan pergi?”
Ruqaiyya:
“kalian tahu kencan, bukan? Itu tidak jauh dari kantor kita. Setiap Jumat ada
entri untuk perempuan tanpa biaya tambahan! Jadi kita bisa mendapatkan gratis!”
Salima:
“Haa, tapi kita tidak bisa pergi dalam pakaian kantor ini! Kita perlu ganti
pakaian!”
Ruqaiyya:
“Kita bisa pergi ke Palladium dan ganti dalam kamar mandi! Sederhana!”
Jodha:
“Kita harus membawa pakaian, sepatu dan make-up.”
Ruqaiyya:
“Haa. Kita dapat pergi dari kantor bersama-sama, pergi ke Palladium, ganti baju
dan pergi ke klub!”
Salima:
“Bagaimana kita kesana?”
Ruqaiyya:
“Aku akan membawa mobilku, jangan khawatir! Kalian hanya tinggal membawa
pakaian dan uang!”
Malam
itu Jodha pulang dan memberitahu orang tuanya tentang rencana ini.
Bharmal:
“Haa Jodha, kau pergilah dan bersenang-senang. Salima dan Ruqaiyya adalah anak
yang sangat baik. Kau hampir tidak keluar dengan teman-temanmu. Jadi sekarang pergilah
dan bersenang-senang!”
Mainavati:
“Haa Jodha, nikmatilah waktumu. Tapi hati-hati dan jangan minum terllau
banyak.”
Jodha:
“Oke, Ma dan Papa! Terima kasih!”
Dia
memeluk mereka dengan erat.
*Flashback End*
Jodha
duduk di mejanya dan mulai bekerja. Jalal seperti biasa memanggilnya ke ruangannya
dan memberinya beberapa pekerjaan. Jodha mencoba untuk mengatakan padanya lagi tapi
tidak bisa. Dia meninggalkan ruangannya dengan sedikit marah. Ketika ia
meninggalkan ruangan, Jalal menatap tubuhnya dan tersenyum.
Jalal:
“Oh Jodha! Aku tidak sabar untuk melihatmu di klub hari ini! Aku ingin melihat betapa
panasnya dirimu malam ini!”
Jalal
mendengar percakapan tiga wanita tersebut. Mendengar tentang rencana mereka,
dia melompat kegirangan! Ia tak ingin menyia-siakan kesempatan itu dan
memutuskan untuk datang juga. Setelah mendengar rencana mereka, Jalal terus
mengamati gerak-gerik mereka untuk tidak melewatkan satu kata pun. Dia ingin tahu
kapan mereka keluar kantor, sehingga dia bisa keluar tepat waktu juga. Ia telah
merencanakan segalanya malam itu. Dia telah membawa pakaian dari rumah dan akan
ganti di kantor.
Jalal:
“Biarkan aku menelepon Adham dan bertanya padanya apakah dia mau ikut.”
Jalal
memanggil Adham melalui interkom.
Jalal:
“Halo Adham, ingin menanyakan sesuatu.”
Adham:
“Halo, ya Jalal.”
Jalal:
“Aku berencana untuk pergi ke klub malam ini. Aku akan pergi sendirian dan
bertanya-tanya apakah kau ingin datang? Kita dapat minum bersama juga. Aku
tidak ingat, kapan terakhir kita minum bersama.”
Adham:
“Haa Jalal, oke. Ayo kita keluar bersama-sama.”
Jalal:
“Haa Oke, aku akan memberitahumu nanti kapan kita berangkat.”
Jalal
kemudian menutup telpon dan mengingat percakapan Jodha, Ruqaiya dan Salima.
*Flashback*
Jalal
sedang sibuk makan Makan Siang ketika ia mendengar jeritan semangat datang dari
meja Salima. Ia pergi dan berdiri di dekat partisi kaca dan mengetahui tentang
rencana mereka untuk Jumat malam. Ia berdiri di sana, mendengar percakapan
mereka.
Salima:
“Aku berharap kita bisa makan sesuatu sebelum kita pergi.”
Ruqaiyya:
“Salima, jangan khawatir, saath itu tidak seperti klub kebanyakan. Mereka
melayani makanan juga. Kita bisa makan sesuatu yang ada.”
Salima:
“Hmm... bagus, kita akan makan di sana.”
Ruqaiyya:
“Haa dan mari kita semua memakai gaun! Kita harus tampak panas!”
Jodha:
“Haa, kita hanya akan memakai gaun.”
Ketika
Jalal mendengar apa yang mereka putuskan untuk dipakai, dia sangat bersemangat!
Dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat Jodha memakai gaun. Ini
adalah kesempatan emas.
*Flashback End*
Jalal
tidak sabar lagi. Hari di kantor tampak panjang baginya saat itu. Dia merasa
gelisah dan cemas. Ia sangat ingin melihat Jodha memakai gaun. Dia mencoba menyibukkan
diri dalam pekerjaan tapi bahkan semuanya seakan menjadi sia-sia. Ia pun
akhirnya menemui Benazir dan berbincang-bincang sebentar, namun dia tidak
mengatakan rencananya ke klub malam ini.
Akhirnya,
jam kerja di kantor telah berakhir, namun ia tidak pernah melepaskan
pandangannya dari ketiga wanita tersebut. Ia melihat mereka berkumpul di meja
Salima. Mereka menunggu dan bercakap-cakap selama sekitar 5 menit dan kemudian
meninggalkan kantor. Jalal tersenyum melihat keberangkatan mereka. Ia menuju ke
kamar mandi dan mencuci wajahnya. Ia kemudian menonaktifkan lampu ruangannya
dan mulai menanggalkan pakaian. Ia mengenakannya jeans dan kemeja Burberry
putih. Dia memakai gel rambut dan memakai parfum favoritnya. Ia mengenakan
sepatu dan siap untuk pergi.
Jalal:
“Oh ya, aku harus pergi ke ruangan Adham dan kemudian kita akan pergi bersama.”
Sementara
itu, Jodha, Salima dan Ruqaiyya sampai di Palladium mall memakai mobil Ruqaiyya
dan langsung menuju kamar mandi. Mereka mencuci wajah mereka dan menuju ke satu
bilik dan mengenakan gaun mereka. Salima keluar mengenakan baju berwarna hijau.
Ruqaiyya memakai gaun putih yang pendek. Akhirnya, Jodha keluar mengenakan
leher halter, gaun panjang selutut berwarna merah (ealah... gaun merah lagi).
Salima dan Ruqaiyya memandangnya dengan takjub. Dia tampak panas!
Ruqaiyya:
“Oh ho! Lihat Hottie telah datang!”
Salima:
“Jodha, kau terlihat menakjubkan!”
Jodha:
“Thanks guys, kalian juga tampak menakjubkan!”
Mereka
kemudian memakai make-up. Salima menempatkan beberapa dariian pada matanya dan
memakai lip-gloss berwarna pink cerah. Ruqaiyya tidak melakukan apapun pada
matanya tetapi memakai lipstik berwarna merah darah. Jodha melakukan riasan
mata dan memakai shadow hitam. Dia mengenakan dariian di matanya dan memakai
lip-gloss berwarna madu. Jodha tampak seperti ultimate Hottie, seorang wanita
yang diinginkan setiap orang. Mereka semua membiarkan rambut mereka terbuka.
Salima memakai sepatu hitam. Ruqaiyya memakai stiletto berwarna merah. Jodha
memakai sepatu hak tinggi berwarna coklat. Mereka bercermin dan siap untuk
pergi. Ketika mereka sedang berjalan menuju tempat parkir, banyak orang yang
mengagumi keindahan mereka. Namun, Jodha lah yang menjadi pusat perhatian.
Mereka sampai di tempat parkir dan duduk di dalam mobil. Ruqaiyya mulai melajukan
mobil dan mereka menuju ke saath.
Jalal
juga meninggalkan kantor dengan Adham. Mereka duduk di mobil Jalal dan menuju
ke saath. Adham datang mengenakan pakaian kantor. Dia melihat Jalal sudah
berganti pakaian.
Adham:
“Arre Jalal, kapan kau berganti pakaian?”
Jalal:
“Di kantor. Aku telah membawa pakaian dari rumah karena aku telah merencanakan
untuk pergi sebelumnya.”
Adham:
“Oh Oke.”
Mereka
sampai di pintu masuk dan keluar dari mobil. Karena parkir valet sudah ada
disana, Adham dan Jalal turun dari mobil dan menuju ke bouncer. Dia mengenali
Jalal. Dia membiarkan mereka masuk dan memberikan diskon. Jalal membayar untuk
dirinya dan Adham kemudian masuk klub. Ada pencahayaan warna-warni di seluruh
ruangan. DJ sedang memainkan semua jenis lagu dan orang-orang menari di lantai
dansa. Ada banyak gadis cantik di sana dan mereka sedang memandang Jalal dan
Adham. Adham menikmati perhatian mereka tetapi mata Jalal hanya terus mencari
Jodha. Adham melihatnya mulai gelisah.
Adham:
“Ada apa, Jalal?”
Jalal:
“Uhh... tidak apa-apa. Ayo kita pergi dan memesan makanan.”
Jalal
dan Adham berada di sebuah meja dan Jalal menunggu Jodha masuk. Dia terus
melihat pintu masuk.
Adham:
“Jalal, kau ingin minum apa?”
Jalal:
“Eh, Wiski.”
Adham:
“Oke, aku akan pergi dan mengambil minuman.”
Adham
menuju ke bar untuk mengambil minuman mereka dan Jalal duduk di meja, semua
wanita mengedipkan mata dan terus memandang ke arahnya. Dia menikmati mereka
sejenak, tapi pikirannya masih etrtuju Jodha.”
Jalal:
“Oh Jodha Hottie! Kamu dimana? Ketidakhadiranmu membuatku gila! Segera lah
datang!”