NOTE: Tulisan warna biru adalah ucapan pikiran/ucapan dalam hati pemain.
Jalal
adalah pergi ke suatu tempat dengan amarah yg membara dan kata-kata
imam terus bergema ditelinganya, “Waktu yang ditentukan telah habis.
Meskipun pengantinnya datang, pernikahan tetap tidak bisa dilakukan.”
Jalal
dan Raja Bharmal saling berhadapan. Raja Bharmal terus menundukkan
kepalanya. Ia teringat saat ia menampar dan memarahi Shivani, “Apakah
kau tidak memiliki rasa malu, dia adalah seorang pekerja umum bagaimana
kaubisa menyukainya?” Ia memerintahkan Baghwandas untuk menemukannya.
Flashback End.
Jalal
terus menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya. Jalal
berkata dengan Sarkasme, “Putrimu mencintai pekerja umum dan Kau tahu
tentang hal itu? Aku tidak bisa melihat air mata di matamu. Katakan
padaku kebenarannya.” Raja Bharmal berbohong, “Aku tidak tahu bahwa dia
akan melakukan sesuatu seperti itu.”
Jalal:
“Kau tidak tahu maka mengapa Kau mengirim dia dkesini kemudian mencoba
untuk membuat hubungan dengan Mughal dan dengan mudah menerima
pernikahan ini?”
Raja
Bharmal: “Pelakunya adalah putriku, dan dia telah menghinaku dan
menghinamu jadi aku siap untuk dihukum.” Ia kemudian bersimpuh dengan
satu lututnya didepan.
Jalal
juga bersimpuh dan menyentuh pundaknya, “Kau seperti ayah bagiku. Kau
memberiku saran dan keputusan yg benar dalam hukum dan bahkan kemudian
Kau melakukan itu. Kesalahanmu adalah kau telah meghina Kerajaan Mughal
dengan tidak mengatakan keberannya padaku. Sekarang katakan padaku,
hukuman apa yg harus aku berikan kepadamu?”
Jalal berteriak, “Bawa dia ke penjara.”
Mirza
masuk dan melihat segalanya, “Apa yg kau lakukan Jalal?” Jalal berkata
tanpa memandang Mirza, “Sharifuddin adalah iparku. Bhaksi Bano adalah
adikku. Tugas besar Raja adalah emngambil keputusan secara adil. Hukum
tidak pandang buku.” Jalal meninggalkan Mirza yg tampak kesal dan
kecewa.
Di
harem semua wanita membicarakan tentang Shivani. Jodha yg berjalan
bersama Moti mendengarkan ucapan mereka. Jodah terkejut saat ada
seseorang yg memberitahukan bahwa Jalal mengirim Raja Bharmal ke
penjara.
Semua
orang yg berada di balkon tertegun dan sedih melihat Raja Bharmal yg
dibawa oleh tentara. Hanya Maham Anga dan Ruqaiya yg bahagia. Maham Anga
dan Ruqaiya melirik bahagia ke arah Jodha yg tampak menderita. Ruqaiya
memuji Jalal, “akhirnya Jalal menunjukkan keadilannya saat ini.” Maham
Anga sengaja mengeraskan suaranya, “Wanita Rajwansi memang benar-benar
mengejutkan dengan tindakan mereka.”
Jodha berkata dalam hati, “Tak
ada yg lebih menyakitkan dibandingkan dikhianati keluarga sendiri. Ayah
dan adikku mengkhianatiku. Dan aku akan menderita seumur hidupku.”
Di
pagi hari, Jalal sedang duduk di luar kamarnya. Mirza datang menemui
Jalal. Jalal meminta maaf kepada Mirza dnegan apa yg telah terjadi, “Apa
yg kau inginkan dariku?” Mirza ingin Jalal membebaskan Raja Bharmal.
Jalal menentangnya, Raja Bharmal telah mempermalukan kerajaan dan
keluarganya sehingga ia harus mendapat hukuman. Mirza sedih, “Tapi
bagaimana dengan Jodha. Ia tidak salah apa-apa tapi dia harus menderita.
Menurut Hukum Mughal, Orang tua seharusnya tidak dihukum karena
kesalahan anaknya.”
Jalal:
“Raja Bharmal telah menipu seluruh Mughal dan hukuman diperlukan. Aku
bahkan akan mencari Shivani dan kekasihnya kemudian menghukumnya.”
Mirza: “Karena cinta ia tidak memikirkan keluarganya, dan reputasinya selama ini.”
Jalal: “Ia mempermalukan keluarga kita karena kekasihnya hanya seorang Tukang batu.”
Mirza:
“Cinta tak memandang budaya dan kekayaan seseorang. Bahkan aku
mencintai Putri Rajput, tanpa peduli dia berbeda agama. Jalal cinta tak
pernah bisa, menyakiti semua orang.”
Jalal: “Mirza, kau pikir karena cintanya itu tak berpengaruh padaku?”
Mirza:
“Aku tahu kau tersakiti. Tapi apakah kau tidak berfikirkan bahwa
Shivani telah menyelamatkanku dari rasa sakit? Jika aku mengetahuinya
setelah kami menikah, akan menyakiti 3 orang. Shivani, Tejwan dan aku
sendiri, bahkan kau juga. Aku bisa melihat cintanya kepada Tejwan yg
mana ingin aku lihat untuk diriku. Ya, ini memang menyakitiku, tapi aku
segera bisa atasi. Aku aka patah hati jika aku mengetahuinya setelah
pernikahan kami.”
Jalal: “Mirza, aku tidak percaya cinta. Aku tidak memiliki hati dan tidak memahami hal ini.”
Mirza:
“Tapi aku percaya cinta, kau akan percaya suatu hari nanti. Kau akan
menyadari suatu saat nanti dan kau akan tahu mengapa Shivani melakukan
itu. Cinta
membuat seseorang menjadi sangat kuat. Bahkan orang miskin bisa
bertarung sangat kuat layaknya seorang Raja. Cinta bisa membuat orang
sangat lemah. Bahkan Raja bisa bertekuk lutut.”
Seorang Dasi menginformasikan bahwa Jodha ingin bertemu Jalal.
Mirza
mendekati Jalal, “Jalal, aku tidak dipermaluakn Shivani, aku
mencintainya. Dan aku akan sakit jika kau lakukan itu pada, Shivani,
Tejwan atau siapapun yg terkait ini.”
Jalal: “Kenapa?”
Mirza: “Karena
inilah cinta. Kau tidak bisa menanggung rasa sakit orang yg kau cintai
bahkan jika kau menginginkan, itu akan menyakitkanmu saat melihat mereka
tersakiti. Raja Bharmal telah dihukum. Hukuman apa yg lebih besar bagi seorang Raja melebihi di kurung?
Jalal: “Mirza...”
Mirza:
“Raja Bharmal menaylahiku. Yang boleh menghukum adalah orang yg paling
menderita. Itu kenapa Ratu Ruqaiya mengampuni Adham Khan. Aku mengampuni
Raja Bharmal. Dan ini yg aku inginkan.”
Jodha
datang dan menyapa mirza dengan menangkupkan tangannya di depan
dadanya, Mirza membalasnya dengan tangan tangan kanan di depan wajahnya
dan kepalanya sedikit menunduk kemudian meninggalkan Jodha dan Jalal
berdua.
Jodha
menghampiri Jalal yg tak menatapnya. Ia mengatakan bahwa Ayahnya memang
bersalah, namun kesalahannya tidak cukup untuk memenjarakannya. Namun
Jalal tak mendengarkan ucapan Jodha, ia terus terngiang ucapan Mirza, “Cinta
membuat seseorang menjadi sangat kuat. Bahkan orang miskin bisa
bertarung sangat kuat layaknya seorang Raja. Cinta bisa membuat orang
sangat lemah. Bahkan Raja bisa bertekuk lutut. Karena
inilah cinta. Kau tidak bisa menanggung rasa sakit orang yg kau cintai
bahkan jika kau menginginkan, itu akan menyakitkanmu saat melihat mereka
tersakiti.” Jalal
dengan cepat langsung memandang Jodha yg menangis. Ada rasa sesak yg
dirasakannya. Kemudian ia pergi tanpa mengatakan apapun sehingga membuat
Jodha bingung.
Di
kamarnya, Jodha menangis dan berkata kepada Moti, “Karena Ayah, ia
tidak hanya merendahkan bangsa rajvanshi tetapi Mughal juga mendapat
penghinaan. Ibu Raja menganggap aku sebagai putrinya dan apa yg telah
dilakukan Ayahku. Aku mengutuk diriku sendiri, mengapa aku membawa
Shivani denganku ke Mandir. Haruskah aku mengutuk mereka atau nasibku?
Dulunya aku merasa bangga karena rajvanshi, dan sekarang aku harus
menanggung penghinaan disepanjang hidupku.”
Moti
yg duduk dibawah mencoba menenangkan Jodha, “Mereka tidak salah tetapi
itu adalah situasi yang membuat mereka melakukan itu.” Jodha: “Aku tidak
bisa terima dengan hubungan yang didasarkan pada kebohongan. Shivani
bisa bercerita padaku jadi aku tidak akan membuat hubungan ini.”
Dasi
datang dan menginformasikan bahwa Raja Bharmal telah dibebaskan dan
kemungkinkan dia akan pergi ke Amer. Jodha bahagia, “Lihatlah Moti, Yang
Mulia menunjukkan keanehannya lagi.”
Di Teras, Hamidah datang untuk bertemu keluarga rajvanshi. Bharmal dan Nenek meminta pengampunan. Jodha melihat dari jauh.
Hamidah:
“Aku tahu bagaimana rasanya saat Kau mengetahui tentang putrimu
menyukai seseorang yang rendah. Setiap orang tua menginginkan putri
mereka menikah dengan orang besar. Jangan mengatakan menyesal.”
Nenek: “Aku yg bersalah. Ini karena aku yg tidak bisa mendidik Shivani. Aku yg gagal menanamkan nilai-nilai moral pada mereka.”
Hamidah:
“Tidak, lihat Jodha, dia adalah orang yg sangat baik. Shivani
melakukannya mungkin karena usianya yg masih muda. Besok adalah
shubratri (festival hindu), aku kesini untuk meminta kalian tinggal
lebih lama dan merayakannya. Jodha pasti akan sangat senang.”
Bharmal:
“Maaf tapi apa yang telah kami lakukan, kami tidak bisa tinggal disini
lagi. Aku ingin menemuimu tapi takut mengganggumu.”
Penjaga mengumumkan kedatangan Jodha, sehingga Hamida langsung meninggalkan mereka.
Jodha
menghampiri Bharmal dan keluarganya dengan tampilan marah, “Yang Mulia
dan Mirza mungkin bisa memaafkanmu. Tapi aku tidak bisa seperti mereka.
Tapi karena Kau keluargaku menghadapi penghinaan, Kau bisa bercerita
tentang Shivani sebelumnya. Kau bisa mengirim surat atau yg lainnya,
sehingga aku bisa menasihati Shivani dan tidak mengajukan pernikahan
ini. Kau telah menghina keluargaku dan aku disini sebagi Jodha Ratu
Mughal tidak akan pernah memaafkanmu.” Bharmal dan keluarganya tegang.