Akhirnya
setelah beberapa jam, di tengah malam tangan Jodha sedikit bergerak.
Jalal sedang duduk di lantai mengistirahatkan kepalanya di tempat tidur
dekat tangan Jodha. Dia melihat sedikit gerakan tangan Jodha, hatinya
mulai berdetak keras. Tangannya kembali bergerak lagi, Seketika Jalal
mengambil tangan Jodha, duduk di tempat tidur disampingnya dan menunggu
dengan tidak sabar baginya untuk membuka matanya.
Jodha
merasa kelopak matanya terasa berat untuk diangkat, setelah beberapa
perjuangan akhirnya dia bisa membuka matanya. Setelah beberapa detik
penglihatanya menjadi lebih jelas dan ia melihat Jalal sedang duduk di
dekatnya, memegang tangannya dan dengan memasang tampang mengerikanya.
Jodha langsung menyadari bahwa ia telah bertahan. Mata memerah dan
marahnya menatapnya tanpa berkedip dengan tatapan menusuk tapi dibalut
dengan pancaran cinta, perawatan dan kemarahan. Setelah beberapa detik
wajah Jodha menegang dengan garis ketakutan, dia tidak tahu bagaimana
bereaksi terhadap situasi ini. Dia tidak bisa menatap mata menawannya
lagi, memberinya rasa bersalah atas tindakanya.
Akhirnya
Jalal memecah kesunyian sambil mengontrol kemarahan ekstrim katanya
dalam nada sarkastis pahit "Selamat datang kembali dalam kehidupan
NERAKA-mu Jodha Begum."
Jodha
menarik tangannya dari Jalal dan duduk di tempat tidur dan dengan
sedikit frustrasi menjawab "Mengapa Anda menyelamatkan hidup saya?"
Mendengar
pertanyaan ini Jalal kehilangan kendali, emosi yang selama ini
ditekanya akhirnya meledak keluar, kelemahan utamanya adalah
kemarahannya. Dia kehilangan pikirannya dan menampar Jodha dengan sangat
keras, Jalal dengan nada marah keras menjawab "Jodha, kau benar-benar
ingin tahu mengapa aku menyelamatkan hidupmu? Apa pendapatmu tentang
dirimu sendiri? Bagaimana kau bisa mengambil keputusan drastis ini? kau
adalah wanita yang paling bodoh, tidak masuk akal, wanita gila yang
pernah kukenal. Kau tidak berpikir bahkan sekali tentangku, Kau telah
menyakitiku begitu banyak hari ini. Aku tidak pernah merasa begitu
banyak rasa sakit dalam hidupku sebelumnya. Ketika berusuran dengan
masalah kita, kau selalu memutuskan segala sesuatu sendiri dari awal.
aku tahu aku telah membuat banyak kesalahan tetapi aku selalu meminta
maaf. Dan biarkan aku mengatakan satu hal, aku berharap kau akan
mengerti kata-kata yang tak terucapkan olehku (INTERMEZZO: yaelah kang Jalal emangnya kita cenayang apa *Tepok Jidat Shahenshah*) kau sangat istimewa dalam hidupku dan ya kau adalah satu-satunya orang yang
mampu membuatku menangis, tersenyum dan membenci. setiap tindakan
kecilmu memiliki dampak besar pada hidupku. Kau telah sangat menyakitiku
saat ini, hatiku rasanya hancur berkeping-keping. aku telah mati
berkali-kali dalam beberapa jam terakhir. Sekali lagi aku minta maaf
karena telah menyelamatkan nyawamu, aku tidak akan pernah memintamu
untuk hak-haku sebagai suami. Kau dapat menjalani hidupmu seperti yang
kau inginkan." Jalal bangun dengan mata lembab, ia melihatnya dengan
tatapan benci namun ada cinta didalamnya.
Sebelum
Jalal pergi menjauh, Jodha dengan air mata mencoba bangkit dari tempat
tidur dan dengan nada menyesal mengatakan "Shahenshah, tunggu sebentar."
Dia merasa sangat lemah dan tidak bisa berdiri dengan benar.
Jalal
mendengar suara gemetar dan merasakan Jodha sedang mencoba untuk
bangun, ia dengan cepat berjalan kembali kearahnya dan menyangganya agar
tak sampai terjatuh, Jalal memeluk pinggang Jodha. Jodha dengan tatapan
intens menatap Jalal dengan cinta, setelah beberapa detik dia berkata
dengan nada redup "MAAF" dengan berat hati dan air mata di matanya, dia
mengerti rasa sakit dan kesalahan, dan dia tahu dia benar-benar salah
untuk mengambil langkah drastis ini.
Tiba-tiba
Jodha menyadari apa yang telah dilewati Jalal. Bagaimana rentan ia
terdengar dalam kemarahannya, dia bisa merasakan betapa marah dan
sedihnya dia. Dengan sekuat tenaga Jodha bangun lurus dan memeluk Jalal
erat untuk menghibur luka-lukanya. Keduanya menangis tetapi
menyembunyikan dari satu sama lain. Jalal menelan air matanya dan Jodha
mengusap air matanya dan kemudian kembali menatap satu sama lain.
Jodha
berkata dengan nada rendah "Shahenshah. Maafkan saya, saya tidak tahu
apa yang terjadi pada saya. Saya tidak bisa melihat Anda dengan wanita
lain. Ketika saya melihat Anda berbicara dan menggoda Kanika, otak saya
berhenti bekerja dan di atas semua itu anda telah meminta talak
(perceraian), anda memberi saya dua pilihan, saya menerima Anda sebagai
suamiku seutuhnya atau anda memberikan perceraian. Saya benar-benar
kesal memikirkan bagaimana Anda bisa memaksa saya untuk menerima Anda.
Anda tidak peduli tentang perasaan saya atau mungkin Anda benar-benar
ingin menyingkirkan saya. Semua ini di luar kendali saya dan itulah
sebabnya saya mengambil langkah drastis ini.”
Dengan
nada melunak Jalal menjawab "Jodha, kau tahu kemarahanku dengan sangat
baik dan kau selalu berdebat untuk setiap hal kecil tapi kali ini kau
bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun tentang perasaanmu. Kenapa kau
tidak berbicara denganku? Mengapa kau tidak berdebat denganku? Aku hanya
memberikanmu pilihan untuk memilih jalan hidupmu, tetapi kau memutuskan
untuk meninggalkanku selamanya, apa kau tidak pernah berpikir
tentangku? Bagaimana aku akan merasa setelah kau mati? Bagaimana aku
akan menjalani hidupku tanpa ada bayanganmu? Bagaimana aku akan
memaafkan diriku sendiri?"
Jodha
dengan nada rewel mengatakan "Saya sangat marah pada Anda, saya ingin
menghukum Anda dengan membunuh diriku sendiri karena saya tahu itu akan
memberikan rasa sakit yang sama. ketika saya benar-benar marah, saya
menjadi sangat diam dan menghukum sendiri, saya seperti itu sejak kecil.
Saya ... Jika Anda ingat saya berpuasa selama tiga hari untuk menghukum
Krishna karena saya marah padanya yang memilih anda sebagai suamiku."
Jalal dengan sinis mengatakan "Oh jadi begitu caramu menghukum?"
Jodha
membentak kembali padanya "Shahenshah, Dalam kemarahan Anda ... Anda
telah menghukum saya dengan menampar saya. Anda lebih buruk dari saya."
Jalal
membentak kembali dan dengan nada marah mengatakan "Jodha, kemarahanku
jauh lebih baik darimu. Kau terlalu berbahaya dan bodoh." Jalal berhenti
sejenak dan berkata dengan nada serius "Jodha kau adalah segalanya
bagiku, kau adalah duniaku, pusat hidupku, Jika terjadi sesuatu pada
dirimu maka aku akan menghancurkan seluruh dunia untuk menghukum
Dewa-mu."
Jodha
merasa sedikit malu dan canggung dengan pengakuan Jalal. Jodha berpikir
mengapa ia bisa menjelaskan perasaannya begitu mudah sedangkan aku
tidak bisa.
Akhirnya
Jodha menjawab dengan nada rendah "Shahenshah, saya tidak tahu bahwa
hidup saya begitu penting bagi Anda, tetapi Anda juga memiliki tempat
yang sangat khusus di hati saya juga. senyum Anda membawa kebahagiaan
dalam hidup saya, kemarahan Anda memberikan saya sakit luar biasa,
kata-kata pahit anda benar-benar menghancurkan saya, setiap tindakan
Anda memiliki dampak besar pada hidup saya, ketika Anda melihat orang
lain dengan cinta hati saya serasa hancur berkeping-keping, anda tahu
mengapa? karena saya pikir saya di ..." Jodha menyadari bahwa ia akan
mengaku, dia berhenti tiba-tiba dan berpaling darinya.
Jalal dengan seringai bertanya nakal "Jodha, kau berpikir kau berada di ... APA?"
Jodha
berbalik malu-malu dan berkata dengan suara rendah, "Shahenshah, saya
pikir saya di ..." ia berhenti selama beberapa detik dan dilanjutkan
lagi "Saya pikir saya sakit dan saya harus tidur." Sambil tertawa dia
kembali ke tempat tidur.
Jalal
menatap senyum polos yang indah, kemarahannya benar-benar menghilang,
kemudian ia duduk di tempat tidur dekat Jodha dan dengan cinta mengecup
lembut kening istrinya. Setelah beberapa detik katanya dalam nada yang
sangat tegas dan serius "Jodha berjanjilah apapun yang terjadi di masa
depan kau tidak akan mengambil langkah ekstrim seperti ini lagi."
Jodha
menjawab dengan nada serius "Shahenshah, saya berjanji saya tidak akan
pernah melakukan sesuatu seperti ini lagi kecuali itu adalah masalah
perlindungan diri saya."
Jalal menyeringai dan berkata "Jodha, aku akan melindungimu seumur hidupku, kau tidak akan pernah perlu khawatir tentang itu."
kemudian
dengan nada penuh perhatian Jalal berkata "Kau perlu rileks dan
beristirahat. Besok, kau akan naik kuda bersamaku. Aku tidak akan
meninggalkanmu sendirian lagi bahkan satu menitpun tak akan kubiarkan
kau lepas dari pandanganku."
**Pagi Hari**
Di pagi hari Panditji datang untuk memeriksa kondisi Jodha dan untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Jodha
merasa malu untuk tindakan sembrononya. Dia tidak bisa melihat langsung
pada gurunya itu, dalam nada rendah ia berkata kepada gurunya “Guruji,
maafkan saya terima kasih karena telah menyelamatkan hidup saya."
Panditji
menjawab dengan nada serius "Jodha, kau tidak perlu berterima kasih
padaku, kau harus berterima kasih pada suamimu yang telah menyelamatkan
nyawamu. Dia berada dalam kondisi rentan, meskipun ia adalah orang
Mughal ia berdoa kepada Krishna untuk menyelamatkan hidupmu. Dia sangat
stress, kehilangan kesadaranya ketika aku mengatakan bahwa kondisimu
sangat kritis dan aku sudah menyerah pada semua harapan. Hidupmu adalah
keajaiban, dan cintanya telah membawamu kembali pada kehidupan, kau
diberkati memiliki suami seperti dia."
Jalal
bersiap-siap dan datang kekamar untuk memeriksa kesehatan Jodha. Dengan
nada hormat ia bertanya pada Panditji "Bagaimana kesehatan Jodha
Begum?, dapatkah kita melanjutkan perjalanan kita hari ini ?"
Pandit dengan nada riang menjawab "Ya Shahenshah, Jodha baik-baik saja dan kau dapat melanjutkan perjalanan."
Jodha dan Jalal mengambil berkah dari Panditji dan meninggalkan ashram.
Sekarang
adalah waktu musim dingin. Pagi yang indah, sinar matahari cerah
diikuti dengan napas dingin yang membuat suasana jauh lebih
menyenangkan. Jodha dan Jalal sedang menunggangi kuda yang sama.
Keduanya merasa segar dan ceria. Jodha merasa sedikit canggung dan malu
karena duduk begitu dekat dengannya, satu tangan Jalal melingkar mesra
pinggangnya.
Telinga
Jodha berdenging dengan kata-kata Panditji. ia memerah memikirkan itu
semua. Lalu ia berpikir mengapa aku harus takut kehilanganya? dia
benar-benar peduli padaku. Tidak masalah jika dia tidak mencintaiku tapi
aku mencintainya dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya
bahagia, aku tidak peduli jika dia akan kembali padaku atau tidak namun
aku akan selalu menghargai kenangan bersamanya seumur hidupku.
Jalal
menariknya sedikit lebih dekat kepadanya dan berbisik di telinganya
"Jodha Begum, apa yang kau katakan kemarin bahwa kau tidak dapat
melihatku dengan wanita lain? Kenapa? Apakah kau tahu, mengapa kau
merasa seperti itu?.”
Jodha kesal berpikir, “dia
terlalu pintar untuk berakting pura-pura bodoh, dia tahu jawabanya
namun masih bertanya padaku, dia belum mengakui cintanya dan sekarang
dia ingin bermain denganku, hmmmmmm.”
Jodha kembali menatap suaminya dengan tatapan jengkel dan dengan nada kesal berkata "Shahenshah, saya tidak tahu mengapa?.”
Jalal dengan menggoda mengatakan "Oh !!! aku tahu mengapa? Karena kau cemburu."
Jodha: “huh, aku tidak cemburu pada siapapun." Dia mengatakanya dengan nada marah
Jalal: “Acha, tapi mengapa kau begitu marah padaku dan Kanika, aku bahkan tidak dekat dengannya.”
Segera
setelah dia mendengar nama Kanika keluar dari mulut suaminya ia menjadi
kehilangan kendali emosi dan kecerdasanya. Jodha menoleh kebelakang,
dengan nada putus asa ia berkata.
Jodha: "Shahenshah, saya hanya tidak suka pada Kanika. dan Jangan berbohong, saya melihat bagaimana
Anda memuji si lampir Kanika.... “Ohhh Kanika aku suka pakaian
Rajvanshi dan kalung cantikmu itu, terlihat begitu indah ketika kau
kenakan”.... saya tidak ingat anda pernah memuji tentang pakaian yang
saya kenakan. Ohhhh, dan juga, bagaimana tak tahu malunya anda. Anda
melepas kurta anda tanpa ragu-ragu, sehingga lampir itu menerapkan salep
di dada anda.” Jodha mengatakanya dengan kemarahan yang mencapai
puncaknya dia lalu meneruskan cecaranya.. “Anda tahu Shahenshah, anda
telah membuat kesalahan besar, kenapa anda tidak sekalian saja
menikahinya, satu wanita lagi akan ditambahkan kedalam daftar Begum-mu
maka Anda bisa memanggilnya ‘Hamari Kanika’.” Jodha mengatakanya dengan
kekesalah yang tak bisa disembunyikanya.
Melihat
wajah frustrasi istri tercintanya, Jalal tidak bisa menahan tawanya.
Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata "Ohoo..... jadi itu berarti
Hamari Begum, Hamari Ladli sangat cemburu pada Kanika.” Jalal
mengatakanya sambil menjawil dagu imut Jodha
Jodha
menyipitkan matanya dan berkata “Anda mulai lagi, saya tidak akan
berbicara dengan Anda lagi, dan harap diingat bahwa saya tidak cemburu
pada siapapun.”
Jalal:
“hmmm jadi Jodha Begum, berarti kau tidak mempermasalahkan kedekatanku
dengan si kodok itu? Ehhh maaf maksudku Rukayah Begum?
Jengah
dengan kelakuan suaminya akhirnya Jodha dengan marah berkata "Hentikan
kudanya sekarang, saya tidak ingin berkuda dengan anda lagi. Saya akan
naik tandu saja.”
Jalal
menyeringai matanya menyipit licik, dan dengan cepat dia mengecup pipi
Jodha lalu berkata "ketika kau marah pipimu berubah menjadi merah dan
kau terlihat begitu manis."
Jodha
merasa malu tapi dengan sedikit marah dia berkata "Shahenshah, Jangan
menciumku seperti ini. kita tidak sendirian di sini."
Jalal
menariknya lebih dekat dan berkata dengan sensual: "Oooh. jadi itu
berarti, kau tidak punya masalah jika aku melakukan ini ketika kita
sendirian?.”
Jodha
malu-malu menjawab: “saya tidak mengatakan itu, dan ya saya tidak punya
masalah. Dengan salah satu Begum anda, anda bisa melakukan apa saja
dengan mereka dan jangan lupa bahwa Anda telah berjanji pada saya bahwa
Anda tidak akan menyentuh saya tanpa izin saya ..tapi ... " sebelum
Jodha bisa melanjutkan kalimatnya Jalal menghentikannya, egonya terluka.
Dengan pura-pura ia langsung berkata dengan nada serius "Jodha Begum,
aku tahu batas dan aku tidak tertarik untuk mendekatimu."
Setelah
beberapa menit diam Jodha bertanya dengan nada serius "Shahenshah, anda
memiliki begitu banyak Begum, apa pengaruhnya kematian saya dalam hidup
anda?
Jalal
dengan kesal mengatakan: "Jodha, mengapa kau tidak bisa mendengar
kata-kata tak terucapkanku? Apakah kau benar-benar ingin tahu apa arti
hidupku bila tanpamu? Baik, maka dengarlah baik-baik perkataanku.
Zubaan Khamosh, Aur Ankhon Me Nami Hoti,
(diammu dan mata penuh kesedihan itu)
Yahi Bas Meri Ek Dastan-e-Zindagi Hoti,
(Hanya ini akan menjadi kisah hidup saya)
Bharne Ko Toh Har Zakham Bhar JATE lekin,
(Setiap luka dapat sembuh dengan cepat atau lambat, tapi....)
Kese Bharegi Wo Jagah Jaha Tumhari Kami Hoti,
(Bagaimana tempat itu dipenuhi, di mana hanya ada tempat untuk Anda)
Jodha terkejut mendengar pengakuannya, dengan menggoda dia bertanya “Shahenshah, mengapa Anda sudah merasa seperti ini?.”
Jalal hanya menyeringai dan tidak menanggapinya.