**Pagi Hari**
Di pagi hari Panditji datang untuk memeriksa kondisi Jodha dan untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Jodha
merasa malu untuk tindakan sembrononya. Dia tidak bisa melihat langsung
pada gurunya itu, dalam nada rendah ia berkata kepada gurunya “Guruji,
maafkan saya terima kasih karena telah menyelamatkan hidup saya."
Panditji
menjawab dengan nada serius "Jodha, kau tidak perlu berterima kasih
padaku, kau harus berterima kasih pada suamimu yang telah menyelamatkan
nyawamu. Dia berada dalam kondisi rentan, meskipun ia adalah orang
Mughal ia berdoa kepada Krishna untuk menyelamatkan hidupmu. Dia sangat
stress, kehilangan kesadaranya ketika aku mengatakan bahwa kondisimu
sangat kritis dan aku sudah menyerah pada semua harapan. Hidupmu adalah
keajaiban, dan cintanya telah membawamu kembali pada kehidupan, kau
diberkati memiliki suami seperti dia."
Jalal
bersiap-siap dan datang kekamar untuk memeriksa kesehatan Jodha. Dengan
nada hormat ia bertanya pada Panditji "Bagaimana kesehatan Jodha
Begum?, dapatkah kita melanjutkan perjalanan kita hari ini ?"
Pandit dengan nada riang menjawab "Ya Shahenshah, Jodha baik-baik saja dan kau dapat melanjutkan perjalanan."
Jodha dan Jalal mengambil berkah dari Panditji dan meninggalkan ashram.
Sekarang
adalah waktu musim dingin. Pagi yang indah, sinar matahari cerah
diikuti dengan napas dingin yang membuat suasana jauh lebih
menyenangkan. Jodha dan Jalal sedang menunggangi kuda yang sama.
Keduanya merasa segar dan ceria. Jodha merasa sedikit canggung dan malu
karena duduk begitu dekat dengannya, satu tangan Jalal melingkar mesra
pinggangnya.
Telinga
Jodha berdenging dengan kata-kata Panditji. ia memerah memikirkan itu
semua. Lalu ia berpikir mengapa aku harus takut kehilanganya? dia
benar-benar peduli padaku. Tidak masalah jika dia tidak mencintaiku tapi
aku mencintainya dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya
bahagia, aku tidak peduli jika dia akan kembali padaku atau tidak namun
aku akan selalu menghargai kenangan bersamanya seumur hidupku.
Jalal
menariknya sedikit lebih dekat kepadanya dan berbisik di telinganya
"Jodha Begum, apa yang kau katakan kemarin bahwa kau tidak dapat
melihatku dengan wanita lain? Kenapa? Apakah kau tahu, mengapa kau
merasa seperti itu?.”
Jodha kesal berpikir, “dia
terlalu pintar untuk berakting pura-pura bodoh, dia tahu jawabanya
namun masih bertanya padaku, dia belum mengakui cintanya dan sekarang
dia ingin bermain denganku, hmmmmmm.”
Jodha kembali menatap suaminya dengan tatapan jengkel dan dengan nada kesal berkata "Shahenshah, saya tidak tahu mengapa?.”
Jalal dengan menggoda mengatakan "Oh !!! aku tahu mengapa? Karena kau cemburu."
Jodha: “huh, aku tidak cemburu pada siapapun." Dia mengatakanya dengan nada marah
Jalal: “Acha, tapi mengapa kau begitu marah padaku dan Kanika, aku bahkan tidak dekat dengannya.”
Segera
setelah dia mendengar nama Kanika keluar dari mulut suaminya ia menjadi
kehilangan kendali emosi dan kecerdasanya. Jodha menoleh kebelakang,
dengan nada putus asa ia berkata.
Jodha: "Shahenshah, saya hanya tidak suka pada Kanika. dan Jangan berbohong, saya melihat bagaimana
Anda memuji si lampir Kanika.... “Ohhh Kanika aku suka pakaian
Rajvanshi dan kalung cantikmu itu, terlihat begitu indah ketika kau
kenakan”.... saya tidak ingat anda pernah memuji tentang pakaian yang
saya kenakan. Ohhhh, dan juga, bagaimana tak tahu malunya anda. Anda
melepas kurta anda tanpa ragu-ragu, sehingga lampir itu menerapkan salep
di dada anda.” Jodha mengatakanya dengan kemarahan yang mencapai
puncaknya dia lalu meneruskan cecaranya.. “Anda tahu Shahenshah, anda
telah membuat kesalahan besar, kenapa anda tidak sekalian saja
menikahinya, satu wanita lagi akan ditambahkan kedalam daftar Begum-mu
maka Anda bisa memanggilnya ‘Hamari Kanika’.” Jodha mengatakanya dengan
kekesalah yang tak bisa disembunyikanya.
Melihat
wajah frustrasi istri tercintanya, Jalal tidak bisa menahan tawanya.
Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata "Ohoo..... jadi itu berarti
Hamari Begum, Hamari Ladli sangat cemburu pada Kanika.” Jalal
mengatakanya sambil menjawil dagu imut Jodha
Jodha
menyipitkan matanya dan berkata “Anda mulai lagi, saya tidak akan
berbicara dengan Anda lagi, dan harap diingat bahwa saya tidak cemburu
pada siapapun.”
Jalal:
“hmmm jadi Jodha Begum, berarti kau tidak mempermasalahkan kedekatanku
dengan si kodok itu? Ehhh maaf maksudku Rukayah Begum?
Jengah
dengan kelakuan suaminya akhirnya Jodha dengan marah berkata "Hentikan
kudanya sekarang, saya tidak ingin berkuda dengan anda lagi. Saya akan
naik tandu saja.”
Jalal
menyeringai matanya menyipit licik, dan dengan cepat dia mengecup pipi
Jodha lalu berkata "ketika kau marah pipimu berubah menjadi merah dan
kau terlihat begitu manis."
Jodha
merasa malu tapi dengan sedikit marah dia berkata "Shahenshah, Jangan
menciumku seperti ini. kita tidak sendirian di sini."
Jalal
menariknya lebih dekat dan berkata dengan sensual: "Oooh. jadi itu
berarti, kau tidak punya masalah jika aku melakukan ini ketika kita
sendirian?.”
Jodha
malu-malu menjawab: “saya tidak mengatakan itu, dan ya saya tidak punya
masalah. Dengan salah satu Begum anda, anda bisa melakukan apa saja
dengan mereka dan jangan lupa bahwa Anda telah berjanji pada saya bahwa
Anda tidak akan menyentuh saya tanpa izin saya ..tapi ... " sebelum
Jodha bisa melanjutkan kalimatnya Jalal menghentikannya, egonya terluka.
Dengan pura-pura ia langsung berkata dengan nada serius "Jodha Begum,
aku tahu batas dan aku tidak tertarik untuk mendekatimu."
Setelah
beberapa menit diam Jodha bertanya dengan nada serius "Shahenshah, anda
memiliki begitu banyak Begum, apa pengaruhnya kematian saya dalam hidup
anda?
Jalal
dengan kesal mengatakan: "Jodha, mengapa kau tidak bisa mendengar
kata-kata tak terucapkanku? Apakah kau benar-benar ingin tahu apa arti
hidupku bila tanpamu? Baik, maka dengarlah baik-baik perkataanku.
Zubaan Khamosh, Aur Ankhon Me Nami Hoti,
(diammu dan mata penuh kesedihan itu)
Yahi Bas Meri Ek Dastan-e-Zindagi Hoti,
(Hanya ini akan menjadi kisah hidup saya)
Bharne Ko Toh Har Zakham Bhar JATE lekin,
(Setiap luka dapat sembuh dengan cepat atau lambat, tapi....)
Kese Bharegi Wo Jagah Jaha Tumhari Kami Hoti,
(Bagaimana tempat itu dipenuhi, di mana hanya ada tempat untuk Anda)
Jodha terkejut mendengar pengakuannya, dengan menggoda dia bertanya “Shahenshah, mengapa Anda sudah merasa seperti ini?.”
Jalal hanya menyeringai dan tidak menanggapinya.