Jalal tiba-tiba terbangun dan menyadari apa yang terjadi. Jodha sekarang sedang berada di atas tubuhnya dan selama beberapa detik keduanya menatap satu sama lain. Detak jantung mereka terdengar jelas. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inchi. Hangat nafasnya menciptakan sensasi pada Jalal, ia benar-benar terpesina dengan mata Jodha yang tampak malu. Bibirnya bergetar dan ingin menyentuh bibir Jodha. Jalal menguatkan tarikannya dan memegang pinggang Jodha yang telanjang dan menariknya sedikit lebih dekat. Dengan menutup matanya, Jalal menggosokkan pipinya ke pipi Jodha. Sesaat Jodha kehilangan kendalinya namun ia segera tersadar dan mendorong Jalal.
Jalal juga tersadar, dan ia pun membiarkan Jodha untuk pergi dengan sendirinya. Jodha hendak pergi, namun chunninya masih terjebak dibawah Jalal. Jalal berguling dan kini ia tepat diatas Jodha, mereka saling menatap selama beberapa detik. Jalal berbisik di telinga Jodha, “Pagi yang indah Jodha Begum.”
Jodha berusaha untuk tidak memerah tapi ia masih tersipu dan ada senyum kecil dengan kemarahan palsu di wajahnya.
Keduanya cepat-cepat bangun dari tempat tidur. Jodha marah, "Bukankah aku sudah bilang kita seharusnya tidak tidur di ranjang yang sama."
Jalal menggerutu pada dirinya sendiri dengan pelan, “Ia tidak pernah mendengarkan siapapun, ia tidak tahu bagaimana ia harus bersikap kepada Raja!”
Jalal senang melihat Jodha yang sedang marah. Wajahnya yang menjengkelkan justru terlihat lucu dan manis.
Jalal meringis, “Aaaah oohhh, seluruh tubuhku sakit Jodha Begum. Apa yang telah kau lakukan?? Tampaknya sepanjang malam kau tidur diatasku."
Jodha merasa sangat bingung dan malu, tanpa memandang Jalal, ia berjalan keluar dari kamar Jalal tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Jalal hanya tersenyum melihat kepergiannya.
Jalal memanggil pelayannya dan memerintahkannya supaya memberitahu Jodha untuk segera menyelesaikan doanya.
Jalal selesai berlatih pedang. Sudah hampir waktunya untuk Diwan E Khas. Pembantu datang dan memberitahunya bahwa Jodha begum melakukan pooja nya.
Jalal segera pergi ke ruangannya Jodha dan memerintahkan pelayan untuk meninggalkan piring makanan dan pergi.
Jodha kesal bertanya, “Apa yang terjadi??? Sahenshah, apa setiap yang telah aku lakukan adalah kejahatan?? Aku belum makan lagi, aku masih bisa pergi tanpa makanan. Aku seorang putri Rajvanshi. Aku tidak akan mati dengan mudah.”
Jalal menjawab dengan nada menggoda, "Tidak Jodha begum, aku tidak bisa menghukummu lagi, bahuku tidak tahan mengangkat beban tubuhmu yang berat lagi. Tubuhku masih sakit."
Mata Jodha menyipit dan berkata "Oh...Aku tidak tahu... Raja segala raja... Shenshah E Hindustan bahunya begitu lemah."
Jalal tersentak, "Oh...Jodha begum, hari kau ingin menguji bahu, tangan, kakiku dan kau tahu apa lagi, biar ku beritahu, aku akan menunjukkan kepadamu betapa kuatnya itu!" Jalal tersenyum menggoda.
Wajah Jodha memerah, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Oh Tuhan! Dia sangat menakutkan.”
Jodha kesal bertanya, “Bisa kau jelaskan mengapa Sultan Hindustan datang untuk melihat ratunya yang malang?”
Dengan yakin Jalal menjawab, “Kau tahu Jodha begum, aku tidak pernah meninggalkan pekerjaan yang tidak selesai. Kemarin kau memberiku makan manis dan aku tidak bisa, jadi aku pikir kenapa tidak menyelesaikan kustomnya hari ini. Dan siapa tahu mungkin ini adalah cara yang dapat membuat lidahmu merasa asin dan asam manis.”
Jodha terkejut mendengar Jalal datang untuk memberi makan manis. Ia menjawab dengan sinis, “Oh! Itu adalah kewajiban yang besar untuk ratu yang malang ini, mengapa kau melakukan ini Sahenshah??? Apa maksudmu dibalik semua bantuan ini??? Niatmu dibalik semua bantuan ini adalah untuk membunuhku dengan racun, bukan?”
Jalal menatapnya dengan tegas. Bibirnya menyunggingkan senyum, namun matanya menunjukkan kekecewaan.
Ia mengangkat alisnya dan menjawab, “Kau adalah musuh terbesarku Jodha Begum. Bagaimana bisa aku membunuhmu dengan semudah itu.”
Ucapan Jalal terdengar menyakitkan untuk Jodha. Jalal pun segera mengambil makanan manis dan menyuapkannya pada Jodha. Jodha membuka mulutnya dan tanpa sadar air matanya mulai membasahi pipinya.
Melihat Jodha menangis, kemarahan Jalal menghilang. Ia berkata dengan tenang "Jodha begum, kuharap manisan ini mengurangi kepahitanmu." Dia memandang wajahnya dengan sedih dan mata berkaca-kaca. Kemudian ia berjalan keluar dari sana dengan cepat.
Jalal langsung pergi ke Diwan e Khaas.
Diwan e Khaas dipenuhi dengan banyak petinggi cerdas dan berbakat dan maulvis. Ini adalah pertama kalinya Jalal menghadiri pengadilan setelah pernikahannya dengan Jodha. Semua maulvis benar-benar marah dengan Jalal karena ia menikah dengan seorang Hindu dan juga menerima kondisinya. Mereka mengeluh, mengapa pernikahan ini tidak dibahas dengan mereka terlebih dahulu. Bagaimana ia dapat memberikan izin untuk Ratu Jodha melanjutkan agamanya dan memiliki sebuah kuil di ruangnya? Setiap orang Mughal di pengadilan melawan Jalal. Jalal memotong perbedatan orang-orang di penagdilan dengan mata yang tajam, memandang setiap orang di pengadilan. Bahkan setelah begitu banyak keluhan, ekspresi wajahnya pasif dan matanya tampak memancarkan keheningan.
Maham Anga berteriak, "Khamosh!" (Tenang!)
Semua orang di pengadilan terkejut dan langsung tenang mendengar teriakan Maham Anga yang menderu.
Translate by ChusNiAnTi