Jalal terus menatapnya dan berbicara dalam hati, “Aku tahu dia tidak takut padaku dan dia tidak peduli tentang statusku dan dia tidak memiliki keinginan untuk menjadi spesial. Dia begitu transparan dan murni.”
Tatapan Jalal membuat Jodha sangat tidak nyaman. Katanya mencemooh, "Aap aese ghur ghur ke kyun dekh rahe hain?? Humein aise ullu ki tarah ghurna band kijiye apni daravni aankhon se warna kahin aapki aankhe bahar na aa jaye aur aap kuch bhi dekhne ke layak na rahein" (Mengapa Kau menatapku? Berhenti menatapku seperti burung hantu. Matamu sudah hampir keluar. Kau akan buta selamanya)
Jalal tidak bisa menahannya lagi dan mulai tertawa keras hingga giginya kelihatan. Tiba-tiba kemarahan dan ketakutan Jodha menghilang. Ia terpesona dengan senyumannya. Jalal melihat Jodha yang sedang menatapnya.
Jalal tersenyum dan membentak Jodha degan kalimat yang sama, "Humein aise ullu ki tarah ghurna band kijiye apni daravni aankhon se warna kahin aapki aankhe bahar na aa jaye aur aap kuch bhi dekhne ke layak na rahein" (Berhenti menatapku seperti burung hantu. Matamu sudah hampir keluar. Kau akan buta selamanya)
Jodha tidak bisa menahan dirinya dan mulai tertawa. Keduanya tertawa bersama untuk pertama kalinya.
Jalal duduk di sofa dengan santai menunggu makanan tiba. Ia bertanya pada Jodha, "Jodha begum, mengapa kau bertarung dengan Kresna, dan menghukum diri sendiri?"
Jodha menggerutu, "Jadi kau katakan padaku Sahenshah, apa lagi yang harus aku lakukan?? Aku telah berdoa dan menyembah Kresna sejak aku masih kecil. Aku berbicara dengannya selama berjam-jam, dalam segala sesuatu aku selalu dengannya. Impianku... Aku bermimpi tentang masa depanku. Suami dalam hidupku... Jadi sekarang aku berterima kasih pada Khana karena telah memberiku seorang suami yang memiliki lebih dari 5000 wanita di harem, aku berterima kasih pada Khana karena telah memberi aku seorang suami yang kejam yang bahkan tidak menghormati agama-agama lain, yang bahkan tidak tahu makna perkawinan, yang merasa bangga disebut seorang laki-laki yang kejam." Dia berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan "Ini adalah antara aku dan Khana dan kau tidak ada hubungannya dengan hal ini. Aku selalu percaya bahwa segala sesuatu terjadi dengan baik karena keinginan Khana, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku aku tidak merasa segala sesuatu terjadi dengan baik."
Jalal memandang wajah sedih yang tidak bersalah dan berpikir, “Bagaimana dia mengatakan apa yang dia rasakan. Itu menyakitkan karena mendengar kebenarannya. Namun, ia bergitu tulus dan suci.”
Memang benar, caranya memperlakukan wanita, setiap kali ia memenangkan pertempuran, ia meminta hadiah wanita untuk harem. Dia tidak pernah menghormati agama lain dan ia memang merasa bangga disebut sebagai pejuang kejam tak berperasaan. Ia tahu tentang itu, namun mendengar hal itu dari Jodha, sangat menyakitkan baginya. Hatinya terasa sakit untuk pertama kalinya. Kemarahannya perlahan-lahan mulai mendidih untuk membalas dendam, namun ketulusan Jodha telah mengalahkannya. Ia pun menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di sofa.”
Penjaga datang menginformasikan bahwa makanan telah datang. Lamunan Jodha dan Jalal langsung buyar seketika itu juga. Jalal pun mengijinkan pelayan untuk masuk.
Pelayan masuk dengan banyak macam masakan yang berbeda. Seluruh kamar penuh dengan aroma makanan lezat. Jalal dilayani oleh pelayan dan kemudian pergi. Jalal benar-benar sangat lapar seperti dia tidak mendapatkan kesempatan untuk makan sepanjang hari. Dia mulai makan diam-diam tetapi kemudian menyadari bahwa Jodha tidak makan apa-apa untuk terakhir 4 hari. Dia tiba-tiba berhenti makan kemudian memanggil dan menyuruhnya untuk mengambil makanan yang kembali.
Jodha memperhatikan Jalal yang tiba-tiba berhenti makan dan mengirimkannya kembali. Ia bertanya sinis "Sahenshah ko khana pasand nahi aaya kya??" (Sahenshah tidak suka makanan??)
Jalal cepat menjawab "Nahi Jodha begum wo kya hai na ki hum hamari Ami ki ekloti aulad hain aur hum, nahin chahte ke hamare khane pe in ki nazar lage aur hum bimar ho jayein, pata hai kali billi ki nazar kitni buri hoti hai??" (Tidak Jodha begum, sebenarnya masalahnya adalah anak ibuku dan aku tidak ingin orang menjaga matanya pada makananku dan membuatku sakit. Kau tahu seberapa buruk pengaruh kucing hitam??)
Jodha bertanya dengan marah, "To kya hum aapko kali billi lagte hai??" (Apakah aku terlihat seperti seekor kucing hitam bagimu?")
Dengan cepat Jalal menjawab, "Nahi Nahi Jodha begum aesa mat kahiye, dekhiye aapki vajah se wo kali billi humse naraz ho gayi." (Tidak Jodha begum, aku tidak mengatakan seperti itu. Karena kau, kucing hitam marah padaku sekarang.) Jalal benar-benar menikmati menggoda dia.
Jodha adalah benar-benar kesal sekarang dan berkata "Aku tidak ingin berbicara denganmu lagi dan aku akan tidur sekarang."
Jodha yang kesal mulai lepas perhiasannya dan kemudian dia membuka rambutnya yang panjang.
Jalal menatap dia sepanjang waktu dan menikmati kecantikannya.
Jalal menjawab "Aku terlalu lelah, aku akan tidur." Ia bangkit dan menarik bantal di sudut ranjang yang sama.
Jodha tiba-tiba menyadari Jalal tidur di sampingnya, dengan cepat ia bangun dari tempat tidur dan berkat,a "Kau tidak bisa tidur di tempat tidur ini."
Tanpa ekspresi apapun Jalal bertanya "Kenapa tidak?"
Jodha menjawab "Karena aku mengatakan begitu, kita tidak bisa tidur di ranjang yang sama."
Jalal membentaknya, "Jadi Anda tidak percaya padaku? Kau masih berpikir bahwa aku akan mengambil keuntungan darimu?"
Melihat Jalal yang marah dan mata yang menyakitkan, Jodha ketakutan namun ia menjawab dengan tenang "Hal ini tidak seperti itu. Aku tahu kau akan menjaga janjimu, tapi bagaimana kita bisa tidur di ranjang yang sama, yang tertutup?? Bagaimana jika kita kehilangan kendali kita??"
Jalal mulai bercanda, ia bertanya, "Oh! Kau tidak percaya diri Jodha begum??"
Jodha menjawab "Aku tidak punya masalah dengan tidur di ranjang yang sama. Namun kau jangan berani-berani untuk berada didekatku."
Jalal tersenyum kecil karena telah menang.
Jodha tertidur lebih dulu. Jalal memandang kecantikannya yang sempurna. Beberapa helai rambut jatuh di wajahnya. Jalal diam-diam memindahlan helaian rambut dari wajahnya dan menatap wajah cantiknya sampai ia tertidur.
Keduanya sangat lelah dari perjalanan panjang mereka dan tidak dapat tidur beberapa malam. Jodha berubah posisi beberapa kali dalam tidurnya. Ia bergerak ke arah Jalal dan tanpa sadar kepalanya berada di atas bahu Jalal dan tangannya mendarat di dadanya. Dalam tidurnya, chunni Jodha berada di bawah tangan Jalal.
Jalal terbangun karena merasa berat pada dadanya dan segera menyadari bahwa Jodha tidur diatasnya. Ia tersenyum menatapnya, ia menyukai kedekatan ini. Segera ia tertidur sambil menatapnya.
Jodha tidur dengan damai setelah lelah dari perjalanan selama beberapa hari dan bangun dengan perasaan sangat segar. Ia melihat ia benar-benar tidur disamping Jalal. Tangannya berada di atas dada Jalal dan kepala di atas bahunya. Ia melihat Jalal yang masih tidur dan tangan jalal di atas tangannya. Dia merasa malu dan diam-diam memutuskan untuk pindah dari sisi Jalal. Ia perlahan-lahan mencoba memindahkan tangan Jalal. Jalal berpaling ke arahnya dan meletakkan tangannya ke pinggang Jodha. Jalal masih tidur dengan damai, tetapi chunninya terjebak di bawah tangan Jalal. Ia mencoba menarik chunninya, namun Jalal menariknya dan Jodha pun terjatuh di atas Jalal.
Translate by ChusNiAnTi