Hamida tahu ada sesuatu yang tidak benar. Sesuatu yang terjadi di jalan. Ia memandang Jalal dengan marah dan tanda tanya di wajahnya. Jalal tidak mampu melihat matanya... Melihat rasa bersalah di matanya, Hamidah memutuskan untuk membawa Jodha ke Istananya.
Hamida membelai kepala Jodha dengan akung, "Jodha, Apakah kau baik-baik saja??? Apakah semuanya baik-baik saja?"
Jodha tidak bisa menahan lagi, ia mulai menangis seperti seorang anak kecil... Hamida memeluknya dengan cinta dan berkata "Aku seperti ibumu, jangan khawatir Jodha, aku akan selalu disisimu. Jangan pernah merasa bahwa kau sendirian disini. Kapan saja kau merasa sedih atau butuh sesuatu, datanglah padaku anakku."
Setelah jeda singkat Hamida melanjutkan ucapannya, "Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Jalal padamu, tetapi biarkan aku memberitahumu sesuatu. Anakku bukanlah orang yang benar-benar mengerikan. Ia kehilangan ayahnya diusia yang sangat muda dan kemuian ia harus menjadi Raja diusia yang sangat muda. Hari demi hari ia menjadi seperti batu. Ia telah melalui banyak kesulitan dan banyak pengkhianatan telah mengubah ia menjadi orang tak berperasaan. Tetapi aku berharap bahwa suatu hari kau akan membawa Jalalku kembali. Kau adalah orang yang hati yang tulus dan suci. Kau tidak ingin apa-apa dari Jalal, semua orang disekitarnya menginginkan sesuatu darinya. Aku yakin suatu hari ia akan menyadari ketulusanmu."
Hamida memeluk Jodha lagi dan mencium dahinya dan berkata "Tuhan memberkatimu, anakku!"
Hamida menyerahkan perhiasan dan pakaian untuk Jashan yang dipilih langsung oleh Jalal khusus untuk Jodha dan mengatakan kepadanya bahwa banyak orang penting yang datang hari ini untuk menghadiri Jashan ini jadi istirahatlah sekarang dan bersiap-siap dalam tiga jam untuk Jashan ini.
Jodha berterima kasih kepada Hamida, ia merasa lebih damai setelah berbicara dengannya.
Seperti biasanya, pertama kali Jalal pergi untuk menemui Ruqaiya. Ruqaiya adalah sangat senang melihat Jalal hingga air matanya keluar. Ia memeluk Jalal dengan gairah dan cinta tapi entah bagaimana Jalal masih hilang dan tidak bisa merespon dengan cara yang sama. Ada sesuatu yang mengganggunya. Namun tiba-tiba ia menyadari apa yang ia lakukan dan memeluk Ruqaiya dengan gairah yang sama dan bertanya dengan kasih, "Bagaimana kabarmu sayangku? Kau sangat cantik seperti biasa."
Ruqaiya langsung tahu ada sesuatu yang berbeda dengan Jalal. Ia bercanda mengatakan bahwa "Kau terlihat seperti manusia yang berbeda Jalal.”
Jalal membentak, "Ruqaiya, harap tidak menggangguku, itu tidak seperti itu, hanya aku terlalu lelah."
Ia bertanya dengan serius "Jalal, apa yang terjadi, Kau tidak terlihat senang melihatku. Apakah kau baik-baik saja? Apakah segalanya baik?"
Jalal menjawab, “Itu hanya karena aku kehilangan sahabatku, tidak ada yang lain."
Mereka berbicara tentang segala sesuatu, tetapi tidak tentang Jodha. Ia tidak mau bicara tentang Jodha dengan Ruqaiya tapi bahkan ia tidak tahu mengapa ia bertindak seperti ini dan menyembunyikan tentang Jodha. Ia selalu berbagi segalanya dengan Ruqaiya.
Jalal sekarang sedang bersiap-siap untuk Jasahn tetapi hatinya tidak damai, ia tahu ia telah menghukum Jodha dengan berat, ia tahu seberapa religiusnya Jodha dan ia berhenti dari melakukan doanya sehari-hari. Ia menyadari bahwa itu benar-benar hukuman yang sangat besar untuk Jodha tapi ia begitu marah pada waktu itu dan apapun yang datang dalam pikirannya maka dengan itu ia menghukum Jodha.
Jalal pergi ke ruangan Jodha untuk berbicara dengannya. Moti yang melihat Jalal ia segera berjalan keluar dari kamar. Jodha tidak tahu bahwa Jalal berada di kamar. Mata Jalal melihat pakaian tas Jodha yang terbuka. Kulitnya yang bersih membuat Jalal terpesona padanya.
Jodha sedikit berteriak, "Moti, dimana kau???
Jalal lembut menjawab "Moti sedang pergi."
Jodha menyadari kehadiran Jalal didalam kamarnya, ia berbalik untuk melihatnya, dan pada saat yang sama ia menyadari ia belum mengenakan chunninya. Ia segera mengambil chunni dan menutupi dirinya.
Melihat ekspresi wajah Jodha Jalal tersenyum padanya dan bertanya, "Mau aku bantu memasang dorimu Ratu Jodha?"
Jodha memandangnya dan menjawab "Beraninya kau datang ke ruanganku."
Jalal menjawab serius, "Ratu Jodha, pertama-tama, ingat... Aku tidak suka kata berani, kau dan Amermu sudah melihat aku berani. Dan kedua, Apakah kau mengatakan 'beranininya aku datang ke kamarmu' kemudian dengarkan, Aku bisa datang ke kamarmu kapan saja aku ingin. Mungkin kau lupa bahwa aku adalah suamimu. Meskipun aku telah berjanji untuk tidak menyentuhmu, tapi aku bisa datang kesini setiap kali aku ingin dan kau tidak bisa menghentikanku."
Jodha kesal, kemudian ia mengambil chunni nya dan masuk ke ruangan lain.
Jalal tersenyum melihat kemarahan Jodha, ia menunggunya di diwan.
Jodha bersiap-siap dan keluar...
Melihat Jodha Jalal berkata, “Ya Allah! khuda telah menciptakanmu dengan banyak kesabaran.”
Jalal menatapnya sambil berkata, "Mari kita pergi Ratu Jodha."
Semua orang datang ke daerah Jashan dan sekarang sedang menunggu beberapa orang untuk datang. Pengumuman keras dibuat. Jalal dan Jodha memasuki aula besar yang mana Jashan ini diselenggarakan, semua orang bangkit dari kursi mereka untuk menghormati pasangan baru ini.
Jodha menutupi dirinya dengan ghoonghat. Mereka berdua duduk bersebelahan. Itu adalah kursi yang kecil untuk dua orang. Jodha merasa tidak nyaman dan ragu-ragu duduk di dekat Jalal.
Tiba-tiba, Jalal bangkit dari kursinya dan melepas cadarnya (Ghoonghat) dan mengatakan bahwa kita tidak memiliki kustom untuk para ratu dengan menempatkan kerudung panjang. Dan hari ini, semua orang disini untuk melihatmu, sehingga kau tidak perlu menutupi wajahmu.
Jodha merasa malu dihadapan semua orang. Ia menurunkan matanya. Ruqaiya terkejut melihat perbahan sikap Jalal. Ia tidak pernah masuk dalam pengadilan atau Jashan dengan salah satu Ratunya. Ia bahkan juga melepas cadar Jodha didepan semua orang yang tidak hanya Ruqaiya yang terkejut, melainkan semua orang di aula.
Satu per satu, semua orang memberikan banyak berkah untuk pasangan ini. Ruqaiya juga datang untuk mendoakan Jodha dan Jalal. Melihat Ruqaiya, Jalal bangkit dari kursinya dan memperkenalkan Ruqaiya kepada Jodha dan mengatakan kepada Jodha bahwa ia adalah Ratu Kepala, “Kau perlu belajar dariya semua peraturan untuk para ratu.”
Dengan sinis Jodha menjawab, "Pasti, aku akan mencoba yang terbaik untuk memenuhi tugasku sebagai Istri Yang Mulia."
Ruqaiya memiliki begitu banyak pertanyaan dalam pikirannya tentang Jodha dan ia melirik Jalal dengan semua pertanyaan yang menyelimutinya?
Jalal menatapnya dengan isyarat bahwa ia akan menjawab pertanyaannya segera?
Tiba waktunya untuk upacara terakhir, manis asing. Pengumuman dibuat oleh Maulvis, Ratu Jodha akan memberi makan Badshah Jalaludin Mohamad.
Jodha mengambil manis dari piring dan perlahan-lahan menyuapkannya pada Jalal.
Jalal memegang tangan Jodha dan memakan seluruh potongannya sambil terus menatapnya. Semua orang bertepuk tangan dan memberkati pasangan. Kemudian pengumuman lain, “Yang Mulia akan menyuapi ratunya sekarang.”
Setelah mendengar pengumuman ini, Jodha terkejut dan khawatir, ia dalam kondisi berpuasa dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tahu jika ia menolak sekarang, Jalal akan benar-benar marah padanya dan menghinanya di depan begitu banyak orang dan akan menghukumnya lebih tetapi untuk agama dan kepercayaan adalah yang utama baginya. Ia memutuskan untuk melawan dirinya sendiri.
Jodha mengatakan dalam nada yang sangat rendah, "Yang Mulia, aku tidak bisa makan manis."
Jalal menatapnya dengan kemarahan dan memberitahunya, "Kau jangan berani menghinaku. Lebih baik kau bersandiwara didepan banyak orang. Jika tidak, kau akan sangat menyesal atas tindakanmu."
Jodha dengan nada panik menjawab, "Yang Mulia, Kau dapat membunuhku tapi aku tidak mau makan, apapun yang terjadi. Kau telah menghukumku, tidak melakukan puja Kresna hari ini dan aku tidak makan apa-apa tanpa doa. Jadi aku tidak bisa makan hari ini. Lakukan apapun yang kau ingin lakukan. Aku siap untuk semua konsekuensinya." Jalal menatap Jodha dengan kemarahan.
Kemarahan Jalal memuncak, ia mengepalkan tangannya dengan kuat untuk mengontrol amarahnya.
Semua orang menunggu Jalal memberika makan Jodha. Jalal bangkit dari kursinya dan memanggil Ruqaiya jenuian diberi makan manis. Semua orang terkejut melihat hal ini.
Jalal melihat ke sekeliling dan berkata, “Tidak peduli berapa kali aku menikah, istri pertamaku layak mendapatkan makanan manis ini.”
Kemuian ia mengumumkan dengan keras bahwa Jashan telah selesai. Jalal kembali menatap Jodha dengan kemarahan dan pandangan yang tajam. Ia berkata dengan nada tebal, “Ratu Jodha, mari kita pergi, Jashan selesai.”
Melihat wajah marahnya, Jodha menggigil ketakutan saat berjalan bersamanya. Mereka berdua saling iam sambil menuju tempat Jodha. Jalal berjalan dengan cepat dan Jodha mencoba mengejar ketinggalannya, tetapi karena berpuasa, ia merasa lemah dan seperti ia akan pingsan. Dengan nada lemah ia berkata, “Yang Mulia” dan ia pun kehilangan kesadarannya.
Jodha hampir terjatuh namun Jalal berhasil menangkapnya tepat waktu dan berteriak keras "Jodhaaa!" Ia membawanya ke kamar dan mengatakan kepada pelayan untuk memanggil Hakima. Jalal memercikkan air di wajah Jodha. Ia kembali sadar dan membuka matanya dan melihat Jalal dengan wajah sangat khawatir, memegang tangannya. Jodha menarik tangannya dari tangan Jalal.
Jalal bertanya dengan perhatian, "Ratu Jodha, apa yang kau rasakan sekarang? Kau perlu minum air dan makan sesuatu, mengapa kau menghukum diri sendiri? kau sudah tidak makan apa-apa selama 4 hari."
Jodha terkejut mendengar keprihatinan Jalal padanya. Ia tertawa sinis, "Oh... Yang Mulia tak berperasaan khawatir untuk ratunya. Jangan khawatir, aku tidak akan mati dengan mudah. kau akan mendapatkan cukup kesempatan untuk membalas dendammu.”
Jalal menyadari bahwa ia menunjukkan perhatiannya, jadi untuk menutup-nutupi kecemasannya ia menjawab, "Ratu Jodha, aku hanya mengikuti tugasku, aku sangat tahu tentang tanggung jawabku, jika hal tersebut telah terjadi ke salah satu ratuku, maka aku akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan untukmu. Aku tahu kau Putri Rajput dan tidak akan mati begitu mudah. Sayangnya kau harus menanggung bebanmu dalam waktu yang lama.”
Sampai kemudian Hakima datang dan Jalal bangun dari tempat tidur dan menunggu Hakima memeriksa Jodha.
Jalal menanyakan keadaan Jodha.
Hakima berkata dengan tenang, "Yang Mulia, tidak perlu khawatir, Ratu Jodha baik-baik saja tapi sangat lemah. Ia perlu segera makan sesuatu."
Jalal tahu ia tidak akan makan sampai ia melakukan doanya di pagi hari. Itu sangat terlambat dan Jalal tidak ingin mengirim kembali ke ruangannya malam ini. Jalal menjawab "Hakima Sahiba, terima kasih, aku akan merawatnya malam ini."
Translate by ChusNiAnTi