Jalal dengan cemas bertanya, “Hakima Sahiba, bagaimana kondisi Ratu Jodha?”
Dengan
hati-hati Hakima Sahiba menajwab, “Yang Mulia, Ratu Jodha sangat lemah
dan kondisinya menurun dengan cepat. Jika ada menginzinkan, hamba ingin
memberikan beberapa obat dengan air. Karena Ratu Jodha sedang berpuasa,
saya dengan apa yang harus saya lakukan. Jika tanpa obat itu, akan
sangat sulit.”
Tanpa
berfikir panjang Jalal menajwab, “Hakima Sahiba, segera berikan obatnya
dan lalukan segala sesuatu yang dapat kau lakukan untuk menyelamatkan
hidupnya.”
Jodha
masih belum sadar dan Jalal sedang berdiri didekat jendela memikirkan
apa yang telah ia lakukan terhadap Jodha. Ia teringat senyum lugunya,
saat ia gembira dan membanggakan wajahnya. Kemudian ia berbalik dan
menatap wajah Jodha yang pucat dan sedih. Melihat kondisinya yang
tertekan, ia bertanya-tanya apakah ia begitu tergila-gila pada Jodha?
Mengapa tak bisa mengendalikan dirinya? Mengapa ia begitu prihatin
dengan kondisi Jodha? Ia memiliki banyak ratu, tapi mengapa Jodha begitu
berpengaruh terhadapnya, bahkan meskipun Jodha telah menolaknya. Jalal
meyakinkan dirinya bahwa ia hanya merasa bersalah karena Jodha kini
adalah tanggung jawabnya setelah masuk dalam kehidupannya.
Tapi
lagi dan lagi fikiran yang sama terus menghantuinya. Sudah lebih dari
satu jam, Jalal masih tenggelam dalam fikirannya. Tiba-tiba suara
terdengar teriakan Hakima Sahiba sehingga membuyarkan lamunannya. “Yang
Mulia, kondisi Ratu Jodha semakin memburuk, demamnya semakin tinggi dan
sepertinya ia sedang ketakutan atau ada sesuatu yang membunuhnya dari
dalam. Bahkan dalam kondisi tidak sadar, tubuhnya menggigil dan ia
tampak seperti melihat hantu. Jika demamnya tidak segera turun, maka
saya tidak akan mampu berbuat banyak untuk membantunya. Saya telah
memberinya obat-obatan yang saya bisa, namun sekarang hanya Tuhan yang
dapat menyelamatkannya.”
Jalal
tahu apa rasa takut yang membunuh Jodha dari dalam. Ia memerintahkan
semua orang untuk pergi keluar dari kamar selama beberapa menit dan
meningalkan mereka sendirian.
Jalal
duduk di tempat tidur dimana Jodha tidur, ia berkata dengan nada sedih,
“Ratu Jodha.” Kemudian ia memegang tangan Jodha dengan lembut dan terus
berkata, “Ampunilah kesalahanku ratu Jodha. Aku berjanji, aku tidak
akan menyentuhmu tanpa seizinmu. Aku tidak akan pernah menuntut hakku
sebagai suami.”
Kemudian
dengan lembut Jalal membelai wajah Jodha, “Percayalah padaku. Aku tidak
akan pernah memaksamu lagi. kemarahanku telah mengambil alih akal
sehatku. Aku suamimu dan aku berjanji akan melindungimu dari semua
orang, bahkan diriku sendiri.”
Jalal
bisa melihat ekspresi ketakutan Jodha menghilang setelah apa yang ia
katakan. Ia merasa bahwa Jodha bisa mendengar kata-katanya. Melihat
ketenangan diwajahnya, ia merasa lega. Untuk sementara, ia lupa bahwa
dirinya adalah Raja Hindustan. Ia adalah seorang suami, ia mulai merawat
Jodha. Sesuai instruksinya Hakima Sahiba, ia mulai meletakkan kain
dengan air dingin dikepalanya dan secara bertahap kondisi Jodha mulai
membaik.
Hakima Sahiba dan Moti benar-benar terkejut melihat Jalal berganti pakaian dan duduk disamping Jodha dengan setia.
Tiga jam telah berlalu, Jalal terus merawat Jodha dan tanpa sekejap meninggalkan Jodha.
Akhirnya
Jodha turun dan secara perlahan-lahan ia membuka matanya dan melihat
Jalal duduk disampingnya. Setelah benar-benar melihat Jalal, wajahnya
langsung diselimuti rasa ketakutan. Jalal bisa membaca ketakutan itu
dimatanya. Jalal berkata keras kepada semua orang “Takhliya” (Turunkan
tenda).
Kemudian
dengan nada lembut dan rasa bersalah Jalal berkata, “Jangan khawatir
Ratu Jodha. Maafkan aku karena kesalahanku. Penolakanmu, kecantikan,
kemarahanmu dan kondisiku yang mabuk menciptakan kekejaman dalam diriku.
Aku tidak sadar saat aku kehilangan kendali atas diriku sendiri. Aku
benar-benar menyesal atas apa yang telah aku lakukan padamu. Hari ini
aku berjanji, aku tidak akan pernah menyentuhmu tanpa izin atau
keinginanmu. Menyentuh wanita tanpa persetujuannya adalah pelanggaran
terbesar, bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa itu.”
Jodha menatap Jalal dengan ekspresi bingung. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang ia dengar.
Setelah
terdiam beberapa lama, Jalal berkata dengan nada sedikit keras, “Tetapi
besar kebencianmu terhadapku, namun kebencianku lebih besar terhadapku.
Kau telah berani untuk menantang Mugal dan itu adalah satu-satunya
alasanku menikahimu, untuk memablas dendam padamu.”
Jalal
berhenti sejenak untuk melihat ekspresi Jodha. Pada saat yang sama,
egonya melarangnya untuk meminta maaf karena kesalahannya. Untuk
menyembunyikan kekalahannya, Jalal berbicara dengan nada sedikit keras,
“Ratu Jodha, kau perlu memahami satu hal yang sangat jelas. Aku memiliki
lebih dari lima ribu perempuan di Haremku. Aku tidak pernah
tergila-gila terhadapmu atau kecantikanmu. Aku tidak akan memberikanmu
keistimewaan. Kau akan tinggal di Istana Mughal sebagai trofi
kemenanganku seperti bagian dari dekorasi. Kau sama sekali tidak penting
bagiku. Kau sudah resmi menajdi Ratuku dan kau harus mengikuti semua
peraturan dengan hormat. Jika tidak, maka tidak akan ada yang bisa
menyelamatkanmu dariku. Kau telah melihat kemarahanku sekali, berdoalah
kau tidak akan melihatnya lagi.”
Jalal
melihat reaksi Jodha sesaat kemudian ia berjalan keluar dari ruangan
tersbeut. Ekspresinya menunjukkan rasa sakit dan kemarahan. Dari
wajahnya tampak jelas bahwa ia terluka karena penolakan Jodha.
Jodha
tidak bisa mengerti apa yang diucapkan Jalal. Di satu sisi, ia meminta
maaf dan berjanji tidak akan menyentuhnya. Dan disisi lain ia
mengancamnya. Namun ia begitu lega saat mendengar bahwa Jalal tidak akan
menyentuhnya tanpa izin darinya. Namun ada kalimat yang menusuk
hatinya, “Kau bukanlah apa-apa dalam hidupku. Kau tidak lenih dari
sepotong dekorasi di istanaku.”
Setelah
Jalal benar-benar pergi, Moti masuk dan mulai menangis bahagia. Ia
memeluk Jodha dan memintanya bersabarm “Bagaimana kau mendapatkan luka
dipergelangan tanganmu? Apa yang terjadi semalam?”
Air
mata Jodha mengalir mengingat kejadian yang mengerikan semalam. Ia
menagtakan segalanya apda Moti, Bagaimana Jalal telah memaksanya, betapa
kerasnya Jalal menciumnya dengan paksa dan bagaimana Jalal menarik
pergelangan tangannya dengan kasar. Jodha sadar ia telah terlalu banyak
bicara. Ia berhenti dan kemudian meminta maaf, ia mengatakan bahwa ia
tidak mengingat apapun.
Moti juga merasakan takut dan menangis. Ia memeluk Jodha untuk memberinya ketenangan.
Moti
dengan nada rendah menjawab, “Jodha, aku sangat terkejut mendengar hal
ini. karena sepanjang malam Yang Mulia telah menjagamu. Setiap lima
menit, ia mengganti kain dan air dingin untuk menurunkan suhu badanmu.
Ia duduk disampingmu sepanjang malam dan tidak membiarkan orang lain
merawatmu. Ia tampak sangat mengkhawatirkanmu. Namun apa yang kau
katakan begitu berbeda, kata-kata kejam dan peringatannya. Aku jadi
bingung Jodha.”
Jodha
menghapus air mata Moti, “Aku juga sangat bingung denga perilakunya.
Kau tahu, saat aku tidak sadar, aku dapat mendengar perkataannya, namun
aku tidak mampu bergerak sendiri. Ia meminta maaf padaku dan berjanji
bahwa ia tidak akan menyentuhku tanpa izinku dan membelai wajahku dengan
kasih. Ia memegang tangunku begitu lama dan memberiku kenyamanan dan
jaminan bahwa ia akan melindungiku. Kemudian ia meminta maaf lagi dan
berjanji lagi saat aku kembali ke kesadaranku. Tapi kemudian, ia
mengancamku dan mengatakan kata-kata kejam.”
Dengan
lembut Moti berjata, “Jodha, aku dikir Yang Mulia peduli padamu. Untuk
apa lagi dia merawatmu secara pribadi selama sepanjang malam. Ia juga
meminta maaf atas perilakunya dan ia juga berjanji bahwa ia tidak akan
menyentuhmu keculi jika kau ingin.”
Jodha
mengentikan Moti dan berkata dengan nada keras, “Moti, dia tidak peduli
tentangku, sebenarnya ia merasa bersalah karena perilakunya sendiri.
Sebaliknya, dia adalah Jallad (decil). Aku membencinya. Aku tidak akan
pernah memaafkannya. Aku sangat membencinya. Aku tidak ingin melihat
wajahnya lagi.”
Setelah beberapa jam, Jalal mengirimkan makanan untuk Jodha dan meminta pelayan memastikan bahwa Jodha mau memakannya.
Jalal
berada didalam kamarnya. Ia kembali berfikir tentang mengapa ia begitu
mengkhawatirkan Jodha??? Mengapa ia ingin memastikan Jodha telah makan
atau tidak??? “Aku seorang Raha dan Aku tidak peduli pada siapaun.”
Ia
sendiri bingung dengan perilakunya sendiri. Semua fikiran egonya
melukainya lagi. ia kembali ke relitas dan mulai berfikir, “Aku tidak
bisa tunduk pada Jodha seperti ini. Aku harus menang. Aku harus
memberinya pelajaran. Dan aku harus menghentikan egonya. Dia perlu tahu
siapa aku.”
Pelayan membawa makanan untuk Jodha dan memintanya untuk makan sekarang. Jika tidak, maka Yang Mulia akan marah padanya.
Jodha terkejut mendengarnya, “Mengapa Yang Mulia mencoba bersikap baik padaku? Pasti ada sesuatu dalam pikirannya.”
Dengan
angkuh Jodha mengirim kembali makannya dan memerintahkan pelayan untuk
memberitahu Jalal bahwa ia akan makan setelah menyelesaikan doanya,
“Katakan pada Yang Mulia bahwa aku tidak membutuhkan bantuan apapun
darinya. Aku bisa memesan makanan untuk diriku sendiri.”
Jalal
menerima pesan dari Jodha dan ia sangat marah. Penolakannya kembali
menyakitinya. “Bagaimana ia berani melanggar perintahku, ia harus kuberi
pelajaran.”
Jalal
berjalan ke arah kemah Jodha dengan marah dan menatapnya dengan mata
merah kemudian berteriak, “Ratu Jodha, kau anggap apa diriku ini? Kau
terlalu arogan, sekarang saatnya kau belajar sopan santun. Aku akan
menghukum kalian karena tidak mentaati perintahku. Hari ini kau tidak
akan diizinkan untuk melakukan Pooja Khana (doa). Ini adalah hukumanmu
karena telah berani menentangku. Kau lebih mengkhawatirkan Pooja Khana
daripada perintahku. Sekarang kau akan tahu apa artinya Raja.”
Jalal
memanggil dan memberi perintah kepada Penjaga supaya mengawasi Jodha
dan memastikannya tidak melakukan Poojanya. Sebelum Jodha mengatakan
apapun, Jalal sudah berjalan keluar.
Ini
adalah hukuman terbesar bagi Jodha. Untuk pertama kalinya ia tidak akan
melakukan Pooha Khana. Jadi ia memutuskan untuk tidak makan atau minum
sampai melakukan poojanya.
Ada
Jasan besar di Agra untuk menyambut Jodha. Ini merupakan adat
pernikahan. Ratu Ruqaiya sangat senang karena Jalal sudah kembali ke
Agra setelah beberapa hari. Jalal telah menikah atau membawa seorang
wanita bukanlah hal yang baru baginya. Satu-satunya perbedaan saat ini
adalah, Jalal telah resmi menikah dengan Putri Rajput. Sesuai agama, ia
bisa menikah hanya 4 kali dalam hidupnya. Ruqaiya dan Jalal adalah teman
sejak kecil. Ruqaiya selalu mencintai Jalal, namun bagi Jalal, Ruqaiya
tak lebih dari sekedar sahabat, penasihat dan Istrinya kepala. Ia tidak
mencintainya, namun ia sangat penting dalam hidupnya. Ruqaiya
mengendalikan semua ratu dna selir dan memastikan semua kebutuhan mereka
terpenuhi. Ia sangat ahli dalam politik dan mengendalikan kekuasaan.
Jalal selalu membahas situasi sulit dengannya dan mengambil saran
darinya. Ruwaiya begitu terkejut saat tahu bahwa Jalal telah resmi
menikah dengan Putri Rajput tanpa bediskusi dulu dengannya.
Akhirnya setelah tiga hari dalam perjalanan yang melelahkan, mereka semua sampai di istana Agra di sore hari. Upacara penyambutan untuk Jodha sangat besar. Istana didekorasi dengan indah, musik pembuka mengalun, dan sekelompok Ratu Harem datang untuk melihat Jodha.
Jodha dan Jalal mendapat berkat dari orang tua untuk pernikahan mereka. Jodha melakukan beberapa upacara Griha Pravesh nya yang membuat Jalal dan Mahamanga kesal. Namun karena Jalal sudah sepakat dnegan syarat pernikahan, ia tidak mengatakan apa-apa.
Jodha merasa terlalu lelah, ia ingin beristirahat karena ia tidak makan apa-apa selama 4 hari. Ia adalah sangat depresi dan sedih karena ia tidak mampu melakukan doa Khana di hari ini.
Jalal merahasiakan kondisi kesehatan Jodha dari semua orang, karena ia telah bersalah. Ketika Hamidah melepas Ghoonghat Jodha, ia terkejut melihat wajahnya. Ia juga memperhatikan perban pada tangannya. Ia menempatkan cadarnya (ghoonghat) kembali dan memberitahu semua orang bahwa Ratu Jodha perlu istirahat.
Hamida tahu ada sesuatu yang tidak benar. Sesuatu yang terjadi di jalan. Ia memandang Jalal dengan marah dan tanda tanya di wajahnya. Jalal tidak mampu melihat matanya... Melihat rasa bersalah di matanya, Hamidah memutuskan untuk membawa Jodha ke Istananya.
Hamida membelai kepala Jodha dengan akung, "Jodha, Apakah kau baik-baik saja??? Apakah semuanya baik-baik saja?"
Jodha tidak bisa menahan lagi, ia mulai menangis seperti seorang anak kecil... Hamida memeluknya dengan cinta dan berkata "Aku seperti ibumu, jangan khawatir Jodha, aku akan selalu disisimu. Jangan pernah merasa bahwa kau sendirian disini. Kapan saja kau merasa sedih atau butuh sesuatu, datanglah padaku anakku."
Setelah jeda singkat Hamida melanjutkan ucapannya, "Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Jalal padamu, tetapi biarkan aku memberitahumu sesuatu. Anakku bukanlah orang yang benar-benar mengerikan. Ia kehilangan ayahnya diusia yang sangat muda dan kemuian ia harus menjadi Raja diusia yang sangat muda. Hari demi hari ia menjadi seperti batu. Ia telah melalui banyak kesulitan dan banyak pengkhianatan telah mengubah ia menjadi orang tak berperasaan. Tetapi aku berharap bahwa suatu hari kau akan membawa Jalalku kembali. Kau adalah orang yang hati yang tulus dan suci. Kau tidak ingin apa-apa dari Jalal, semua orang disekitarnya menginginkan sesuatu darinya. Aku yakin suatu hari ia akan menyadari ketulusanmu."
Hamida memeluk Jodha lagi dan mencium dahinya dan berkata "Tuhan memberkatimu, anakku!"
Hamida menyerahkan perhiasan dan pakaian untuk Jashan yang dipilih langsung oleh Jalal khusus untuk Jodha dan mengatakan kepadanya bahwa banyak orang penting yang datang hari ini untuk menghadiri Jashan ini jadi istirahatlah sekarang dan bersiap-siap dalam tiga jam untuk Jashan ini.
Jodha berterima kasih kepada Hamida, ia merasa lebih damai setelah berbicara dengannya.
Seperti biasanya, pertama kali Jalal pergi untuk menemui Ruqaiya. Ruqaiya adalah sangat senang melihat Jalal hingga air matanya keluar. Ia memeluk Jalal dengan gairah dan cinta tapi entah bagaimana Jalal masih hilang dan tidak bisa merespon dengan cara yang sama. Ada sesuatu yang mengganggunya. Namun tiba-tiba ia menyadari apa yang ia lakukan dan memeluk Ruqaiya dengan gairah yang sama dan bertanya dengan kasih, "Bagaimana kabarmu sayangku? Kau sangat cantik seperti biasa."
Ruqaiya langsung tahu ada sesuatu yang berbeda dengan Jalal. Ia bercanda mengatakan bahwa "Kau terlihat seperti manusia yang berbeda Jalal.”
Jalal membentak, "Ruqaiya, harap tidak menggangguku, itu tidak seperti itu, hanya aku terlalu lelah."
Ia bertanya dengan serius "Jalal, apa yang terjadi, Kau tidak terlihat senang melihatku. Apakah kau baik-baik saja? Apakah segalanya baik?"
Jalal menjawab, “Itu hanya karena aku kehilangan sahabatku, tidak ada yang lain."
Mereka berbicara tentang segala sesuatu, tetapi tidak tentang Jodha. Ia tidak mau bicara tentang Jodha dengan Ruqaiya tapi bahkan ia tidak tahu mengapa ia bertindak seperti ini dan menyembunyikan tentang Jodha. Ia selalu berbagi segalanya dengan Ruqaiya.
Jalal sekarang sedang bersiap-siap untuk Jasahn tetapi hatinya tidak damai, ia tahu ia telah menghukum Jodha dengan berat, ia tahu seberapa religiusnya Jodha dan ia berhenti dari melakukan doanya sehari-hari. Ia menyadari bahwa itu benar-benar hukuman yang sangat besar untuk Jodha tapi ia begitu marah pada waktu itu dan apapun yang datang dalam pikirannya maka dengan itu ia menghukum Jodha.
Jalal pergi ke ruangan Jodha untuk berbicara dengannya. Moti yang melihat Jalal ia segera berjalan keluar dari kamar. Jodha tidak tahu bahwa Jalal berada di kamar. Mata Jalal melihat pakaian tas Jodha yang terbuka. Kulitnya yang bersih membuat Jalal terpesona padanya.
Jodha sedikit berteriak, "Moti, dimana kau???
Jalal lembut menjawab "Moti sedang pergi."
Jodha menyadari kehadiran Jalal didalam kamarnya, ia berbalik untuk melihatnya, dan pada saat yang sama ia menyadari ia belum mengenakan chunninya. Ia segera mengambil chunni dan menutupi dirinya.
Melihat ekspresi wajah Jodha Jalal tersenyum padanya dan bertanya, "Mau aku bantu memasang dorimu Ratu Jodha?"
Jodha memandangnya dan menjawab "Beraninya kau datang ke ruanganku."
Jalal menjawab serius, "Ratu Jodha, pertama-tama, ingat... Aku tidak suka kata berani, kau dan Amermu sudah melihat aku berani. Dan kedua, Apakah kau mengatakan 'beranininya aku datang ke kamarmu' kemudian dengarkan, Aku bisa datang ke kamarmu kapan saja aku ingin. Mungkin kau lupa bahwa aku adalah suamimu. Meskipun aku telah berjanji untuk tidak menyentuhmu, tapi aku bisa datang kesini setiap kali aku ingin dan kau tidak bisa menghentikanku."
Jodha kesal, kemudian ia mengambil chunni nya dan masuk ke ruangan lain.
Jalal tersenyum melihat kemarahan Jodha, ia menunggunya di diwan.
Jodha bersiap-siap dan keluar...
Melihat Jodha Jalal berkata, “Ya Allah! khuda telah menciptakanmu dengan banyak kesabaran.”
Jalal menatapnya sambil berkata, "Mari kita pergi Ratu Jodha."
Semua orang datang ke daerah Jashan dan sekarang sedang menunggu beberapa orang untuk datang. Pengumuman keras dibuat. Jalal dan Jodha memasuki aula besar yang mana Jashan ini diselenggarakan, semua orang bangkit dari kursi mereka untuk menghormati pasangan baru ini.
Jodha menutupi dirinya dengan ghoonghat. Mereka berdua duduk bersebelahan. Itu adalah kursi yang kecil untuk dua orang. Jodha merasa tidak nyaman dan ragu-ragu duduk di dekat Jalal.
Tiba-tiba, Jalal bangkit dari kursinya dan melepas cadarnya (Ghoonghat) dan mengatakan bahwa kita tidak memiliki kustom untuk para ratu dengan menempatkan kerudung panjang. Dan hari ini, semua orang disini untuk melihatmu, sehingga kau tidak perlu menutupi wajahmu.
Jodha merasa malu dihadapan semua orang. Ia menurunkan matanya. Ruqaiya terkejut melihat perbahan sikap Jalal. Ia tidak pernah masuk dalam pengadilan atau Jashan dengan salah satu Ratunya. Ia bahkan juga melepas cadar Jodha didepan semua orang yang tidak hanya Ruqaiya yang terkejut, melainkan semua orang di aula.
Satu per satu, semua orang memberikan banyak berkah untuk pasangan ini. Ruqaiya juga datang untuk mendoakan Jodha dan Jalal. Melihat Ruqaiya, Jalal bangkit dari kursinya dan memperkenalkan Ruqaiya kepada Jodha dan mengatakan kepada Jodha bahwa ia adalah Ratu Kepala, “Kau perlu belajar dariya semua peraturan untuk para ratu.”
Dengan sinis Jodha menjawab, "Pasti, aku akan mencoba yang terbaik untuk memenuhi tugasku sebagai Istri Yang Mulia."
Ruqaiya memiliki begitu banyak pertanyaan dalam pikirannya tentang Jodha dan ia melirik Jalal dengan semua pertanyaan yang menyelimutinya?
Jalal menatapnya dengan isyarat bahwa ia akan menjawab pertanyaannya segera?
Tiba waktunya untuk upacara terakhir, manis asing. Pengumuman dibuat oleh Maulvis, Ratu Jodha akan memberi makan Badshah Jalaludin Mohamad.
Jodha mengambil manis dari piring dan perlahan-lahan menyuapkannya pada Jalal.
Jalal memegang tangan Jodha dan memakan seluruh potongannya sambil terus menatapnya. Semua orang bertepuk tangan dan memberkati pasangan. Kemudian pengumuman lain, “Yang Mulia akan menyuapi ratunya sekarang.”
Setelah mendengar pengumuman ini, Jodha terkejut dan khawatir, ia dalam kondisi berpuasa dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tahu jika ia menolak sekarang, Jalal akan benar-benar marah padanya dan menghinanya di depan begitu banyak orang dan akan menghukumnya lebih tetapi untuk agama dan kepercayaan adalah yang utama baginya. Ia memutuskan untuk melawan dirinya sendiri.
Jodha mengatakan dalam nada yang sangat rendah, "Yang Mulia, aku tidak bisa makan manis."
Jalal menatapnya dengan kemarahan dan memberitahunya, "Kau jangan berani menghinaku. Lebih baik kau bersandiwara didepan banyak orang. Jika tidak, kau akan sangat menyesal atas tindakanmu."
Jodha dengan nada panik menjawab, "Yang Mulia, Kau dapat membunuhku tapi aku tidak mau makan, apapun yang terjadi. Kau telah menghukumku, tidak melakukan puja Kresna hari ini dan aku tidak makan apa-apa tanpa doa. Jadi aku tidak bisa makan hari ini. Lakukan apapun yang kau ingin lakukan. Aku siap untuk semua konsekuensinya." Jalal menatap Jodha dengan kemarahan.
Kemarahan Jalal memuncak, ia mengepalkan tangannya dengan kuat untuk mengontrol amarahnya.
Semua orang menunggu Jalal memberika makan Jodha. Jalal bangkit dari kursinya dan memanggil Ruqaiya jenuian diberi makan manis. Semua orang terkejut melihat hal ini.
Jalal melihat ke sekeliling dan berkata, “Tidak peduli berapa kali aku menikah, istri pertamaku layak mendapatkan makanan manis ini.”
Kemuian ia mengumumkan dengan keras bahwa Jashan telah selesai. Jalal kembali menatap Jodha dengan kemarahan dan pandangan yang tajam. Ia berkata dengan nada tebal, “Ratu Jodha, mari kita pergi, Jashan selesai.”
Melihat wajah marahnya, Jodha menggigil ketakutan saat berjalan bersamanya. Mereka berdua saling iam sambil menuju tempat Jodha. Jalal berjalan dengan cepat dan Jodha mencoba mengejar ketinggalannya, tetapi karena berpuasa, ia merasa lemah dan seperti ia akan pingsan. Dengan nada lemah ia berkata, “Yang Mulia” dan ia pun kehilangan kesadarannya.
Jodha hampir terjatuh namun Jalal berhasil menangkapnya tepat waktu dan berteriak keras "Jodhaaa!" Ia membawanya ke kamar dan mengatakan kepada pelayan untuk memanggil Hakima. Jalal memercikkan air di wajah Jodha. Ia kembali sadar dan membuka matanya dan melihat Jalal dengan wajah sangat khawatir, memegang tangannya. Jodha menarik tangannya dari tangan Jalal.
Jalal bertanya dengan perhatian, "Ratu Jodha, apa yang kau rasakan sekarang? Kau perlu minum air dan makan sesuatu, mengapa kau menghukum diri sendiri? kau sudah tidak makan apa-apa selama 4 hari."
Jodha terkejut mendengar keprihatinan Jalal padanya. Ia tertawa sinis, "Oh... Yang Mulia tak berperasaan khawatir untuk ratunya. Jangan khawatir, aku tidak akan mati dengan mudah. kau akan mendapatkan cukup kesempatan untuk membalas dendammu.”
Jalal menyadari bahwa ia menunjukkan perhatiannya, jadi untuk menutup-nutupi kecemasannya ia menjawab, "Ratu Jodha, aku hanya mengikuti tugasku, aku sangat tahu tentang tanggung jawabku, jika hal tersebut telah terjadi ke salah satu ratuku, maka aku akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan untukmu. Aku tahu kau Putri Rajput dan tidak akan mati begitu mudah. Sayangnya kau harus menanggung bebanmu dalam waktu yang lama.”
Sampai kemudian Hakima datang dan Jalal bangun dari tempat tidur dan menunggu Hakima memeriksa Jodha.
Jalal menanyakan keadaan Jodha.
Hakima berkata dengan tenang, "Yang Mulia, tidak perlu khawatir, Ratu Jodha baik-baik saja tapi sangat lemah. Ia perlu segera makan sesuatu."
Jalal tahu ia tidak akan makan sampai ia melakukan doanya di pagi hari. Itu sangat terlambat dan Jalal tidak ingin mengirim kembali ke ruangannya malam ini. Jalal menjawab "Hakima Sahiba, terima kasih, aku akan merawatnya malam ini."
Translate by ChusNiAnTi