Jalal hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ternyata ia beradu pedang dengan seorang wanita. Penonton juga sangat terkejut mengetahui bahwa ada seorang wanita, ikut dalam pertandingan pedang. Wanita dilarang ikut dalam pertandingan ini. Jalal menebarkan pandangannya pada penonton. Ia ingin melihat reaksi mereka.
Jodha sangat takut. Untung saja, ketika ia terjerembab ke tanah, ia memebelakangi penonton dan Jalal. Rambut indah berkilau panjang menutupi punggung dan wajahnya. Jalal begitu terkesima. Ia tak bisa menahan diri untuk melihat wajah pemilih rambut indah itu. namun sebelum ia mendapat kesempatan, Jodha dengan cepat telah menutup wajahnya dan melompat keluar arena pertandingan.
Tanpa pikir panjang, Jalal pun segera keluar dari area pertandingan dan membuntutinya. Tampaknya Jodha tak menyadari bahwa ia sedang diikuti. Ia masih didera ketakutan. Sambil terengah-engah keras, ia berjalan selama sekitar dua puluh menit kemuian berlari melalui sekelompok pohon, dan keluar menuju sisi belakang kuil dekat sungai kecil yang indah dan sepi.
Sore itu begitu cerah, angin sepoi-sepoi membuat suasana yang menyenangkan. Keheningan yang mendalam di sekitarnya, suara merdu kicau burung terdengar jelas. Air terjun yang indah dan gemericik sungai menambah indahnya suasana.
Ia berjalan menyisiri sungai, menuju sebuah batu besar. Dan menengok ke kanan dan ke kiri mencari Moti, namun ia datang terlalu cepat dari perjanjian mereka.
Mata indah itu masih saja memancarkan rasa ketakutan. Dahinya yang halus terlihat menegang. Ia takut ada yang mengenali wajahnya, dan orang akan tahu bahwa ia telah melanggar aturan lagi. Melanggar aturan adalah salah satu rutinitas hidupnya. Ia tak mau terkungkung aturan, yang dibuat oleh kerajaan ayahnya. Ia suka menerobos penjagaan dan pergi berpetualang. Namun rasa takut itu selalu saja menghantuinya. Ia berkata pada dirinya sendiri "Terima kasih Kana, Kau telah menyelamatkanku dari hukuman ayah ibuku. Aku akan membuat hungama besar."
Ia menghela napas dalam-dalam sambil membuka penutup wajahnya. Saat rasa takut itu mulai reda, ingatannya kembali pada pertandingan pedang barusan. Sambil memperbaiki rambutnya yang panjang berkilau, ia berpikir tentang orang yang hampir mengalahkannya. Dengan sedikit menyeringai, ia berkata pada dirinya sendiri, "Akhirnya setelah lima tahun tak terkalahkan, ada juga yang bisa mengalahkanku". "Siapa ia", gumamnya. "Saat kulihat matanya, aku menggigil seperti disambar petir. Saat bertarung, terkadang ia sengaja tak mengenaiku. Ia sengaja mengujiku. Serangannya begitu tajan dan pertahannya terlihat lucu. Aku belum pernah melihat cara bermain pedang seperti itu. Melihat cahaya di wajahnya dan kepribaian yang luar biasa, ia pasti seorang Raja atau Pangeran. Tenamun jika ia adalah seorang raja atau pangeran Rajvashi, lalu kenapa aku tak kenal ia. Aku mengenal dekat hampir semua raja Rajvanshi dan pangerannya. Entahlah, namun aku tak lebih rendah dari siapapun. Aku seorang putri dari Amer. Sambil menunggu Moti, ia duduk di atas batu dan tenggelam dalam lamunannya. Ia tak tahu bahwa Jalal mengawasinya dari balik pepohonan.
Jalal masih mencoba untuk melihat wajahnya. Ia hanya mampu melihatnya dari sisi belakang. Jalal sangat terkejut dan benar-benar terkesan dengan keterampilan pedangnya. Ia berkata pada dirinya sendiri, siapa pun gadis ini, namun ia satu-satunya yang bisa bertarung dengannya lebih dari sepuluh menit. Memang aku sengaja menguji kemampuannya. Namun kelincahannya, gerakannya, kecepatan, dan serangan tajamnya, sangat mengesankan. Biasanya, prajutir tak akan mampu menghadapiku lebih dari dua menit. Namun ia mampu mengimbangiku sampai sepuluh menit. Siapa pun kau, kau telah mebuat Raja Jalalludin Muhammad terkesan. Luar biasa juga, kau segera menyelinap pergi sebelum semua orang menyadarinya.
Jalal begitu terpesona oleh Jodha dengan keterampilan pedangnya. Ia terlihat kuat dan percaya diri.
Jalal tidak sabar untuk melihatnya, rasa ingin tahunya bertambah setiap detik. Akhirnya ia memutuskan untuk melihatnya dari dekat. Ia perlahan-lahan berjalan ke arahnya, kemudian berhenti di dekatnya.
"Jadi, kau telah menerima kekalahanmu dan melarikan diri dari pertandingan?". Lalu dengan bangga berkata lagi, "Tak ada yang bisa mengalahkanku dalam pertarungan pedang."
Jodha tersadar dari lamunannya. Ia segera berbalik dengan pedangnya dan meletakkannya di leher Jalal. Satu menit hatinya tercekat, melihat tampilan yang mengesankan kerajaan kemuian ia berkata dengan angkuh "Kau bukan raja atau pangeran Rajvanshi, katakan kau raja dari mana.".
Jalal lupa untuk bernapas. Jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik. Ketika melihatnya untuk pertama kali, ia telah benar-benar jatuh cinta padanya. "Wow..." Ia begitu cantik dan polos. Matanya menghunjam, tajam namun lembut. Wajahnya begitu jelita, tubuhnya semampai, cantik berwibawa, kulitnya lembut dan bersih. Dari lima ribu ratu dan selir, tak akan ada yang bisa menandingi kecantikan dan keberaniannya. Ia benar-benar tenggelan dalam khayalan. Lupa dengan pedang di lehernya. ia menatap wajah polos itu tanpa berkedip. Ditatapan terus menerus, membuatnya tidak nyaman dan jengkel. Seringaian laki-laki itu membuatnya lebih marah lagi.
Dengan nada kasar dan marah, Jodha menghardik, "Berhenti menatapku..."
Tanpa membalas tatapan itu Jalal malah bertanya, "Siapa kau?"
Jodha mengajukan pertanyaan yang sama dengan nada sangat marah dan kesal, "Siapa kau dan mengapa kau mengikutiku?".
Jalal tersadar dari pikatan kecantikannya dan kembali pada akal sehatnya. Sambil menyeringai, ia menjawab, "Sepertinya kau ingin membunuhku tanpa perlawanan."
Jodha akhirnya agak mundur dan melepaskan pedang dari leher laki-laki didepannya itu. Ia bersikeras meminta Jalal menjawab pertanyaannya.
Jalal menyeringai sinis dan dengan nada membingungkan menjawab, "Aku adalah raja Hindustan dan aku mengikutimu karena kau telah memikatku dengan kecantikan dan keberanianmu. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku darimu."
Tiba-tiba Jodha mulai tertawa dan mengejek, "Raja Hindustan...? Jadi kau Jalaludddin Mohammad? Kau tirani yang kejam dan mata keranjang. Kau tak perlu pamer padaku. Apakah kau pernah melihat dirimu sendiri di cermin. Namun kau tak tampak sebagai orang Mughal. Jika aku yakin kau orang Mughal, pedangku tak akan berhenti di lehermu. Jodha mulai tertawa keras dan berkata, Jalal tak akan berani untuk menapakkan kakinya di Amer. Mendengar pendapatnya tentang Mughal, Jalal lagi-lagi tertawa. Ia benar-benar terpesona dengan kecantikannya.
Setelah beberapa saat, dengan sinis ia bertanya "Oh begitukah! Kau kira, Jalal tak akan berani pergi ke Amer?"
Jodha dengan polos namun penuh kebanggaan, menjawab "Ia bahkan tak akan berani untuk berpikir datang ke Amer. Aku telah membunuh sepuluh tentara Jalal sendirian saja. Jika Jodha, putri dari Amer mampu membunuh sepuluh tentaranya sendiri, apa yang akan terjadi padanya jika seluruh tentara Amer menyerangnya? Ia tampak begitu puas dengan dirinya sendiri dan berapi-api saat menjawab Jalal.
"Oh. Jadi kau seorang putri Jodha!" Jalal menyeringai lagi.
Jodha menyadari bahwa ia telah berbicara dengan orang asing dan mengungkapkan rahasia bahwa ia adalah seorang putri. Tiba-tiba wajahnya berubah pucat.
Melihat wajah khawatir nya, Jalal mengejek berkata "Jadi putri Jodha. Bagaimana jika Raja Bharmal datang dan tahu bahwa kau ikut ambil bagian dalam pertandingan pedang..."
Jodha dengan kalut menjawab "Oh, jadi secara tidak langsung kau mengancamku." Ia menyipitkan matanya ke arahnya dan berkata "Dengar, siapapun kau. Buka telinga dan pikiran bodohmu, Jodha adalah putri yang tak kenal takut. Tak ada seseorang dapat mengekangnya. Dan satu saran untukmu. Jika kau mencintai hidupmu maka, jangan pernah bercanda dengan mengaku-ngaku sebagai rakasa Mughal di Amer. Mulut besarmu bisa menyebabkan hilangnya nyawamu. "
Jalal memandang putri yang polos dan sombong ini. Kata-kata kejam yang tajam untuk Mughal, langsung memukul harga dirinya. Pertama kali ia diuji pahit dan manis bersama-sama. Darah Mughal-nya mendidih dengan kata-katanya. Ingin rasanya ia tunjukkan, apa yang bisa dilakukan seorang Mughal. ia mengepalkan tinjunya untuk mengontrol kemarahannya. Ia berusaha meredam kemarahannya. Kata-kata Jodha akan menyakitinya seumur hidup. Kata-kata itu akan membuatnya rendah diri selama ia belum melupakan Amer. Dalam hatinya Jalal berkata, suatu saat nanti Jodha harus merasakan akibat pahit dari kesombongannya. Suatu hari nanti kau akan membungkuk dan memijat kakiku. Jalal tak akan membiarkanmu melupakan hari itu.
Sekali lagi tatapan misterius tanpa henti Jalal membuatnya tidak nyaman. Sambil marah Jodha berkata "Berhenti menatapku seakan kau tak pernah melihat wanita sebelumnya." Dalam nada sombong ia bertanya" Siapa kau? "
Jalal tiba-tiba menyadari bahwa ia telah mengirim Abdul untuk misi yang sangat berbahaya. Yaitu untuk mengetahui lebih lanjut tentang rahasia Amer. Dan ia benar-benar lupa, ia harus menemuinya segera. Kalau tidak, sia akan tertangkap oleh tentara Amer. Ia tidak ingin meninggalkan putri cantik sombong ini namun ia tidak punya pilihan.
Ia mendekatkan wajahnya ke Jodha dan sambil menggoda ia berbisik "Putri Jodha, aku telah melihat ribuan wanita, namun tak satupun dari mereka sepertimu. Sepertinya kau telah mengucapkan mantra sihir pada aku, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. "
Jodha gagal mencoba menutupi ia tersipu dengan marah, kemuian bertanya dalam suara tertahan "Berhenti menggodaku dan jawablah aku siapa kau?"
Jalal menyeringai penuh gairah melihat wajah kesal itu dan berkata dengan nada misterius "Putri Jodha. Aku akan datang kembali untuk mendapatkanmu dengan cara apapun. Dan kau akan segera mengetahui siapa aku sebenarnya."
Sebelum Jodha bisa mengatakan apa-apa Jalal sudah berjalan pergi dengan senyum yang mengkhawatirkan di wajahnya. Ia berkata pada dirinya sendiri "ufff.. Ia pikir ia itu siapa. Berani-beraninya ia berkata begitu." Saat itu, ia memutuskan untuk tidak peduli dengan apa yang barusan terjadi.
Jodha terkejut melihat ia berjalan keluar dari sana. Siapa ia? Ia benar-benar jatuh cinta dengan sikapnya mendominasi kuat, berani, wajahnya yang cerah, dan kepribaian yang menarik. Ia menggerutu ia pasti seorang raja Kerajaan Rajvansh.