Dong Ha terhenyak saat tahu bahwa jantung Soo Jung ternyata kini milik Bom Yi. Ia semakin terhenyak saat Dong Ha mengatakan bahwa pertemuannya dengan Bom Yi bukan karena takdir melainkan karena jantung Soo Jung yang kini ada didalam tubuh Bom Yi.
Setelah Dong Wook pergi, Dong Ha terus minum sambil mengingat kenangannya bersama Bom Yi yang tampak seperti Soo Jung. Sampai perjalanan pulang pun ia masih mengingatnya, bahkan belaian Bom Yi yang terasa sama dengan belaian Soo Jung. Ia sampai tidak menyadari bahwa lampu penyeberangan jalan sudah berganti.
Bom Yi bermimpi membelai rambut Dong Ha yang sedang menangis di tangga rumah sakit. Bahkan sampai bangun pun posisi tangaannya masih seperti sedang membelai kepala seseorang. Bom Yi bingung dengan maksud mimpinya. Ia kemudian menatap gelang ditangannya yang tak lain adalah gelang Soo Jung dulu.
Episode 7
Ba Da terus merengek apa ayahnya sakit karena dirinya. Ia berjanji akan memakan makanan yang bergizi sesuai keinginan ayahnya asalkan ayahnya memaafkannya. Ba Da sampai menolak ajakan Poo Reum untuk keluar dan tak mengganggu ayahnya.
Dong Ha membuka matanya dan mengatakan dengan suara yang lemah bahwa ia baik-baik saja. Ia meminta Poo Reum membawa Ba Da dan mengajaknya pergi sekolah.
Ji Won menatap Dong Wook yang tampak kelelahan. Ia menatapnya dengan sedih, ia masih mencintai Dong Wook dengan tulus, namun ia tak mampu mengungkapkan yang sebenarnya.
Dong Wook meminta Ji Won untuk tak membangunkannya, ia hanya ingin istirahat. Ji Won membuka makanan yang dibawanya dan menyuruh Dong Wook makan, karena hari ini Dong Wook harus melakukan 3 operasi.
Keringat dingin terus mengalir diwajah Dong Ha. Tubuhnya begitu lemas hingga ia tak mampu menerima panggilan dari Dong Wook.
Poo Reum membujuk Ba Da supaya segera sarapan dan berangkat sekolah. Ba Da menolaknya, karena Poo Reum saja tidak mau makan. Poo Reum mendekati Ba Da dan menyuapinya. Ba Da tetap tak mau makan, ia takut jika ayahnya akan meninggalkan mereka seperti ibunya. Poo Reum meminta Ba Da tak sembarangan bicara. Ia yakin ayahnya akan tetap hidup bersama mereka.
Poo Reum beranjak dari duduknya. Ba Da memintanya untuk tak meninggalkannya. Poo Reum mengatakan bahwa ia hanya ingin ke kamar mandi.
Poo Reum menangis didalam kamar mandi. Ia sengaja menjauh, supaya Ba Da tak melihatnya sedang menangis. Ia hendak menghubungi neneknya, namun teringat bahwa neneknya sedang berlibur di Pulau Udo yang telah lama tidak dikunjungi neneknya. Ia kemudian menghubungi Dong Wook, namun Dong Wook tak mengangkat ponselnya.
Poo Reum akhirnya menghubungi Bom Yi dan memintanya segera datang ke rumah karena ayahnya sakit. Ia semakin takut karena Ba Da terus mengatakan yang tidak-tidak.
Bom Yi langsung menuju rumah Dong Ha dengan cemas. Ia mencoba tersenyum saat melihat anak-anak Dong Ha sedang mnunggunya diluar. Ba Da langsung berlari ke arah Bom Yi dan memeluknya.
Bom Yi pergi kekamar Dong Ha dengan perlahan. Ia duduk disampin Dong Ha yang sedang tertidur. Ia mengecek suhu Dong Ha dengan menyentuh kening Dong Ha dan menyentuh keningnya. Ia mengelap keringat Dong Ha dan membelai rambut Dong Ha.
Dong Ha membuka matanya saat mendengar suara Bom Yi yang sebelumnya ia fikir adalah Soo Jung.
Dong Ha menanyakan bagaimana bisa Bom Yi ada dirumahnya. Bom Yi tak menjawabnya dan justru mengatakan bahwa anak-anak sedang sarapan dan tak memungkinkan untuk sekolah karena sudah kesiangan.
Karena desakan Dong Ha, akhirnya ia mengatakan bahwa ia kesana karena Poo Reum menghubunginya. Namun alasan utama adalah karena semalam ia bermimpi Dong Ha sedang menangis dan ia merasa khawatir. Setelah Poo Reum menghubunginya, ia langsung datang.
Dong Ha berteriak dan meminta Bom Yi tak mengkhawatirkan orang lain. Ia fikir bahwa Bom Yi hanya kasihan padanya dan anak-anaknya karean tak memiliki istri dan ibu.
Bom Yi balas membentak, “Anak-anak yang memintaku, bagaimana aku tega mengabaikannya? Bahkan jika ada orang lain yang menolongku, aku tidak bisa menagbaikannya. Lagi pula aku ini bukan orang lain. Kalau kau benci aku disini, maka cepatlah sembuh. Sebagai seorang ayah, kau harus mengurus anakmu.”
Bom Yi keluar dan melihat Poo Reum yang menenangkan Ba Da dan sangat berharap padanya (Bom Yi) untuk kesembuhan Dong Ha.
Bom Yi membuatkan sup dan meminta Ba Da dan Poo Reum mengucapkan harapan mereka. Bom Yi juga mengucapkan harapannya supaya Dong Ha baik-baik saja sehingga Ba Da dan Poo Reum tidak merasa khawatir. Ia seolah-olah menuangkan harapan itu dalam bubur yang dibuatnya. Dan hal itu tentu tak lepas dari pengamatan Dong Ha.
Poo Reum membawakan bubur ke kamar ayahnya. Ia hendak emlangkah pergi namun Dong Ha menghentikannya. Ia menanyakan mengapa Poo Reum justru menghubungi Bom Yi bukannya neneknya atau Dong Wook. Ia meminta Poo Reum untuk tak menganggap Bom Yi sebagai ibunya.
Namun Poo Reum tak bisa menyembunyikan keinginnanya, Ia sangat sosok seorang ibu, “Ibu meninggal ketika umurku 7 tahun. Sampai sekarang, aku menjaga Ba Da seperti yang ibu lakukan padaku. Ba Da akan segera berumur 8 tahun. Aku tidak tahu bagaimana cara menjaganya ketika memasuki umur 8 tahun. Oennie bilang supaya membuat permohonan saat membuat sup. Kau tahu apa permohonanku? Hanya satu hari saja... Tidak, hanya satu jam saja... aku berharap agar punya ibu. Aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku hanya berbicara melalui telpon. Jadi aku bertanya apa saja yang harus aku lakukan.”
Poo Reum langsung memeluk ayahnya dan menangis dalam pelukannya, “Aku tidak akan menelponnya lagi. Aku tidak akan pernah menelponnya... Karena itu, jangan sakit lagi Ayah. Aku sangat takut Ayah.” Dong Ha mengelus pundak Poo Reum berharap Poo Reum dapat segera tenang.
Bom Yi membuat Pot bunga milik Poo Reum dan Ba Da, “Bayangkan pot bungan ini dalam pikiran kalian... dan tumbuh subur. Siram potnya, agar kalian tidak merasa sakit. Kalian harus menjaga ini, jadi kalian tidak akan merasa sedih dan kesepian.” Dong Ha melihat apa yang mereka lakukan dari kejauhan.
Bom Yi menyuruh mereka berdua cuci tangan. Saat berbalik, ia melihat kehadiran Dong Ha dan ia langsung mengacuhkannya. Bom Yi menghampiri Ba Da dan Poo Reum kemudian mereka bermain air bersama. Dong Ha terus memperhatikan mereka yang tampak bahagia.
Dong Ha pergi ke kamarnya dan memakan bubur buatan Bom Yi. Ia tersenyum dan menatap foto Soo Jung. Ia akan mengabulkan permintaan Poo Reum yang sangat ingin memiliki ibu meskipun hanya satu jam bahkan satu hari sekalipun.
Dong Ha mengantarkan Bom Yi keluar. Kemudian ia menghentikan Bom Yi karena ada yang ingin ia bicarakan. Mereka berdua lama terdiam dan Bom Yi menanyakan apa yang ingin Dong Ha bicarakan. Dong Ha akhirnya membuka mulutnya, “Aku minta maaf karena memarahimu, tanpa tahu alasannya. Aku sangat berterima kasih karena kau baik padaku dan anak-anak.”
Dong Ha kini tahu bahwa Bom Yi pernah menjalani transplantasi jantung. Ia juga tahu bahwa Bom Yi melakukan semua ini karean merasa bersalah kepada orang yang telah mendonorkan jantungnya. Bom Yi membenarkan pernyataan Dong Ha, namun sampai kapanpun ia tidak dapat membayar jasa orang tesebut. Orang itu telah kehilangan kehidupannya, harapannya, dan jika ia telah berkeluarga, ia telah berpisah dengan anaknya.
Dong Ha menyangkal ucapan Bom Yi, “Mereka pasti sudah senang jika kau hidup sehat seperti ini. Hidup dengan indah... dan ceria. Kurasa jantung itu... adalah hadiah untukmu, Bom Yi. Bom Yi, kau orang yang sangat baik. Kau juga sangat hangat. Kau sangat lemah lembut dan hangat, bahkan kepada orang asing. Kau membawa Poo Reum kembali pada kami. Dan kami sangat berterima kasih untuk itu. Karena Poo Reum... merupakan hadiah yang sangat berharga untuk kami. Jantung ini... merupakan hadiah untukmu. Karena kau sudah banyak melakukan hal baik. Aku tidak ingin kau berfikir ini adalah hutang. Karena itu sudah terbayar.”
Dong Ha menyeka air mata Bom Yi yang mengalir. Kemudian ia menyentuh dada Bom Yi, “Jantung ini... Bukan miliknya lagi. Ini sekarang milikmu Bom Yi.” Bom Yi tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Komentar:
Ucapan Dong Ha mungkin saja sebagai perantara bahwa jantung yang Soo Jung berikan pada Bom Yi, merupakan keinginan Soo Jung yang ingin membalas kebaikan Bom Yi setelah menemukan anaknya (Poo Reum).
Mewek saat melihat Poo Reum menangis. Harapannya yang tulus ingin memiliki seorang Ibu. Betapa tegarnya ia selama ini setelah kehilangan ibunya dan harus mengurus adiknya. Setiap anak pasti menginginkan sosok Ibu disampingnya saat jauh dengan Ibu. Betapa besarnya jasa orang tua dan kasih sayangnya, perhatiannya, ketulusannya. Mungkin kita jengkel jika mendapat omelan dari mereka, tapi mereka melakukan hal itu karena sayang mereka pada kita. Orang tua memperingatkan kita, mendidik kita, mengasihi kita dengan cara yang berbeda-beda. Kita terkadang tak sadar telah menyakiti perasaan mereka dengan ucapan mereka, dan mungkin kita juga tak sadar telah melalaikan tugas kita sebagai seorang anak. Kita akan tersadar saat orang tua sudah jauh dari kita dan meninggalkan kita. Kita akan merasakan betapa besarnya perjuangan orang tua setelah kita berkeluarga dan memiliki anak. Bagaimana beratnya membesarkan anak. Betapa besar jasa-jasa yang mereka lakukan untuk kita. Untuk itu, selagi orang tua masih ada disamping kita, kita harus menyayangi mereka dan menuruti perintah mereka selama perintah itu tidak bertentangan dengan aturan yang ada. Kita memang tidak akan pernah mampu membalas jasa mereka, namun kita harus tetap berusaha untuk membuat mereka bahagia.