Ketua Han meminta Eun Bi duduk dan mendengarkan ucapannya baik-baik. Sementara itu Penyidik Go mengendap-endap pergi meninggalkan mereka. “17 tahun adalah masa yang indah. Saat aku berumur 17 tahun, tidak ada yang mengatakan hal ini kepadaku. Pria itu sama saja. Pria itu, Pria ini. Termasuk Penyidik Go ini. Dan juga Jaksa Cha Woo Jin. Apa yang bisa kau lakukan diluar sana? Buronan? Kau bisa saja jadi buronan. Bagaimana dengan sekolahmu? Jika sekolahmu bagus, kau bisa saja mendapatkan pria yang baik.” *Tapi Eun Bi kan sudah berhenti sekolah. Jadi dia tidak akan mendapatkan pria yang baik ya... LOL*
Woo Jin sudah pulang dan ternyata rumahnya tidak jauh dari rumah Ketua Han. Ia sudah selesai mandi dan menyiapkan kopi hangat di tengah hujan. Ia membuka buku yang diperolehnya dari Gi Taek sambil mengingat ucapan Gi Taek saat dalam hipnotis. “Cara untuk mengurai kodenya... Hurufnya adalah Jeon Jae Il. Vokalnya adalah...”
Di tengah kesibukannya, Joon Hee datang dalam keadaan basah kuyub. Woo Jin mengambilkannya handuk dan terkejut saat Joon Hee membuka pakaiannya dihadapan Woo Jin. Reflek Woo Jin langsung membalikkan badannya. Yoon Hee memeluk Woo Jin dari belakang. Woo Jin berbalik dan melepaskan baju handuknya dan memakaikannya di tubuh Yoon Hee kemudian memeluknya dan dibalas oleh Yoon Hee.
Di kediamannya, Gi Taek sedang kesal karena Chief Kim tidak bisa ia hubungi. Tak lama kemudian, ia mendapat pesan dari seseorang yang memintanya bertemu disuatu tempat.
Gi Taek sampai disebuah gedung yang masih dalam proses pembangunan. Seseorang yang menghubunginya menyuruhnya ke lantai 6. Awalnya Gi Taek hendak naik sendiri, namun seorang pengawalnya tak membiarkannya. Saat naik, terlihat seorang wanita yang mengawasinya dari kejauhan.
Gi Taek sudah sampai di lantai 6. Sebuah ponsel terpasang disekitar sana. Gi Taek terus mengikuti intruksi dari pengirim pesan, hingga akhirnya ia berdiri di dekat cendela. Gi Taek begitu terkejut saat melihat ke bawah, ada tanda X disana. Tak lama kemudian, sebuah bola besi yang besar menghantamnya dan membuat tubuhnya hancur berserakan.
Woo Jin masih dirumahnya, ia terus menunduk saat Yoon Hee mengutarakan kesedihannya, “Setelah apa yang terjadi kepada Oenni, ketika aku seorang diri, Oppa selalu memberiku kekuatan. Tapi... Suatu hari Oppa telah melupan aku. Aku tidak pernah melupakan Oppa, tapi Oppa melupanku. Aku takut Oppa akan melupakanku lagi. Aku melakukan ini karena aku takut Oppa akan melupakanku.”
Penyidik Go menghubungi Woo Jin dan memintanya datang ke TKP. Sebelum pergi, Yoon Hee meminta Woo Jin menangkap pelakunya.
Eun Bi mengendap-endap keluar dari rumah Ketua Han. Ia hendak merokok namun langsung menyembunyikannya mengetahui kehadiran Woo Jin. Mereka sama-sama terkejut karena ternyata mereka kini tinggal di tempat yang sangat dekat. Karena buru-buru, Woo Jin akan berbicara dengan Eun Bi lain kali.
Eun Bi pergi kedepan rumah Woo Jin. Saat pintunya terbuka, Eun Bi langsung bersembunyi di balik pintu. Melihat Yoon Hee yang sudah menjauh, ia masuk rumah Woo Jin begitu saja dan langsung menutup pintunya. Yoon Hee yang mendengar suara pintu tertutup, tak begitu menghiraukannya dan langsung melangkah pergi.
Eun Bi mengambil uang Woo Jin. Ia terus berkeliling melihat ruangan Woo Jin. Ia meletakkan korek dan rokoknya diatas meja kerja Woo Jin.
Tanpa sengaja, ia menumpahkan kopi diatas buku rekening Gi Taek yang Woo Jin ambil sebelumnya dan Woo Jin belum tahu apa isinya. Eun Bi begitu cemas dan hendak mengeringkan bukunya. Tanpa sadar ia keluar dari rumah Woo Jin padahal ia tidak tahu berapa password rumah Woo Jin. Dan buku itu masih berada ditangan Eun Bi.
Kini Woo Jin sudah ada di TKP bersama Penyidik Go. Melihat tempat itu dan mayat Gi Taek yang berserakan, Woo Jin teringat dengan surat yang diterima Gi Taek sebelumnya. Ia menunjuk tanda X dan mengatakan kepada Penyidik Go bahwa Gi Taek mati diatas tanda X itu, dan tanda itu bukan tanda dari polisi.
Penyidik Go mengajak Woo Jin untuk turun. Saat Woo Jin berdiri di atas lift, ia mendapatkan sms beruntun dari seseorang.
“Oke, Stop! Lebih baik kau tidak usah melangkah Jaksa Cha. Berhati-hatilah saat melangkah, lebih baik kau tidak usah bergerak Jaksa Cha.”
Woo Jin begitu cemas dan meminta Penyidik Go turun. Penyidik Go yang melihat tanda X diatas kaki Woo Jin, ia juga ikut cemas akan keselamatan Woo Jin. Dan Woo Jin terus mendapat SMS berutun itu.
“Ku inginkan? Bagaimana kalau tidak ada? Kau sudah terima hadiahnya? Sebuah lagu. Kau masih polos seperti 15 tahun yang lalu. Lama tidak bertemu Cha Woo Jin. Ayo bertemu. Kita akan segera bertemu. Kau akan datang kan?”
“Abaikan saja tanda itu. Aku hanya bercanda. Lain kali tidak akan.”
Woo Jin begitu kesal. Ia terus mengumpat pengirim pesan itu.
“Cha Woo Jin, bagaimana bisa seorang Jaksa mengutuk seperti itu?”
Woo Jin berteriak dan hendak melempar ponselnya namun ia urungkan. Ia melempar ponselnya kepada Penyidik Go dan memintanya untuk melacak SMS itu.
Banyaknya aparat yang terlibat, membuat kebenaran sulit terungkap. Jika saja penegak hukum justru menyembunyikan kebenarannya dan melakukan kejahatan, bagaimana bisa hukum ditegakkan?
Jo Eun Bi mengambil buku itu, justru mengantarkan nyawanya sendiri dalam bahaya. Buku itu jelas mengandung banyak rahasia. Dan buku itu nantinya akan dicari banyak orang yang terlibat dalam kasus yang masih belum jelas apa itu. Bisa saja termasuk kasus yang dialami Woo Jin 15 tahun lalu. Sedangkan keluarga Eun Bi sendiri sepertinya juga dalam masalah. Sehingga Eun Bi menjadi anak berandalan dan suka keluyuran di luar rumah dan keluarganya pun seolah tak memperdulikannya.