Penyidik Go mengantar Eun Bi mencari rumahnya. Eun Bi terus memuji Penyidik Go dan merayunya agar pergi meninggalkannya dan ia akan mencari rumahnya sendiri.
Penyidik Go memang ingin melakukan itu, namun ia tidak bisa melakukannya. Selama ini hidup, baru kali ini Yeonggam (Panggilan Penyidik Go kepada Woo Jin) meminta sesuatu padanya. Penyidik Go menatap Eun Bi. Eun Bi bingung kenapa Penyidik Go menatap benci padanya. Penyidik Go kesal, karena Eun Bi menganggap tatapannya sebagai tatapan benci. *Memangnya tatapan apa Penyidik Go. Jangan bilang kalau suka ya... LOL*
Eun Bi mengejar Penyidik Go dan menanyakan kenapa Penyidik Go memanggil Woo Jin dengan sebutan Yeonggam, seperti Woo Jin jauh lebih muda dari Penyidik Go. Penyidik Go menjelaskan arti Yeonggam yang menurutku justru membingungkan, “Wang adalah sanggam. Sanggam Mama. (Sanggam Mana = Yang Mulia Raja) Itu sanggam. Jeongipun adalah daegamnya daegum. Jeongsampum adalah dangsanggwan. Dengan kata lain, kedudukan Jaksa saat ini adalah Yeonggam. Sanggam. Daegam. Yeonggam.”
Eun Bi berpura-pura mengerti dengan penjelasan Penyidik Go, ia pun bertanya bagaimana dengan Penyidik Go. Penyidik Go menjelaskan, “Aku adalah danghagwan yang juga berarti pejabat tinggi dari pejabat tinggi.” Setelah mendengar hal itu, Eun Bi dengan senyumnya meminta Penyidik Go pulang dengan menyebutnya ‘Naeuri’. Namun Penyidik Go tidak begitu saja terkecok dengan rayuan Eun Bi, ia tetap mengantarkan Eun Bi sampai kerumahnya. Hingga akhirnya Penyidik Go menemukan rumah yang ia cari.
Eun Bi ragu untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri. Penyidik Go memencet bel dan berbicara melalui speaker yang terpasang disebelah pintu. Suara pemilik rumah tampak tak suka dengan kehadiran Eun Bi. Karena Penyidik Go memintanya membukakan pintu, akhirnya pintu pun terbuka. Eun Bi tetap ragu untuk masuk. Namun karena permintaan Penyidik Go, akhirnya Eun Bi masuk secara perlahan dan Penyidik Go masih menunggunya sampai Eun Bi benar-benar masuk. Eun Bi langsung menutup pintunya setelah melihat Penyidik Go pergi.
Direktur dan Assistennya sedang berlatih golf. Direktur begitu kesal karena masalah yang ada. Ia meminta Assistennya mengatakan bahwa ia tidak ada jika Park Gi Taek menghubunginya. Namun yang menghubunginya adalah Chajangnim (Wakil Kepala), sehingga Direktur itu tidak berkutik dan terpaksa menuruti permintaannya. Assistennya yang ada disampingnya sampai tersenyum geli melihat tingkah Direkturnya. Namun ia menjadi terkejut saat Direktur memerintahkannya untuk menyiapkan pasukan khusus untuk melindungi Park Gi Taek.
Assisten langsung ngedumel saat Direktur memerintahkannya untuk menyiapkan pasukan khusus. Memangnya siapa Park Gi Taek, hingga harus pasukan khusus yang melindunginya. Namun Direktur tidak mampu beruat apa-apa, karena itu adalah perintah dari atasan. Direktur juga cemas jika sampai Park Gi Taek mempublikasikan tentang buku itu jika ia dalam keadaan terancam. *Apakah Anda juga terlibat dalam kasus itu Direktur?*
Jo Eun Bi keluar dari rumahnya dengan membawa ransel dan sedikit pakaiannya. Penyidik Go seakan sudah tahu hal itu akan terjadi dan ia sudah menunggu Eun Bi diluar. Eun Bi menangis dan mengatakan bahwa barang-barangnya dibuang saat keluarganya pindah. Penyidik Go langsung membawakan tas Eun Bi dan mengajaknya pergi.
Sementara itu, Woo Jin pergi ke tempat Park Gi Taek. Disana sudah ada banyak preman dan aparat yang menjaga tempat itu dengan penjagaan yang sangat ketat. Woo Jin harus mendapat beberapa pemeriksaan untuk sampai ke tempat Gi Taek berada. Alat pemeriksa berbunyi saat dekat kantong jas Woo Jin. Saat diperiksa, Petugas menemukan pena Woo Jin. Merasa pena itu tidak berbahaya, pena itu dikembalikan ke kantong jas Woo Jin.
Woo Jin diantarkan ke sebuah ruangan yang juga sudah ada banyak petugas bahkan preman yang menjaganya. Selanjutnya Woo Jin diantarkan seorang wanita menuju sebuah ruangan. Dan tentu saja sudah ada banyak petugas yang mengwasinya melalui CCTV.
Sesampinya di ruangan Gi Taek berada, Woo Jin harus mendengarkan Gi Taek yang terus marah-marah dan mengumpat atasan Woo Jin. Woo Jin menanggapinya dengan santai, “Benar. Hukum publik tidak bisa disatukan dengan kekerasan dan premanisme.”
Gi Taek langsung terdiam saat Woo Jin dengan beraninya membentaknya dengan menyebut namanya langsung. Woo Jin juga menantangnya untuk membeberkan isi buku rekeningnya. Namun Gi Taek tidak mungkin bisa melakukan hal itu. Woo Jin tahu bahwa Gi Taek sangat ketakutan karena penjagaan diluar begitu ketat. Woo Jin meminta Gi Taek memberitahunya pembicaraan terakhirnya dengan pelaku.
Gi Taek memberikan surat ancaman yang ditujukan padanya kepada Woo Jin. “Altar persembahan kalian telah ditinggalkan, karena itulah kalian dibunuh. Membuat kalian ersungkur didepan idola kalian. Tulang belulangmu akan berserakan dimana-mana. Ketika mayatmu tergeletak di tanda X, kau akan menegrti bahwa akulah yang berkuasa.” Gi Taek memberikan foto untuk memperjelas isi surat itu.
Woo Jin diam-diam mengeluarkan penanya dan berulang kali menekannya saat Gi Taek merasa ketakutan dan frustasi. Tak lama kemudian, Gi Taek masuk dalam hipnotis Woo Jin. Woo Jin mendekati Gi Taek seolah berbisik. Petugas yang memantau melalui CCTV memberitahukan kepada penjaga bahwa ada yang aneh. Saat penjaga sudah memegang gangang pintu, petugas memberitahukan bahwa tidak ada apa-apa dan meminta penjaga untuk kembali.
Woo Jin meminta Gi Taek untuk memperhatika jam yang berada tak jauh dari mereka. Ia mengatakan bahwa ia akan menghentikan jam itu pada hitungan kelima. Dan hal itu tentu terjadi dan membuat Gi Taek terkagum-kagum.
Woo Jin mendekati Gi Taek dan seolah memegang jantungnya dan membuat Gi Taek sesak nafas. Dan hal itu tidak lepas dari pantauan petugas CCTV. Woo Jin kembali ke tempat duduknya dan meminta Gi Taek mematikan CCTVnya.
Saat penjaga hendak membuka pintu, ia terbentur pintu karena Gi Taek membukanya dari dalam. Gi Taek kembali ke sifatnya semula dan meminta penjadanya untuk mengantarkan Woo Jin hingga ke lift.
Entah apa yang mereka bicarakan, namun melihat Woo Jin yang keluar dengan senyum yang mengembang, dapat dipastika bahwa Woo Jin telah mendapatkan buku rekening yang ia cari.
Di rumahnya, Ketua Han samapai pusing mendengarkan Penyidik Go yang terus membujuknya supaya mengijinkan Eun Bi untuk tinggal bersamanya. Ketua Han sempat terkejut saat Penyidik Go mengatakan bahwa menjaga Eun Bi merupakan permintaan dari Jaksa mereka, Woo Jin.
Eun Bi melangkah berdiri dan hendak melangkah pergi. Penyidik Go kemudian mengatakan supaya Eun Bi menjadi tanggung jawab Woo Jin sendiri. Karena Woo Jin adalah seorang jaksa, Penyidik Go berfikir bahwa tidak akan terjadi apapun.
Ketua Han mengehentikan Eun Bi. Karena semua pria itu sama saja. Eun Bi tersenyum mendengarnya. Namun senyumnya langsung pudar saat tahu bahwa kini ia menjadi buronan karena sudah melakukan tindakan kriminal.
Ketua Han meminta Eun Bi duduk dan mendengarkan ucapannya baik-baik. Sementara itu Penyidik Go mengendap-endap pergi meninggalkan mereka. “17 tahun adalah masa yang indah. Saat aku berumur 17 tahun, tidak ada yang mengatakan hal ini kepadaku. Pria itu sama saja. Pria itu, Pria ini. Termasuk Penyidik Go ini. Dan juga Jaksa Cha Woo Jin. Apa yang bisa kau lakukan diluar sana? Buronan? Kau bisa saja jadi buronan. Bagaimana dengan sekolahmu? Jika sekolahmu bagus, kau bisa saja mendapatkan pria yang baik.” *Tapi Eun Bi kan sudah berhenti sekolah. Jadi dia tidak akan mendapatkan pria yang baik ya... LOL*
Woo Jin sudah pulang dan ternyata rumahnya tidak jauh dari rumah Ketua Han. Ia sudah selesai mandi dan menyiapkan kopi hangat di tengah hujan. Ia membuka buku yang diperolehnya dari Gi Taek sambil mengingat ucapan Gi Taek saat dalam hipnotis. “Cara untuk mengurai kodenya... Hurufnya adalah Jeon Jae Il. Vokalnya adalah...”
Di tengah kesibukannya, Joon Hee datang dalam keadaan basah kuyub. Woo Jin mengambilkannya handuk dan terkejut saat Joon Hee membuka pakaiannya dihadapan Woo Jin. Reflek Woo Jin langsung membalikkan badannya. Yoon Hee memeluk Woo Jin dari belakang. Woo Jin berbalik dan melepaskan baju handuknya dan memakaikannya di tubuh Yoon Hee kemudian memeluknya dan dibalas oleh Yoon Hee.
Di kediamannya, Gi Taek sedang kesal karena Chief Kim tidak bisa ia hubungi. Tak lama kemudian, ia mendapat pesan dari seseorang yang memintanya bertemu disuatu tempat.
Gi Taek sampai disebuah gedung yang masih dalam proses pembangunan. Seseorang yang menghubunginya menyuruhnya ke lantai 6. Awalnya Gi Taek hendak naik sendiri, namun seorang pengawalnya tak membiarkannya. Saat naik, terlihat seorang wanita yang mengawasinya dari kejauhan.
Gi Taek sudah sampai di lantai 6. Sebuah ponsel terpasang disekitar sana. Gi Taek terus mengikuti intruksi dari pengirim pesan, hingga akhirnya ia berdiri di dekat cendela. Gi Taek begitu terkejut saat melihat ke bawah, ada tanda X disana. Tak lama kemudian, sebuah bola besi yang besar menghantamnya dan membuat tubuhnya hancur berserakan.
Woo Jin masih dirumahnya, ia terus menunduk saat Yoon Hee mengutarakan kesedihannya, “Setelah apa yang terjadi kepada Oenni, ketika aku seorang diri, Oppa selalu memberiku kekuatan. Tapi... Suatu hari Oppa telah melupan aku. Aku tidak pernah melupakan Oppa, tapi Oppa melupanku. Aku takut Oppa akan melupakanku lagi. Aku melakukan ini karena aku takut Oppa akan melupakanku.”
Penyidik Go menghubungi Woo Jin dan memintanya datang ke TKP. Sebelum pergi, Yoon Hee meminta Woo Jin menangkap pelakunya.
Eun Bi mengendap-endap keluar dari rumah Ketua Han. Ia hendak merokok namun langsung menyembunyikannya mengetahui kehadiran Woo Jin. Mereka sama-sama terkejut karena ternyata mereka kini tinggal di tempat yang sangat dekat. Karena buru-buru, Woo Jin akan berbicara dengan Eun Bi lain kali.
Eun Bi pergi kedepan rumah Woo Jin. Saat pintunya terbuka, Eun Bi langsung bersembunyi di balik pintu. Melihat Yoon Hee yang sudah menjauh, ia masuk rumah Woo Jin begitu saja dan langsung menutup pintunya. Yoon Hee yang mendengar suara pintu tertutup, tak begitu menghiraukannya dan langsung melangkah pergi.
Eun Bi mengambil uang Woo Jin. Ia terus berkeliling melihat ruangan Woo Jin. Ia meletakkan korek dan rokoknya diatas meja kerja Woo Jin.
Tanpa sengaja, ia menumpahkan kopi diatas buku rekening Gi Taek yang Woo Jin ambil sebelumnya dan Woo Jin belum tahu apa isinya. Eun Bi begitu cemas dan hendak mengeringkan bukunya. Tanpa sadar ia keluar dari rumah Woo Jin padahal ia tidak tahu berapa password rumah Woo Jin. Dan buku itu masih berada ditangan Eun Bi.
Kini Woo Jin sudah ada di TKP bersama Penyidik Go. Melihat tempat itu dan mayat Gi Taek yang berserakan, Woo Jin teringat dengan surat yang diterima Gi Taek sebelumnya. Ia menunjuk tanda X dan mengatakan kepada Penyidik Go bahwa Gi Taek mati diatas tanda X itu, dan tanda itu bukan tanda dari polisi.
Penyidik Go mengajak Woo Jin untuk turun. Saat Woo Jin berdiri di atas lift, ia mendapatkan sms beruntun dari seseorang.
“Oke, Stop! Lebih baik kau tidak usah melangkah Jaksa Cha. Berhati-hatilah saat melangkah, lebih baik kau tidak usah bergerak Jaksa Cha.”
Woo Jin begitu cemas dan meminta Penyidik Go turun. Penyidik Go yang melihat tanda X diatas kaki Woo Jin, ia juga ikut cemas akan keselamatan Woo Jin. Dan Woo Jin terus mendapat SMS berutun itu.
“Ku inginkan? Bagaimana kalau tidak ada? Kau sudah terima hadiahnya? Sebuah lagu. Kau masih polos seperti 15 tahun yang lalu. Lama tidak bertemu Cha Woo Jin. Ayo bertemu. Kita akan segera bertemu. Kau akan datang kan?”
“Abaikan saja tanda itu. Aku hanya bercanda. Lain kali tidak akan.”
Woo Jin begitu kesal. Ia terus mengumpat pengirim pesan itu.
“Cha Woo Jin, bagaimana bisa seorang Jaksa mengutuk seperti itu?”
Woo Jin berteriak dan hendak melempar ponselnya namun ia urungkan. Ia melempar ponselnya kepada Penyidik Go dan memintanya untuk melacak SMS itu.
Banyaknya aparat yang terlibat, membuat kebenaran sulit terungkap. Jika saja penegak hukum justru menyembunyikan kebenarannya dan melakukan kejahatan, bagaimana bisa hukum ditegakkan?
Jo Eun Bi mengambil buku itu, justru mengantarkan nyawanya sendiri dalam bahaya. Buku itu jelas mengandung banyak rahasia. Dan buku itu nantinya akan dicari banyak orang yang terlibat dalam kasus yang masih belum jelas apa itu. Bisa saja termasuk kasus yang dialami Woo Jin 15 tahun lalu. Sedangkan keluarga Eun Bi sendiri sepertinya juga dalam masalah. Sehingga Eun Bi menjadi anak berandalan dan suka keluyuran di luar rumah dan keluarganya pun seolah tak memperdulikannya.