Surat 3
Surat yang Kubaca Untukmu
Sebuah bola menggelinding ke arah Yuuki, sebuah suara (teman sekolahnya) memintanya untuk mengembalikan (menendang) bola itu kepada mereka.
Salah satu dari teman Yuuki mengatakan bahwa memiliki pacar sangat menyenangkan. Pria yang memegang ponsel menunjukkan pada Yuuki gambar pacarnya yang begitu cantik. Ternyata yang dimaksudnya adalah gambal 2D. *LOL*
Namun pria yang memegang ponsel mengatakan bahwa Yuuki tidak tahu cara mengagumi wanita, karena Yuuki meledek pria itu yang mengatakan bahwa gambar 2D tak seharusnya dijadikan pacar. *Setuju sama Yuuki. Tapi, bagaimana ya caranya mengagumi wanita melalui gambar 2D???*
Narasi Yuuki, “Setiap hari biasa saja. Damai, dan membosankan.”
Saat bersih-bersih bersama, Yuuki mendengar permainan piano. Ia melangkah ke sumber suara. Disana ada Sawako yang bermain dengan ekspresi yang begitu ceria. Yuuki melihatnya dari balik tirai dan langsung terpesona akan kecantikan Sawako. “Saat kudengar ia bermain piano, aku menyaksikannya diam-diam.”
Yuuki pulang bersama teman-temannya. Ia mendengar alunan piano lagi dan meminta teman-temannya untuk pergi terlebih dulu, ia berasalan ada barangnya yang tertinggal. Dan bukan barang sungguhan lah yang tertinggal, melainkan ia kembali mengintip Sawako yang mana jati jemarinya menari dengan indah diatas tuts. “Dia terus memainkan lagu yang sama. Setelah 30 menit latihan, dia perlahan membersihkan tuts piano. Menutup penutupnya. Menunduk dengan anggun dan meninggalkan ruang musik. Aku bergegas meninggalkan ruangan sebelum dia.”
Namun kali ini Yuuki tak pergi sebelum Sawako pergi. Yuuki terjatuh dan menimbulkan suara karena barang didekatnya juga ikut terjatuh mebuat Sawako terkejut. Mereka saling meminta maaf. Sawako menanyakan keadaan Yuuki. Ia juga bertanya apa Yuuki bersekolah disana. Sawako sekali lagi meminta maaf kali ini karena ia menggunakan piano milik sekolah Yuuki. Ia mengatakan bahwa nada pianonya tidak selaras, namun tidak ada orang yang memperbaikinya. Sawako mengatakan bahwa ia menggunakan piano disana saat tidak ada yang menggunakannya.
Yuuki sesaat terpaku, ia sekarang berbicara dengan Sawako secara langsung. Kini ia tahu bahwa Sawako lebih muda darinya setelah Sawako menanyakan dirinya kelas berapa.
Sawako meminta bantuan Yuuki untuk membacakan surat yang ia terima jika Yuuki ada waktu luang. Yuuki tersadar kalau Sawako buta, ia bertambah yakin saat melihat tongkat disamping Sawako.
Awalnya surat itu sudah ada ditangan Yuuki, namun Yuuki mengembalikannya dan mengatakan bahwa ia tak bisa membacakannya.
Sawako mengatakan bahwa sebelumnya ia beranca ingin meminta keluarganya membacakannya, namun niatnya ia urungkan karena tak mungkin ia meminta bantuan keluarganya membacakan surat dari pacarnya. “Dia sibuk jadi tidak sempat menelponku. Aku tidak ingin sms, jadi aku meminta surat. Bukan karena aku bisa membacanya. Tapi surat butuh waktu untuk menulisnya.”
Sawako memaksa Yuuki membantunya. Mau tak mau Yuuki pun membacakan suratnya. “Dear Sawako. Aku mencintaimu tapi, mari kita putus (batin Yuuki).”
Karena Yuuki tak kunjung membacakannya, Sawako bertanya apa tulisannya tidak bagus, namun Yuuki menyanggahnya.
Karena tak sanggup mengatakan yang sebenarnya, akhirnya Yuuki mengarang isi surat tersebut dengan kata-katanya sendiri sembari menahan air matanya agar tidak menetes. “Dear Sawako. Aku... Aku suka kau bermain piano. Aku merindukamu. Aku sedikit sibuk, jadi aku tidak bisa menulis banyak. Maaf. Aku akan mengirim surat lagi.”
Yuuki berbalik dan terkejut melihat Sawako yang menangis. Sawako mengatakan dirinya bahagia. Ia meminta suratnya kembali dan kemudian mendekapnya.
Sawako dan Yuuki berjalan bersama. Yuuki awalnya berjalan dibelakang Sawako, Sawako memintanya untuk berjalan didepannya. Saat Yuuki telah berada didepannya, Sawako langsung memegang tangannya untuk bantuan ia berjalan. Sawako meminta bantuan Yuuki untuk membacakan suratnya lagi jika suratnya datang lagi.
Yuuki menyesali perbuatannya. Ia berbalik menyusul Sawako yang sedang menunggu bis. Ia berniat untuk memberitahukan yang sebenarnya. Namun ia tak tega saat melihat Sawako begitu senang akan surat yang diterimanya.
Di toko buku, Yuuki menempelkan kertas ke pipinya seperti apa yang dilakukan Sawako sebelumnya. *Begitulah saat sedang kasmaran... hihihi*
Yuuki sedang membaca kumpulan surat di pinggir jalan. Seorang Guru menghampirinya dan Yuuki langsung menyembunyikan apa yang dipegangnya. “Sulit bukan harus merangkai kata?” Yuuki terperangah mendengar ucapan Gurunya, karena itulah yang ia alami sekarang dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Gurunya menasihati supaya Yuuki menjadi dirinya sendiri.
Yuuki pindah ke sebuah Cafe. Ia jadi bingung sendiri apa yang harus ia tulis. Ia mengatakan tulisannya jelek, ia tersadar bahwa bukan Sawako yang akan membacanya melainkan dirinya sendiri nanti yang akan membacanya. Ia sendiri juga ragu apakah yang dilakukannya adalah benar. Pada akhirnya ia mengirimkan surat yang dibuatnya.