Miyashita mengusulkan bahwa mereka bisa mandi dengan tetap mengenakan pakaian mereka. Miyashita masuk terlebih dahulu di bak mandi. Tak lama kemudian Ryuhei menyusulnya.
Awalnya ia canggung berada dalam satu bak mandi dengan Miyashita. Lama kelamaan ia berusaha santai dengan duduk disamping Miyashita. Suasana kecanggunangan itupun sirna saat Miyashita mengatakan bahwa Ryuhei mengeluarkan ingus. Miyashita tak mampu menahan tawanya sehingga ia tertawa terbahak-bahak.
Ryuhei mengajak Miyashita ke rumahnya. Ryuhei masih saja canggung berada dekat dengan Miyashita. Kakaknya Ryuhei datang memecahkan kesunyian yang ada.
Kebersamaan mereka berlanjut pada permainan kartu. Suasanya begitu menyenangkan, mereka tertawa bersama. Miyashita yang pendiam seakan-akan sudah tak ada.
Miyashita meninggalkan Ryuhei dan kakaknya sebentar. Sekepergian Miyashita, Kakaknya Ryuhei mengatakan bahwa Miyashita tak seperti apa yang ia fikirkan. Bahwa Miyashita bukanlah pelacur, berbeda dengan ibunya. Ryuhei terdiam dan menunduk saat Kakaknya memberitahunya bahwa menurut orang disekitar keluarga Miyashita, Ibu Miyashita selalu pulang dalam keadaan mabuk dan membawa lelaki hidung belang kerumahnya.
Kakaknya Ryuhei sudah terlelap dilantai, sementara Ryuhei dan Miyashita masih asyik main kartu. Ryuhei bercanda bahwa Kakaknya adalah orang yang bodoh, jadi Miyashita tak perlu khawatir, *Ehm, khawatir tentang apa?*
Miyashita mengatakan bahwa imej Ryuhei sesuai dengan keluarganya. Ryuhei langsung cemberut, apa yang dimaksud Miyashita itu adalah dirinya sama bodohnya dengan Kakaknya.
Miyashita menanyakan apa dirinya boleh melihat kamar Ryuhei. Ryuhei terdiam sejenak mendengar permintaan Miyashita.
Dan tentu saja Ryuhei tak mampu menolak permintaan Miyashita. Miyashita melihat suasana kamar Ryuhei. Ia berhenti di meja belajar Ryuhei. Ia mengamati foto yang ada didepannya.
Ryuhei mengatakan bahwa Ia memotonya saat berada di rumah neneknya, Amoroi. Miyashita tahu bahwa Amoroi berada diutara. Dengan sedih Miyashita mengatakan bahwa dirinya belum pernah kesana. Karena ia dan ibunya akan pindah jika ibunya memiliki pacar baru. Dan lingkupnya adalah sekitar daerah tinggalnya sekarang atau ke barat.
Ryuhei menceritakan bagaimana keadaan tempat itu, meskipun tak ada apapun, namun salju disana sangat indah seperti kelopak bunga berwarna putih yang berguguran. Miyashita mencoba tersenyum dengan memperhatikan foto didepannya dan mendengarkan penuturan Ryuhei.
Miyashita menyandarkan kepalanya di meja sementara Ryuhei mengutarakan keinginannya mengajak Miyashita melihat salju itu. Ia mendekati Miyashita dan berfikir Miyashita tertidur. Namun Miyashita belum tidur, setelah Ryuhei pergi, air matanya mulai mengalir.
Keesokan paginya, semangat Miyashita seakan telah kembali. Sudah lama ia tidak tidur nyenyak. Ia pun melanjutkan langkahnya dan mencoba tetap tersenyum.
Ryuhei mengejarnya. Awalnya Miyashita tak mau berhenti. Namun Ryuhei berusaha menahannya. “Kau mungkin berfikir suratku tidak penting, tapi... Aku hanya ingin membantu. Aku hanya ingin membantumu.”
Sebelum Ryehui mendekatinya, Miyashita buru-buru mengatakan bahwa ia akan pergi. Ia tak ingin Ryehui melihat kesedihan yang terpancar dalam wajahnya. Dan jika ia terus lama-lama bersama Ryehui, air matanya mungkin tak dapat terbendung lagi. Miyashita juga menolak saat Ryehui ingin mengantarnya.
Miyashita tidak masuk kelas. Ryehui berfikir bahwa Miyashita demam. Ryehui justru cengar-cengir mengingat Miyashita yang tertawa lepas saat main kartu dirumahnya. Padahal saat itu pelajaran sudah dimulai.
Ryehui begitu senang sepulang sekolah dengan banyak surat dalam genggamannya. Ia melemparkan surat-surat itu diatas meja. Satu surat menarik perhatiannya. Surat yang sama dengan yang dikirim padanya sebelumnya, surat dari Miyashita. Senyumnya semakin lebar saat akan membacanya. “Dear Kumashiro. Aku tidak berfikir kau akan menyadari aku yang menulis surat itu. Kupikir kau orang dengan kemauan keras. Saat aku memikirkanmu, terkadang aku merasa normal dan bahagia. Tapi aku wanita kotor. Aku... diperkosa oleh... pacar ibuku. Itu sebabnya, aku tidak berhak melihat kelopak salju denganmu.”
Air matanya tak tertahan setelah membaca surat itu. Kenangan-kenangannya bersama Miyashita hingga terakhir ia melihatnya, kembali hadir dalam benaknya. Namun Ryehui segera tersadar untuk tidak larut dalam keterpurukan. Ia langsung bergegas mencari Miyashita.
Ryehui berhasil menemukan Miyashita di taman. Miyashita yang mengetahui kedatangannya langsung lari. Namun Ryehui berhasil mengejarnya. Ryehui memegang tangan Miyashita tapi dihempaskan oleh Miyashita.
Miyashita berteriak mengapa Ryehui tak membencinya setelah membaca surat darinya. Ia terus berjalan mundur. Ryehui segera menggapainya dan memeluknya erat. Ryehui meminta Miyashita tidak perlu pulang dan memintanya untuk tinggal dirumahnya saja. Air mata Miyashita sudah akan menetes, sebelumnya air matanya mengalir deras, Miyashita melepaskan pelukan Ryehui.
Miyashita membelakangi Ryehui. Ia menganggap apa yang dikatakan Ryehui tentang lari atau melihat sesuatu yang lain mustahil untuk mereka lakukan. Namun Ryehui tetap bersikukuh, “Aku ingin selalu membuatmu tersenyum.” Ryehui memeluknya dari belakang, “Kau adalah bungaku.”
Miyashita melepaskan pelukan Ryehui dan berbalik menghadap Ryehui. Kemudian ia pun menciumnya.
“Setelah hari itu, dia menghilang dari pandanganku. Kudengar dia pindah dengan ayah kandungnya.”
Ryehui melihat Miyashita tersenyum memandangnya di taman tempat biasa. Namun itu hanyalah halusinasi Ryehui saja. Ia tersadar bahwa Miyashita tak lagi disana.
Sesampainya dirumah, Ryehui langsung menuju kotak pos. Penantiannya selama ini tidak sia-sia. Miyashita mengiriminya surat dan tertera alamatnya disana. “Dear Kumashiro. Ada banyak salju di kota ini. Ada banyak bunga salju. Kau mau datang dan melihatnya?”
Balasan Ryehui, “Aku akan datang. Melihat bunga indah.” Emm... ada dua maksud nih dari ucapan Ryehui, bisa jadi bunga indah adalah benar-benar salju, atau yang ia maksud bunga indah adalah Miyashita. Sebelumnya Ryehui kan mengatakan bahwa Miyashita adalah bunganya.
Bersambung ke Episode 2 (Surat 2)
Komentar:
Episode pertama cukup menarik. Dan ternyata, setelah saya selesai memposting episode yang bagian pertama, saya baru tahu kalau sudah ada blog yang merecap drama ini. Tapi berhubung saya sudah terlanjur buat, saya berkeinginan untuk melanjutkannya. Tak apa-apa kan?