“Whattt??? Jadi pria tampan dan seksi ini
adalah James, keponakanku.
Ke-po-na-kan-ku?!! Pria yang baru saja membuatku berfantasi liar tentangnya. Ya
Tuhan,, Apa yang baru saja kupikirkan!”
^^^
"Sial"
Maki Jihan pada dirinya sendiri yang sempat berpikiran tidak-tidak tadi
"Hello,,
Are you okay?" James menegur Jihan yang diam saja sejak dia memperkenalkan
diri.
"Ah,, Iya. Si-silahkan masuk,, emm,, James" Dengan kikuk Jihan menyambut
uluran tangan James yang memperkanalkan diri dan mempersilahkan masuk
James menggeret
sebuah koper hitam besar miliknya dan menyampirkan leather jacket di lengan
kirinya, dengan santai ia melangkah mengikuti Jihan masuk kedalam rumah.
Jihan
mempersilahkan James untuk duduk di ruang tamu, James menurutinya. Sesekali ia
memperhatikan interior rumah milik Aunty-nya, cukup rapih dan memang sebuah
rumah yang cukup luas jika hanya ditempati oleh seorang gadis.
Jihan ikut
duduk di sofa yang berseberangan dengan James dan Ya Tuhan,,, ia masih merasa
gugup hingga saat ini. Untuk pertama kalinya, Jihan salah tingkah berada
dirumahnya sendiri.
"Eem,, Mau
minum apa?" Tanya Jihan basa-basi, ia berharap bisa secepatnya melesat
kedapur dengan alasan membuat minuman untuk menjauh dari keponakan tampannya
ini untuk sementara.
"Segelas
teh hangat, bisa?" Jawab James dengan senyum menawan-nya dan reflek membuat
Jihan menggigit lidahnya untuk tidak kembali mengumpat karena terpesona pada
James, lagi.
Jihan akhirnya
hanya bisa mengangguk dan segera meninggalkan James menuju dapur untuk
membuatkannya segelas teh.
Sepeninggal
Jihan, James tampak tersenyum-senyum sendiri. Tidak pernah disangkanya bahwa ia
memiliki seorang tante yang sangat cantik, imut dan menggemaskan seperti Jihan,
alih-alih menjadi seorang Tante justru gadis itulah yang lebih pantas menjadi
keponakan bukan malah dirinya. Tapi begitulah adanya, Grandma-nya dulu masih di
beri kepercayaan untuk kembali menjadi seorang Ibu di usianya yang sudah tidak
muda lagi.
Hingga suara
gaduh dari arah dapur menyadarkan lamunan James, segera ia berjalan menuju
sumber suara. James melihat beberapa pecahan piring dan gelas yang sudah
berserakan dilantai dengan Jihan yang sedang berjongkok untuk membersihkan-nya.
"Biar aku
saja, Aunty" Cegah James dengan cepat
Jihan mendongak kaget mendapati James sudah berdiri tegap di depan-nya, sejak
kapan James ada disini. Pikirnya.
James melipat
kedua lengan kemeja yang dipakainya hingga sebatas siku, ia bertanya pada Jihan
dimana letak sapu dan pengki, Jihan memberitahukan-nya kemudian James dengan
cekatan langsung membersihkan pecahan-pecahan piring dan gelas tersebut.
“Membersihkan pecahan-pecahan gelas seperti ini
dengan tangan kosong? Apa yang ada dipikirannya selain ingin melukai dirinya
sendiri? Benar kata Daddy, Aunty Jihan sangat ceroboh” Batin James
Jihan terus
memperhatikan James yang bergerak dengan luwes dan tanpa segan memegang sapu.
“Sudah” Kata
James setelah dia membereskan semuanya
“Emm,, Teh mu,, aku belum,,,”
“Kenapa Aunty bisa sampai memecahkan piring dan gelas seperti tadi?” Potong
James pada Jihan, ia tidak perduli dengan segelas teh hangat yang dipesan-nya
“Oh,, Tadi aku gak sengaja nyenggol waktu mau ngambil gula diatas situ” Kata
Jihan sambil menunjukan letak gula.
James mengikuti
arah pandangan Jihan melihat letak gula tersebut, kemudian ia mengalihkan
pandangan matanya ke sekeliling dapur tampak sedang menilai hingga ia melihat
makanan yang tertata rapi diatas meja makan yang sepertinya memang sengaja disiapkan.
“Aku menyiapkannya
untuk menyambutmu tadi, kamu udah makan belum?” Tanya Jihan yang menyadari tatapan
James kearah meja makan-nya
“Belum”
“Yaudah, kita makan sekarang yuk” Ajak Jihan, James mengangguk
Setelah
mengambil nasi dan lauk-pauk, mereka mulai makan dalam keheningan.
Lagi dan
lagi Jihan merasa canggung dirumahnya sendiri.
Jihan tidak
tahu ingin berbicara apa, dilihatnya James tenang-tenang saja selama makan,
entah itu menurutnya makanan tersebut enak atau tidak. Padahal sebagai seorang chef,
setidaknya James bisa memberi sedikit komentar untuk masakannya, hitung-hitung
mengurangi suasana hening makan malam mereka.
“Hhh,, Ternyata dia emang gak banyak ngomong,
tapi gak banyak omong aja udah bikin aku terseponah gimana banyak omong coba, *eh?” Batin Jihan geli
sendiri
“Terima kasih
untuk makan malamnya, Aunty. Oh ya, dimana letak kamarku?” Tanya James yang
ternyata sudah menghabiskan makanan-nya
“Di sebelah kamarku” Jawab Jihan santai
James
mengangkat sebelah alisnya dan melipat tangan di dada
Sedetik kemudian Jihan menyadari kebodohan-nya dan menepuk jidatnya dengan dramatis,
ia menyengir malu pada James.
“Ah sorry, kamu
kan belum tau dimana kamarku ya. Kamarnya ada di lantai dua. Kamar kamu
pintunya warna Grey, sebelahnya kamar aku yang pintunya warna Pink. Hehehee”
Jelas Jihan
“Ok, aku mau istirahat dulu kalau begitu. Selamat malam” James langsung
melangkah menuju kamarnya, ia sangat lelah dan ingin beristirahat sejak tadi
sebenarnya.
Sedang Jihan
kembali melanjutkan makan malamnya, rasanya sekarang menelan makanan jauh lebih
nikmat daripada tadi saat berada di dekat James.
Memikirkan
James, Jihan baru menyadari kalau ternyata keponakan-nya itu cukup mahir
berbahasa Indonesia.
“Baguslah, gak
ribet” Gumamnya
^^^
Selesai dengan
makan malamnya, Jihan tidak langsung masuk kedalam kamar. Jihan lebih memilih
untuk bersantai sejenak di sofa malas yang berada di ruang tamu sembari
mendengarkan lagu dari handphone-nya, Jihan mengambil handphone dan menekan
menu music kemudian memasang earphone ditelinganya lalu memejamkan mata.
Biasanya disaat
santai seperti ini, Jihan sering mendapatkan inspirasi untuk design-design baju
terbarunya, tapi sepertinya tidak untuk kali ini.
Justru dari
lagu-lagu yang ia dengarkan kali ini, Jihan malah mengkhayalkan seseorang
tepatnya adalah seorang pria, terbawa suasana Jihan pun ikut bersenandung
mengikuti lagu-lagu tersebut dengan menggerakan anggota tubuhnya.
Lagu yang ia
putar bermacam-macam genre bahkan ada juga ada lagu India dan dangdut, Jihan
menggerak-gerakan tubuhnya dan berekspresi sesuai dengan lagu yang sedang
didengarnya.
Hingga salah
satu lagu favoritnya diputar Jihan terlihat senyum-senyum sendiri entah sedang
membayangkan apa, mungkin saja ia membayangkan interaksi Beyonce dengan
kekasihnya dalam video clip tersebut, interaksi sederhana yang begitu romantis
bagi siapa saja yang melihatnya, mata Jihan masih tetap terpejam.
^^^
“Halo – Beyonce”
Remember those walls I built
Well, baby they're tumbling down
And they didn't even put up a fight
They didn't even make up a sound
I found a way to let you in
But I never really had a doubt
Standing in the light of your halo
I got my angel now
Chorus :
It's like I've been awakened
Every rule I had you breakin'
It's the risk that I'm takin'
I ain't never gonna shut
you out
Everywhere I'm looking now
I'm surrounded by your embrace
Baby I can see your halo
You know you're my saving grace
You're everything I need and more
It's written all over your face
Baby I can feel your halo
Pray it won't fade away
I can feel your halo halo halo
I can see your halo halo halo
Hit me like a ray of sun
Burning through my darkest night
You're the only one that I want
Think I'm addicted to your light
I swore I'd never fall
again
But this don't even feel like falling
Gravity can't forget
To pull me back to the ground again
^^^
“Saving grace. Hhmm,, Who is my saving grace?” Gumam Jihan pada dirinya sendiri,
dengan mata yang masih terpejam Jihan muncul sosok James dalam imajinasi-nya
tentang siapa saving grace-nya.
Jihan sendiri
kaget kenapa justru muncul sosok James dalam imajinasinya, Jihan tahu kalau
sekarang James-lah yang akan menjaganya disini tapi kan tidak mungkin dia akan hidup
bersama dengan James selama-nya, yang Jihan khayalkan adalah sosok pria yang
akan ia nikahi nanti seperti Nick Bateman, Sean O’Pry atau mungkin David Gandy
dan si seksi Nick Beyeler. Huaaaahhh… Kipas mana kipas.
Walaupun
sebenarnya sang keponakan juga tidak kalah tampan dari model-model khayalan
Jihan tersebut, bahkan James sangat tampan dan hot tanpa harus berpose
seksi seperti mereka. Tapi tetap saja James adalah keponakan-nya, tidak
seharusnya ia membayangkan yang aneh-aneh.
“Tante macam apa kamu, Jihan” Makinya pada diri
sendiri
Daripada ia
semakin error, Jihan buru-buru membuka matanya dan astaga,,,
“Nah kan,
kenapa mukanya jadi muncul dimana-mana sekarang. Tadi waktu nutup mata dia
nongol, sekarang buka mata juga nongol” Kata Jihan pelan namun masih bisa
didengar sosok tampan yang berdiri di depan-nya.
“Aunty” Panggil
James kemudian
“Shit,,,!!” Kata Jihan reflek
“Jadi yang ini beneran?!! What the,,, Arrghhh” Jihan berdecak dalam hati menatap tidak
percaya pada James yang saat ini menatapnya
“Ternyata Aunty
bisa mengeluarkan kata umpatan juga” Kata James
“Ya Tuhan, sejak kapan dia berdiri disitu.
Kenapa aku gak nyadar sih, pasti dia lihat semua kelakuan bodohku waktu lagi
nyanyi tadi, mana tadi ni mulut pake ngomong kalau dia nongol pas aku lagi
tutup mata lagi. Kan malu kalo ketauan ngayalin dia tadi, walau gak sengaja
sih. Aiisshhh… Tenggelamkan saja hayati di rawa-rawa, Bang!” Kata Jihan dalam hati tanpa
memperdulikan perkataan James padanya.
“Tidurlah,
sudah malam” Kata James datar
“Eem,, Maaf untuk yang tadi, aku cuma kaget melihatmu tiba-tiba ada didepanku”
“Padahal kamu baru saja muncul di
imajinasi anehku tadi” Lanjut Jihan dalam hati dan segera beranjak dari
sofa menuju kamarnya tanpa menoleh lagi pada James.
Sedangkan James
berlalu menuju dapur untuk mengambil air minum dan kembali masuk ke dalam
kamarnya, sejenak ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul sebelas
malam.
“Apa setiap malam
dia selalu bernyanyi-nyanyi seperti itu?” Gumam James yang aneh melihat
kebiasaan Jihan malam ini, namun sedetik kemudian ia tersenyum sendiri
mengingat bagaimana lucu ekspresi wajah Aunty-nya, bukan itu saja Jihan bahkan
menggoyang-goyangkan tubuhnya yang dalam posisi setengah berbaring saat ia bernyanyi-nyanyi
tadi, kalau tidak punya pengendalian diri yang bagus mungkin James sudah
tertawa dari pertama melihatnya, namun James justru memilih terus berdiri
didepan Jihan, memperhatikan Jihan dalam diam hingga gadis itu akhirnya membuka
matanya sendiri dan terlonjak kaget melihatnya.
“Dia bilang dia
melihatku saat tadi matanya terpejam? Apa dia baru saja mengkhayalkan ku? Ya
Tuhan,, Aunty” James hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja mengingat itu
semua, kemudian ia berusaha memejamkan matanya kembali.
^^^
Sedang di kamar
sebelah, Jihan menutup wajahnya dengan bantal, ia membayangkan bagaimana bodoh
tingkahnya tadi.
“Bego, bego, bego. Aarrrgghhhh… Mallluuuuu”
“Walaupun dia keponakan mu, tapi dia itu kan tetep aja laki-laki. Astaga
Jihaaannnn” Rutuknya pada diri sendiri
Dengan masih
menggerutu tidak jelas Jihan kemudian berusaha untuk mengembalikan otak
normal-nya dan tidur, bagaimanapun ia perlu memejamkan mata dan beristirahat
karena besok ia harus bangun pagi dan kembali bekerja.
^^^
Pagi harinya,..
James sudah
memakai baju rapi, hari ini dia berencana untuk melihat restaurant keluarga yang
akan di bangun-nya kembali.
James berjalan
menuju dapur untuk sarapan, berkat didikan orang tua-nya selama ini, James terbiasa
hidup disiplin dan mandiri, melakukan semua sendiri tanpa pernah menyusahkan
orang lain, membuatnya merasa sangat beruntung mempunyai orang tua seperti
mereka.
Isi kulkas
Jihan cukup lengkap, ada beberapa potong brownies coklat dan biscuit juga didalam
sana. James langsung mengambilnya dan membawanya ke meja makan, ia hanya
membuat segelas kopi hitam untuk minuman-nya.
Beberapa menit
kemudian James sudah selesai dengan sarapan-nya, sedangkan Jihan masih belum
bangun juga padahal hari sudah menunjukan pukul delapan pagi.
“Jam berapa
sebenarnya ia berangkat bekerja? Atau mungkin dia libur hari ini? Tapi ini
bukan weekend” Tanya James pada
dirinya sendiri, ia tahu kalau Aunty-nya itu bekerja tapi ia tidak tahu pukul
berapa biasanya Jihan bekerja.
“Seharusnya dia
tahu jam berapa harus bangun dan bersiap untuk bekerja kan? Daddy tidak mungkin
menyuruhku untuk mengurusi Aunty sampai sejauh ini, kan? Kalau memang iya, yang
benar saja!” James ber-argumen sendiri,
akhirnya ia pergi tanpa berniat membangunkan Jihan terlebih dahulu karena ia
juga sedang terburu-buru. James hanya menuliskan note di meja makan kalau ia
sudah pergi.
^^^
Iam so lonely broken angel,..
Iam so lonely listen to my heart,..
“Eeegghhh,,,”
Jihan menggeliat, tangan-nya berusaha menggapai-gapai nakas yang berada
disamping tempat tidurnya untuk mengambil handphone yang sejak tadi terus
berbunyi, dengan mata yang setengah terpejam dan keadaan yang belum benar-benar
sadar.
“Hallohh” Jihan
menerima panggilan tersebut dengan malas
“Jihan,, Kamu dimana sih? Di telpon berkali-kali gak diangkat. Masuk kerja gak
hari ini?” Cerocos Tiara sesaat setelah mendengar suara Jihan
“Kerja lah”
“Astaga,,, Kebiasaan. Pasti baru bangun tidur jam segini. Hhhhh” Kata Tiara
yang menyadari suara serak Jihan, khas orang yang baru bangun tidur
“Aduhh,, pagi-pagi buta begini udah ngoceh-ngoceh aja deh kamu. Heran”
“Apanya yang pagi buta, Jihan. Ini udah jam Sembilan tau. Jam Sem-bi-lan!” Kata
Tiara berteriak kesal
“Damn!” Jihan langsung terlonjak
bangun dan melihat jam dinding
“Upss,, Sorry” Kata Jihan lagi pada
Tiara yang baru saja menyadari kalau tanpa sadar dirinya sudah mengumpat tadi
“Hhhh,, Yaudah. Buruan siap-siap trus dateng ke boutique. Mrs Law mau VC (Video
Conference) sama kita dari Paris sana”
“Oke oke. Bye”
“Bye”
^^^
Tidak lama
kemudian, Jihan sudah tampak rapi. Dengan melakukan segala sesuatunya dengan
kilat bahkan tidak lebih dari dua puluh menit. Jihan cukup bangga dengan itu
semua, baginya itu adalah sebuah “prestasi” dan “keahlian” yang tidak mampu
dilakukan oleh sembarang wanita, bayangkan saja disaat wanita pada umum-nya
membutuhkan waktu setidaknya setengah jam hanya untuk mandi saja.
Tapi tidak
dengan Jihan, dia hanya butuh waktu kurang dari dua puluh menit untuk menyelesaikan semuanya, hingga kini ia sudah
rapi dan cantik. Yeay!
Lalu bagaimana
dengan kebiasaan-nya yang susah sekali untuk bangun pagi dan sesekali telat
datang ke boutique seperti saat ini, apa Jihan juga menyebut itu sebagai sebuah
“prestasi” dan “keahlian” ?
Entahlah. Yang jelas,
Jihan tidak merasa malu dengan semua itu. Bahkan dia masih bisa tersenyum ceria
saat tiba di boutique disaat semua karyawan disana sudah bersiap untuk makan
siang.
“Udah ada orang
di rumah, tetep aja kesiangan. Hhh,, Ya iyalah, orang dia gak bangunin aku,
tau-tau udah nyelonong pergi aja dengan ninggalin sticker note begitu doang.
Yakali Jihan Amanda Anthony bisa bangun pake begituan” Omel Jihan seperti biasa setiap pagi hari.
Dan Jihan tidak
pernah kehabisan objek pelampiasan untuk omelan-nya setiap pagi, dan sepertinya
mulai pagi ini James yang akan sering menjadi kambing hitam-nya padahal itu
adalah murni, sah dan mutlak kesalahan dirinya sendiri.
Sekitar pukul
sepuluh pagi Jihan baru sampai di boutique, dengan berlari-lari kecil setelah
turun dari taxi ia segera masuk dan menuju meja kerjanya.
Terlihat dari
beberapa rekan kerja yang lain menggelengkan kepala melihat kebiasaan Jihan,
memang Jihan tidak selalu datang telat tapi dibanding karyawan yang lain,
Jihanlah yang paling sering datang terlambat. Yang hampir setiap hari Jihan
lakukan “hanyalah” datang pas disaat jam kerja baru dimulai, yaitu pukul
delapan nol nol. Ckckckck
“Jam berapa VC
nya?” Tanya Jihan pada Tiara sambil menyalakan laptop miliknya
“After lunch. Tapi sekarang kita harus mengumpulkan design-design best seller boutique
kita dalam dua tahun terakhir sebagai tambahan untuk bahan meeting dengan Mrs
Law dan client baru kita disana nanti”
“Oke” Kata Jihan mengerti dan mulai sibuk dengan pekerjaan-nya
^^^
“Makan siang
dulu yuk, Jihan” Ajak Tiara pada Jihan yang masih sibuk dengan photo-photo
design di laptopnya
“Sebentar”
“Kamu sedang mengerjakan koleksi spring-summer ya?” Tanya Tiara yang ikut
memperhatikan photo-photo tersebut
“Iya. Eh sebenarnya baju ini cukup bagus ya, tapi ternyata kurang laku
dipasaran. Siapa yang merancangnya waktu itu” Tunjuk Jihan pada salah satu gaun
cantik bermotif bunga sakura full di bagian body depan.
“Kamu lupa? Itu kan baju rancangan Mrs Law sendiri. Dia menambahkan motif bunga
sakura karena ingin mengenang masa-masa indahnya saat masih bersama mendiang
suaminya dulu”
“Ohh,, Baju rancangan Mami Law itu banyak banget, sampe lupa yang mana aja”
“Iya, orang yang kamu inget kan cuma baju rancangan kamu doag”
“Hahahaa,.. Orang baju rancanganku cuma dikit doang, jadinya inget deh”
“Heemm,, Suka merendah gitu deh, kamu itu salah satu karyawan kita yang paling
produktif ngeluarin rancangan-rancangan baru, dan hampir setengahnya itu
termasuk dalam kategori best seller. Kamu itu berbakat”
“Hehehe,,, Tenkyu. Eh terus yang tadi lanjutin lagi dong, ini baju nya gimana
kok bisa gak masuk best seller?” Tanya Jihan yang masih penasaran, karena
menurutnya jarang sekali baju rancangan Mrs Law tidak masuk di kategori best
seller boutique mereka.
“Aku juga
kurang tau sih Jihan, waktu itu kan Mrs Law mau launching pertama kali baju itu
Jepang”
“Ah iya,, Dia pergi ke Jepang bareng Mister Takahasi yang waktu itu emang lagi
deket sama dia, tapi abis itu waktu dia pulang darisana gak ada kabarnya lagi ya
baju ini, tiba-tiba ilang gitu aja padahal sebelumnya dia semangat banget”
Timpal Jihan sembari mengingat-ingat
“Nah iya, bukan cuma baju nya yang menghilang tapi si Mr Takahasi juga ngilang,
gak keliatan dateng kesini lagi sampe sekarang. Malah katanya Mrs Law narik
semua iklan promosi untuk baju ini yang sudah terlanjur beredar di media,
sampai akhirnya baju ini tenggelam gitu aja”
“Oohh,.” Jihan manggut-manggut dan menutup photo-photo tersebut.
“Yuk ah, makan dulu.
Udah jam dua belas lewat nih”
“Yuk yuk
^^^
Lagu : Halo - Beyonce
Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=bnVUHWCynig
- TBC -