“Kita makan sekarang?”
“Tentu saja” Aku mengangguk antusias, air mata ku pun sudah selesai berorasi
sepertinya, lagipula kalau terlalu lama mengharu-biru seperti ini kasihan fried
chicken dan kawan-kawannya yang sudah menunggu sejak tadi untuk kami santap.
“Sugeng?”
^^^^
“Siapa?” Tanya Alsha pada Jihan yang menyadari deringan
handphone sahabatnya itu
“Sugeng”
“Sugeng?”
“Bule nyasar yang waktu itu kalian paksa nganterin aku pulang di acara nikahan-nya
Zelwis” Kata Jihan santai tanpa berniat mengangkat handphone-nya, ia justru
asyik dengan ayam goreng di tangan-nya
“Ohh,, Kalian masih sering telpon-telponan ya,, Ciee,, Ciee,,,” Goda Alsha
“Bukan aku tapi dia yang sering nelpon” Kata Jihan dan akhirnya deringan ponsel
Jihan berhenti dengan sendirinya
“Hahaha,,, Kalau kamu yang sering nelpon juga gak apa-apa kali” Alsha masih
gencar menggoda Jihan
“Alsha apaan sih. Udah ah aku mau pulang” Kesal Jihan sesaat setelah
menghabiskan makan malam besar mereka.
Setelah membereskan sisa makan mereka, Alsha sudah bersiap
untuk mengantar Jihan pulang ke rumahnya tapi saat membuka pintu
appartement-nya, ternyata Aldo sudah berada disana.
“Al?”
“Hi Sayang,,, Eh Jihan, Halo” Sapa Aldo pada kekasihnya lalu beralih pada Jihan
yang ternyata berada di appartement kekasihnya
“Kamu ngapain kesini malem-malem Al, kok tumben gak ngasih tau dulu. Yuk masuk”
Ajak Alsha
“Emm,, Gak usah, Sayang. Aku kesini buru-buru,, emm”
“Ada apa Al. Jangan bikin aku takut deh” Sambar Alsha dengan cemas karena melihat
wajah kekasihnya yang gelisah membuat perasaan-nya jadi tidak enak
“Mama masuk rumah sakit, kita,,”
“Kita kesana sekarang!” Alsha langsung memotong perkataan Aldo, dia bahkan lupa
kalau tadi ia berencana untuk mengantar Jihan pulang
Sebenarnya kedatangan Aldo pun untuk menjemput Alsha dan mengajaknya
menjenguk Mama-nya di rumah saki. Tapi saat melihat Jihan, ia merasa tidak enak
dan memutuskan untuk membatalkan rencananya, ia tahu bagaimana persahabatan
kekasihnya ini dengan keempat sahabatnya dan Aldo bukanlah tipe pria yang
egois.
“Biar aku saja yang ke rumah sakit malam ini, besok aku
jemput kamu lagi” Kata Aldo pada Alsha
“Gak, aku mau jenguk Mama sekarang” Alsha sudah sangat dekat dengan calon
mertuanya itu, ia sudah menganggap Mama Aldo seperti orang tua-nya sendiri.
“Tapi Jihan?”
Seolah tersadar akan Jihan, Alsha menepuk jidatnya
“Ehh,,, Aku gak apa-apa kok, kalian pergi aja. Aku bisa
telpon taksi buat anter aku pulang" Kata Jihan mengerti
“Pinjem handphone mu sebentar” Kata Alsha pada Jihan tanpa menanggapi ocehan
sahabatnya itu
“Buat apaan?” Tanya Jihan tapi tangan-nya menyodorkan handphone miliknya pada
Alsha
Jihan dan Aldo memperhatikan Alsha yang tampak mencari
sesuatu di handphone Jihan, setelah menemukan-nya Alsha tersenyum dan
mengarahkan handphone tersebut ke telinga-nya tanda dia menghubungi seseorang
disana.
“Eh kamu nelpon siapa Sha?” Tanya Jihan
“Sssshhhttt” Alsha menyuruhnya diam, Jihan mengalihkan pandangan-nya kearah
lain
“Halo.. Sugeng” Kata Alsha membuat Jihan kembalii menolehkan
kepalanya cepat kearah Alsha dan memasang wajah kesal
“Ini aku Alsha, sahabat Jihan. Minta tolong dong Geng”
(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
“Tolong jemput si Jihan di appartement aku ya sekarang, soalnya aku lagi gak
bisa nganterin dia pulang nih. Alamatnya,,,,,”
(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
“Oke. Bye. Thank you”
“Nih” Alsha mengembalikan handphone Jihan tanpa merasa
berdosa sedikitpun, lalu ia menutup pintu appartementnya dan meraih lengan Aldo
“Yuk turun, kamu tunggu Sugeng dibawah aja” Ajak Alsha
dengan tersenyum lebar pada Jihan, sungguh ia ingin sekali tertawa melihat
wajah cemberut sahabatnya ini
“Auk ah,,,” Kata Jihan dan mendahului Alsha dan Aldo lalu
berjalan menuju lift
“Kamu tuh ya seneng banget bikin Jihan kesel” Bisik Aldo
pada Alsha
“Daripada dia naik taksi malem-malem gini dan kita gak bisa nganterin dia.
Jihan itu masih galau gara-gara Bayu, aku takut aja dia gak langsung pulang ke
rumahnya tapi ke rumah Bayu si kutu kupret itu atau malah kemana-mana dulu kalau
dibiarin pulang sendiri” Kata Alsha penuh perhatian pada sahabatnya.
^^^
“Pak, titip temen saya ya. Jangan dibiarin kemana-mana kalo orang yang jemput
dia belom dateng, oke oke” Kata Alsha pada dua orang secuirity appartement-nya
yang sudah sangat ia kenal
“Sett dah si Alsha,, dikata aku anak TK kali pake dititipin segala” Gerutu
Jihan yang berada di belakang Alsha
“Biarin, daripada aku disidang ama Kak Faizal gara-gara gak bener jagain
adek-nya yang kelewat mandiri ini”
“Iissshhhh,,”
“Oke,, Adik manis, tunggu disini ya dan awas kalo berani
kabur sebelum Sugeng dateng” Ancam Alsa dan semakin membuat Jihan muak padanya
“Kami pergi dulu ya Jihan, hati-hati. Hubungi kami kalau kamu sudah sampai rumah”
Timpal Aldo
“Ah ya, aku hampir lupa tuh. Kabarin aku kalo kamu udah nyampe”
“Iye,, Iye,, Bawel banget sih kamu kayak tukang obat. Eh Aldo salam ya buat
Tante, semoga cepat sembuh” Kata Jihan pada Aldo dan kembali melotot sebal saat
melihat Alsha.
Sedangkan Aldo hanya menggeleng dan tertawa kecil melihat
tingkah kedua sahabat yang saling “menyayangi” ini.
Faizal Anthony, yang biasa dipanggil Kak Faizal oleh Jihan
dan sahabat-sahabatnya adalah kakak kandung Jihan. Faizal saat ini tinggal di
USA bersama istri dan anaknya. Ia sudah lama tinggal disana demi melanjutkan
perusahaan keluarga, ia jarang sekali bisa menjenguk adik semata wayangnya itu
di Indonesia, hanya saat ia kebetulan ada pekerjaan di Negara Asia baru ia bisa
menyempatkan diri datang ke Indonesia, mencuri waktu di sela jadwal-nya yang
padat demi menemui adiknya yang sering ceroboh dan keras kepala itu. Faizal
juga selalu mengusahakan untuk menghubungi Jihan setiap hari, tapi jika Faizal tidak
sempat maka istrinyalah –Jasmine - yang akan menanyakan kabar Jihan, mereka
berdua sangat menyayangi Jihan dan sebenarnya sudah sejak lama ingin mengajak
Jihan tinggal bersama mereka di Amerika, tapi Jihan dengan keras kepalanya
memilih untuk tetap tingggal dan bekerja di Indonesia, padahal sebenarnya jika
mau ia bisa meminta apa saja yang ia inginkan pada sang Kakak dan iparnya tersebut.
Faizal cukup mengenal sahabat-sahabat Jihan, dan dia sering
menghubungi mereka untuk sekedar menanyakan kegiatan Jihan, atau sebaliknya.
Terkadang Faizal juga sering memberi mereka “hadiah” yang tidak sembarangan
untuk keempat sahabat Jihan. Membuat Alsha, Zelwis, Resta dan Azel tidak
keberatan sama sekali ikut menjaga Jihan bahkan mengomelinya jika Jihan sudah
mulai keras kepala dan membuat mereka khawatir, walaupun sebenarnya tanpa
“hadiah” dari Faizal mereka tetap akan saling menjaga dan menyayangi satu sama
lain.
Keempat sahabat Jihan itu seringkali menjuluki dirinya
sebagai “Adik yang kelewat mandiri.”
^^^
Setelah menunggu sekitar 20 menit akhirnya orang yang ditunggu-tunggu pun
datang, ah lebih tepatnya orang yang “terpaksa” Jihan tunggu. Hufh!
Dengan senyum menawan-nya Sugeng berjalan menuju Jihan.
“Hai Jihan, benar kan isi sms aku tadi siang. Sampai jumpa secepatnya. See,,”
“Hhmm,.. Sekarepmulah mister”
“Pulang sekarang?”
“Besok!”
“Hahaha,.. Yaudah yuk”
“Kamu udah makan belom?” Sugeng bertanya pada Jihan, saat
mobilnya sudah keluar dari area appartement Alsha
“Udah, banyak banget malah”
“Serius?”
“Iya, kenapa? Kok kayak gak percaya gitu” Jihan balik bertanya dengan heran
“Ya enggak, jarang aja cewek makan banyak apalagi malem-malem gini, takut
gendut katanya”
“Itu mah cewek situ kali, kalo aku sih enggak”
“Aku gak punya cewek, Jihan” Bantah Sugeng, entah mengapa ia merasa perlu
mengatakan pada Jihan bahwa dirinya tidak punya kekasih, apakah berharap
sesuatu atas penjelesannya barusan pada Jihan? Entahlah.
Namun ternyata Jihan tidak menanggapi ucapan Sugeng, ia
memilih diam saja.
“By the way, temen yang kamu maksud tadi siang mau ketemuan
itu si Alsha ya?” Sugeng kembali bertanya, ia ingin banyak mengobrol dengan
gadis disampingnya ini, bukan-nya mengheningkan cipta seperti ini
Namun setelah beberapa saat Sugeng menunggu, tidak ada
jawaban juga dari Jihan.
Tidak, Jihan tidak tertidur di mobilnya, tapi gadis ini tengah melamun. Dan
tidak ingin menganggu Jihan lagi, Sugeng berniat mengganti saluran radio,
berniat mencari lagu yang bisa membuat suasana lebih hidup, tidak seperti saat
ini mendengarkan lagu mellow yang membuat suasana semakin hening, tapi ternyata
Jihan menyadari gerakan Sugeng.
“Tolong jangan diganti dulu”
“O,,,ke”
Jihan mengalihkan pandangan-nya kearah jendela, tak terasa matanya
mulai berkaca-kaca. Hatinya sebenarnya belum rela melepaskan Bayu tapi ia juga
tidak terima jika terus menerus dipermainkan dan dibohongi seperti ini.
(Playing : Mitha – Aku Cuma Punya Hati)
Sedang patah hati tapi mendengarkan
lagu seperti ini? Are you kidding me?!
Wanita memang sulit dimengerti.
“Siapa
sebenarnya pria itu, apa yang sudah dia lakukan padamu Jihan. Brengsek!” Sugeng
mengumpat dalam hati, tak perlu di ungkapkan lagi dengan sekali lihat pun orang
tahu kalau Jihan sedang patah hati saat ini. Melamun dan mendengarkan lagu
mellow. Apa-apaan! Dan jangan lupakan bahwa tadi Sugeng sempat melihat mata
Jihan yang sudah berkaca-kaca.
“Sial” Maki Sugeng lagi, walau kali ini Sugeng tidak
mengumpat dalam hati tapi sepertinya Jihan masih asik dengan dunia-nya hingga
tidak mendengar makian Sugeng barusan.
^^^
“Sudah sampai Jihan” Tegur Sugeng
Jihan yang seolah baru tersadar, tampak kaget bahwa saat ini mobil Sugeng yang
ia tumpangi telah sampai di depan rumahnya dan segera bergegas untuk turun.
“Terima kasih, emm,, aku masuk dulu” Kata Jihan lalu ia
buru-buru masuk kedalam rumahnya tanpa berbasa-basi untuk mengajak Sugeng
mampir kerumahnya.
Sugeng hanya menganggukan kepalanya, ia terus memperhatikan
Jihan hingga gadis itu masuk kedalam rumahnya.
“Ya
Tuhan,,, Apa yang terjadi padaku, kenapa aku begitu perduli padanya dan sangat
tidak rela air mata-nya jatuh hanya untuk menangisi pria brengsek yang bahkan
aku tidak tahu itu siapa. Apa yang sudah kamu lakukan pada hatiku, Jihan Amanda
Anthony?” Batin Sugeng dengan menatap nanar rumah Jihan, seolah-olah
ia sedang melihat Jihan disana.
^^^
To : Girls_Alsha
“Aku udah sampe rumah. Makasih. Besok
aja kalo mau tanya-tanya lagi. Aku capek. Mau tidur. Bye”
Jihan mengirimkan pesan tersebut pada Alsha dan menaruh
handphone-nya diatas nakas, ia masuk ke kamar mandi yang berada di dalam
kamarnya untuk membersihkan diri dan mengganti baju, setelah itu Jihan langsung
merebahkan tubuhnya di ranjang Queen size miliknya.
Saat benar-benar hendak memejamkan mata, Jihan menyadari
kalau ia belum menutup jendela kamarnya, ia pun beranjak dan berjalan untuk
menutupnya. Tepat saat itu Sugeng baru saja melajukan mobilnya.
“Sugeng baru balik? Jadi daritadi dia masih diem disitu,
ngapain ya?” Jihan bertanya-tanya
Jihan berbalik kembali menuju ranjangnya dan menatap
langit-langit kamarnya.
“Semoga ini keputusan yang benar. Maaf dan sabarku udah habis buat kamu Mas.
Aku gak munafik kalo aku sebenarnya susah ngelepasin kamu, dan kalau ditanya
apa aku masih cinta? Entahlah Mas, selama setahun hubungan kita kamu lebih
banyak buat aku kecewa dan sakit hati, apa ini cinta namanya? Cukup kamu buat
aku sakit hati dengan semua pengkhianatan kamu selama ini. Semoga kamu sadar
dan menemukan orang yang tepat buat kamu di masa depan, begitupun dengan aku”
Dan perlahan Jihan mulai memejamkan matanya, air mata nya kembali mengalir
tanpa bisa ia tahan.
^^^
Pagi yang cerah,..
“Ya ampuunnn,,,, Ini matahari kenapa cepet amat udah nongol? Gak tau apa ada
yang menangis semalam dan baru bisa tidur jam setengah tiga pagi. Hhhhh” Gerutu
Jihan saat melihat sinar matahari sudah masuk melalui celah-celah jendela kamarnya.
Bayangkan saja sekarang sudah pukul setengah delapan pagi dan Jihan baru saja
terbangun dan ia sudah harus masuk kerja pukul setengah Sembilan, dan pagi seluruh
karyawan boutique tidak ada yang boleh telat karena Mrs Law akan mengadakan
meeting penting sebelum kepergian-nya ke Paris besok siang.
Jihan terus saja mengomel, entah pada siapa. Mungkin dia
perlu melampiaskan emosi-nya hingga hal apa saja yang menurutnya menyebalkan
maka ia akan mengomel dan menggerutu panjang-pendek seperti saat ini.
“Astagaaaa! Ini peralatan mandi kok pada abis bebarengan
begini? Segala odol, sabun ama shampoo kering kerontang semua botolnya, mana
gak ada stock lagi. OMG!!!!” Raung Jihan
di dalam kamar mandi
Untuk membeli keluar, sudah tidak ada waktu. Ini sudah
sangat siang bahkan Jihan sudah menganggalkan semua pakaian-nya baru ia
menyadari itu semua. Akhirnya mau tidak mau Jihan mandi seadanya, dia
memutuskan untuk tidak membasahi rambutnya, ia akan menyanggulnya saja nanti.
Saat Jihan sedang sibuk memasukan beberapa file ke dalam tas
kerjanya, handphone-nya berdering.
“Halo! Kalo gak penting ntar dulu deh nelpon-nya, lagi
sibuk” Cerocos Jihan tanpa melihat dulu siapa yang menelpon
“Eh,, Eh,, Jihan, nanti dulu”
“Upss,, Kak Faizal. Sorry.. Hehee” Jihan menyengir tanpa dosa, walau sang Kakak
tidak bisa melihat wajahnya tapi ia sudah bisa membayangkan wajah sok polos bersalah adik gadisnya itu
“Kamu kenapa pagi-pagi udah ngomelin orang di telpon begitu?”
“Aku kesiangan kak. Aduh duh,, Awww” Jihan tiba-tiba meringis
“Jihan! Hey,, kamu kenapa?”
“Ini kaki ku kepentok lemari. Aaauuhh,,, Kakak sih nelpon pagi-pagi gini, ini
tuh jam sibuk tau, ada apaan sih Kak” Setelah tadi Matahari, Odol, Sabun dan
Shampoo kini giliran Faizal yang terkena cipratan omelan pagi hari ala Jihan.
“Hhh,,, Kamu tuh ya punya penyakit ceroboh gak ilang-ilang dari dulu. Kalau pun
lagi buru-buru bisa kan hati-hati dikit” Faizal balik mengomeli adik-nya
“Iya,, Iya,,” Jawab Jihan malas, ia berlalu keluar rumah dan mengunci pintunya.
Ia sudah memasang earphone di ponselnya.
“Kamu lagi dimana sih, Jihan. Kok rame banget? Halo,,
Jihan,, Hei,, Halloo…”
“Iya sebentar, aku baru aja naik taksi dari depan rumah ini. Ada apa kak?”
Jihan kembali bertanya pada kakaknya, karena biasanya jarang sekali kakaknya
menelpon pagi-pagi seperti ini, biasanya Faizal menelpon di sore atau malam
hari.
“Keponakan kamu udah sampe belum, Jihan?” Tanya Faizal akhinya
mengutarakan apa yang sebenarnya ingin ia tanyakan sejak tadi pada Jihan
“Keponakan aku? James?” Tanya Jihan ragu
“Ya iyalah, memangnya Kakak kamu ini punya berapa anak sih. Mentang-mentang
udah jarang ketemu pura-pura lupa”
“Hehehe,, Becanda Kak. Emang si James ada perlu apa Kak ke Indonesia?”
“Kakak minta dia untuk membangkitkan kembali restaurant Papa yang udah tutup
itu, dia sudah cukup handal dalam dunia bisnis dan sangat tertarik dengan dunia
kuliner. Jadi Kakak menganjurkan James untuk ke Indonesia, sekalian menjaga
Aunty-nya yang selalu ceroboh itu disana” Sindir Faizal pada Jihan di akhir
kalimatnya
“Huffhhh,,, Kapan memang James datang, aku akan menjemputnya di Bandara nanti”
“Dia sudah berangkat kemarin, mungkin sore nanti dia sudah sampai. Kalau kamu
sibuk atau lelah tidak perlu menjemputnya, Kakak sudah memberikan dia alamatmu,
biar dia datang langsung saja ke rumahmu nanti”
“Oh,, Oke,,”
“Yasudah,, Kalian baik-baik disana nanti ya. Walaupun kamu Aunty-nya tapi
umurnya lebih tua darimu, Jihan. Dia pasti bisa menggantikan Papa dan Kakak
untuk menjagamu disana. Kamu bisa minta apapun padanya, kamu boleh saja mandiri
tapi kamu seorang wanita yang tetap membutuhkan seseorang untuk menjaga dan
mendampingimu, maafkan Kakak yang jarang sekali bisa menjengukmu disana, Jihan”
Nasihat Faizal panjang lebar
“Iya kak, tidak apa-apa. Terima kasih Kakak sudah mengirimkan James kemari
untuk menjagaku” Balas Jihan
“Ya,, Yasudah, sekarang kamu berangkatlah bekerja”
“Emm,, Kak..”
“Ya?”
“Aku,,,”
“Hmm?”
“Aku,, Eem,, Bisa tolong kirimkan photo James yang sekarang?”
“Untuk apa?”
“Aku,, sebenarnya lupa seperti apa wajah keponakan ku itu,,”
“Ya Tuhan,..” Faizal menggeram tidak percaya
“Hehehee…”
“Tidak perlu photo, kamu lihat saja sendiri nanti kalau sudah ketemu”
“Hhmm,, Yasudah, aku berangkat kerja dulu kalau begitu. Assalamu’alaikum”
“Walaikum salam. Hati-hati”
^^^
Jihan
POV
Namanya adalah James Alpha Anthony, keponakanku tapi berumur empat tahun lebih
tua dariku. Kalau sekarang umurku dua puluh lima tahun, berarti keponakan ku
itu umurnya dua puluh Sembilan tahun. Astaga,,, terasa aneh, tapi memang itulah
kenyataan-nya. Jujur aku belum pernah bertemu langsung dengannya, dulu saat
Papa masih ada kami hanya bertegur sapa melalui telephone dan itu pun hanya
sekali. Dan dia kedengaran tidak terlalu ramah, kak Jasmine bilang kalau anak-nya
itu memang tidak banyak bicara, tapi kenapa kalau dengan Papa waktu itu mereka
terlihat sangat akrab saat berbicara di telephone, apa karena aku jarang berbicara
padanya makanya dia bersikap dingin denganku. Hey,, biarpun kecil dan imut-imut
gini, aku ini Aunty-nya loh. Harusnya dia bersikap lebih sopan kan! Ugh,..
Nah sejak saat itu, aku tidak pernah lagi ingin berbicara
dengannya, kepribadianku yang “agak” banyak omong ini rasanya tidak cocok jika terlalu
banyak bicara dengannya, karena pada akhirnya hanya akan membuatku kesal karena
perkataanku yang sudah sepanjang jalan kenangan hanya ditanggapi seadanya oleh
dia.
Tapi, sekarang aku berharap setidaknya dia sedikit berubah
jadi lebih hangat dan tidak sedingin dulu padaku. Karena bagaimanapun nanti
kami akan tinggal serumah seperti kata kak Faizal tadi pagi. Aku sama sekali
tidak keberatan, malah aku senang setidaknya ada yang menjagaku. Jujur saja,
sebenarnya aku kadang takut kalau-kalau ada saja orang jahat yang tiba-tiba
menguntit rumahku dan masuk saat aku tengah terlelap di malam hari.
Waktu menunjukan pukul lima sore, jam kerja berakhir.
Seharian ini kami cukup sibuk mengingat Mrs Law ternyata ingin menambah
beberapa koleksi busana yang akan ia bawa ke Paris besok, jadilah kami
bolak-balik ke beberapa cabang boutique Mrs Law yang lain untuk mencari busana
yang ia inginkan.
“Apa aku harus menjemput James ke Bandara? Tapi aku tidak
mengenali wajahnya, gimana kalo salah orang? Pacar orang lagi ntar aku bawa
pulang. Eh? Yaudah, tunggu dirumah aja lah kali ya, aku juga udah capek banget”
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali kerumah saja, daripada aku bingung
sendiri nanti di Bandara nungguin orang yang gak aku tau mukanya gimana.
Tulis nama di kertas pake spidol? Oggahh ah,..
Sampai di rumah, aku beristirahat sebentar lalu mengganti
bajuku dengan yang lebih santai dan mulai berkutat di dapur. Ingin memasak
sesuatu sebagai ucapan selamat datang buat keponakanku nanti. Seperti apa
kira-kira wajahnya si James itu, apa dia berwajah Indonesia seperti Kak Faizal
atau justru sangat bule seperti Kak Jasmine. Hhmm,, Let’s see..
Sejam kemudian, masakan ala kadarku sudah matang. Rasanya?
Entahlah. Yang penting matang dulu. Hahhaa.. Tapi sejauh ini, sepertinya
makananku tidak pernah membuatku sakit perut dan ya yang paling penting kata
Alm. Papa masakanku ku itu enak. Yaps, itu sudah cukup membuatku percaya diri.
Aku berlari-lari kecil untuk membuka pintu saat mendengar
suara bell yang berbunyi.
Aku membuka pintu dan terpaku melihat sosok pria
dihadapanku.
Pria dengan tubuh tegap tinggi menjulang, mempunyai sorot mata tajam dengan
bola mata hazel (Merah kecoklatan) khas orang Amerika sekali, mempunyai alis
tebal dengan bibir yang,,,ah, sudahlah. Satu yang pasti pria ini sangat tampan.
“Permisi,. Apa benar ini rumah Jihan Amanda Anthony?” Pria
tampan dengan suara yang seksi ternyata. Terutama bagian dimana dia menyebut
namaku
“I-iya,, Ini rumahku” Astaga, kenapa harus gugup gini sih
“Ah ya, perkenalkan saya James Alpha Anthony. Anda aunty Jihan?”
“Whattt???
Jadi pria tampan dan seksi ini adalah James, keponakanku.
Ke-po-na-kan-ku?!! Pria yang baru saja membuatku berfantasi liar tentangnya. Ya
Tuhan,, Apa yang baru saja kupikirkan!”
^^^
Lagu : Aku Cuma Punya Hati - Mitha
Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=YNbqvIgCWVI
- TBC -