Jo tinggal di rumah Jalal bersama Arkan & Askana yang
tengah hamil. Ia mulai mebiasakan diri tinggal di rumah Jalal yang dirasa
terlalu membosankan, disini sepi sekali sama seperti apart-nya. Semua sibuk
dengan pekerjaan masing-masing. Mungkin sebentar lagi rumah ini akan sedikit
ramai karena bayi Kak Askana akan segera lahir. Jo senang, karena jujur saja
walau seorang wanita yang tomboy ia sangat menyukai anak kecil.
Jo bosan, sepanjang hari kegiatannya hanya berteman
dengan guling dan bantal, paling-paling hanya sesekali keluar jika dirasa
perlu. Di rumah sebesar ini hanya sendiri bersama beberapa pelayan dan penjaga,
lagipula Jalal sedang keluar.
Kak Arkan pun pergi bersama Kak Askana, entah kemana.
Disini benar-benar sangat sepi, hanya pelayan yang pergi dari satu tempat ke
tempat lainnya. Jo menyusuri lorong demi lorong keluar dari kamar setelah
menyelesaikan beberapa tugas, Jo merasa kepalanya sangat pusing kakinya
benar-benar tak mau berfungsi seperti biasanya. Jo rasa ia akan tumbang,Jo
merasakan tubuhnya jatuh menghantam lantai putih dingin.
Sebelum matanya tertutup, ia mendengar pelayan
menghampirinya dengan teriakan. Jo menutup mata.
“Jo?” suara seorang pria yang memanggil namanya.
“Ya,” lirih Jo, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Matanya sedikit, hanya sedikit membuka, ia mulai menangkap bayangan laki-laki
yang duduk disampingnya, Jo rasa ia sedang berbaring di atas kasur. Laki-laki
itu mencuil hidungnya.
“Bangun dong, gak lelah apa berbaring terus.”
“Karena aku lelah,
oleh karena itu aku berbaring,” Jo menutup matanya lagi. “Aku butuh waktu
sehari lagi ya, lagian baru saja aku disini.” Jari telunjuk Jo terangkat di
depan wajah Jalal, “Lagian jika aku di rumah. Aku hanya sendiri, tidak ada
bedanya dengan di apart.” Masih dengan mata tertutup.
Jalal menatap Jo dengan sendu, ia tak tahu apakah air
matanya benar akan keluar atau baru menggantung. “Maaf Jo, aku gak bermaksud
ninggalin kamu setelah pernikahan kita. Aku terikat kontrak,” Jalal tahu jika
air matanya sudah keluar, bukan karena cengeng. Ia benar-benar tak tega pada
istrinya ini. Andai Jalal tahu bahwa Jo begitu merasa sepi.
Merasa ada setetes air yang membasahi pundaknya. Jo
membuka mata, “Kenapa kau menangis? Aku salah?” Jo memukul pelan kepalanya,
“Aduh Jo, baru berapa hari nikah udah buat suaminya sendiri nangis.”
Jalal tertawa melihat kelakuan Jo, “Kalau seperti ini,
aku rasa 2 hari tidur gak cukup ya. Sebaiknya aku harus membicarakan pada
doktermu, untuk memberikan sehari lagi waktu untukmu disini.”
“Ya aku mengerti, kau akan pergi lagi kan?” Jo bangkit
dari tidurnya, duduk dan menghadapkan badannya kearah Jalal.
“Bukan begitu makudku Jo, aku hanya ingin kau memulihkan
keadaanmu disini.” Jalal mulai khawatir, ia takut Jo berfikir yang akan membuat
hubungan mereka buruk. Jalal menegrti, Jo kesepian karena sehari setelah acara
repsepsi mereka. Jalal pergi ke luar kota dan baru kembali saat pelayan di
rumah mengabarkan bahwa Jo di opname di Rumah Sakit.
“Tenang saja Jalal, aku baik. Istirahatnya sudah cukup
ya. Lagian ini salah orangtua kita, buat apa membuat banyak acara?” Jo
merenggut.”
“Mereka menyayangi kita Jo, mereka hanya ingin yang
terbaik untuk kita.” Jalal mengusap lembut kepala Jo, “Setelah ini kita akan
berlibur.”
“Honeymoon?”
“Tidak. Aku lebih suka menyebutnya berlibur, bukan
honeymoon.”
“Aku akan segera sembuh jika itu tawarannya,” Jo mencium
lembut pipi Jalal. Rasanya begitu lega dan bahagia, mencium seseorang yang
telah halal bagi kita. Tidak ada dosa melainkan pahala yang mengalir, karena
ini semua sudah sah.
2 bulan kemudian (9 April)
Kak Askana telah melahirkan putrinya. Putri mereka sangat
cantik dan lucu. Diberi nama Ar- Khanza oleh kak Arkan, dan Khanza mulai tumbuh
sebagai bayi gendut juga chubby.
Dan ya, apa kalian tahu kini aku hamil, ayah berpesan
padaku untuk sebisa mungkin
meminimalisir kejadian seperti kemarin dengan kondisiku yang seperti ini. Dan
sampai saat ini juga, Jalal beserta keluarganya belum tahu tentang profesiku
sebagai PATERATA yang mereka tahu aku hanyalah seorang anggota TNI-AD.
Entahlah kapan aku akan memberitahu yang sebenarnya,
mungkin saja Jalal akan menyuruhnya keluar dari keanggotaan PATERATA, ini
sebuah kemungkinan yang tak bisa kuterima.
***
Suatu malam saat purnama, Alvi sedang sibuk memakan
coklat dan pop corn secara bersamaan serta menonton kartun kesukaannya. Dan
tiba- tiba saat Genaya keluar ke balkon ia menemukan sebuah kertas berlumur
darah dengan tulisan “KAU AKAN MERASAKAN APA YANG AKU RASAKAN”
“Alviiiiii” teriak Genaya histeris, bukan karena takut
terlebih kepada kaget setelah sekian lama peneror itu hilang kini ia kembali
lagi.
“Ada apa? Berisik sekali sih kamu. Apa yang kau pegang
itu? Kenapa berdarah?” tanya Alvi penasaran.
“Peneror itu lagi yang mengirimkannya. Aku tak habis
pikir, sebenarnya siapa sih yang kau bunuh vi? Kenapa ia tak lelah menerormu”
“Aku juga tak tahu. Mana aku ingat siapa yang aku bunuh”
jawab Alvi cuek.
Dan kembali ke dalam membiarkan Genaya sendiri. Saat akan
melanjutkan menonton. Pintu apart terketuk,,
“Tookk tokk tokk”
“Siapa sih malam-malam gini bertamu” omel Alvi.
“Siaaaa, hahh apaan nih?” setelah ia mengambil sebuah
kain yang juga berlumur darah dengan sebuah pistol mainan di dekat kain itu.
Dan satu lagi yang tak pernah Alvi lupakan, peneror itu
bahkan mau menghabisi nyawanya dengan cara memutus salah satu kabel rem pada
mobilnya. Untung sebelum kejadian buruk itu terjadi Alvi telah mengetahuinya.
Seketika ia shock dengan semua terror ini, tapi apa boleh buat. Ia berusaha
menjalani harinya setenang mungkin.
***
27 Desember
Jo sedang berada di halaman depan bersama bayinya yang
sangat menggemaskan. Tak henti-hentinya Jo mengajak bayinya itu berbicara, tapi
hanya bergumam tak jelas hal itu cukup membuat hati Jo senang. Adrian bayi
laki- laki hasil buah cintanya dengan Jalal yang berhasil Jo lahirkan beberapa
minggu lalu. Walau bayi Jo lahir dengan prematur, syukur bayi itu sehat sampai
saat ini.
“Terimakasih tuhan telah mempercayaiku menjadi seorang
ibu, memiliki harta paling berharga di dunia ini. Bayi yang lucu dengan segala
lekukan hampir menyerupai Jalal” syukur Jo bergumam.
Jo mengangkat hp-nya yang terus saja berbunyi sedari tadi,
“Halo Jodha Ardani, apa kabar mu?”ucap seseorang di sebrang
sana.
“Iya, siapa ini?”
“Kau tak perlu mengetahui siapa diriku, yang perlu kau
tahu adalah 2 orang anggotamu Alvi & Genaya sedang bersamaku di Palembang.
Hanya kau yang dapat menyelamatkan mereka, cepat datang kesini kalau kau ingin kedua
jantung wanita cantik ini tetap berdetak.”ancam Clara.
“Hey, jangan berbuat macam-macam pada mereka. Kau akan
tahu akibatnya karena telah bermain-main dengan PATERATA.”
“Hahaha, kau mengancamku? Itu tidak mempan Jodha, aku
telah menyusun semua ini berbulan-bulan lalu dan kemana kau selama ini? Baru
tahu kondisi anggotamu dari mulutku. Oh ya aku lupa kau baru saja melahirkan
seorang putra bukan dan pasti kau sedang asik mengurus bayi itu? ”
“Baik, aku akan pergi ke Palembang besok. Dan selama itu
juga jangan kau sakiti mereka berdua. Dari mana kau tahu itu?”
“Aku selalu tahu keadaanmu Jodha, kau aku intai 24 jam
penuh. Jadi bukan masalah biasa jika aku tahu kau sudah melahirkan dan memiliki
seorang putra”
***
Setelah meminta izin kepada Jalal ia pergi ke Palembang
meninggalkan Adrian bersama nanny-nya, Ny.Farida beserta Ny.Arum. Karena ayah
mereka sedang melakukan perjalanan bisnis ke Turki. Ia beralasan akan pergi ke
Palembang untuk menemui rekan kerjanya yang sedang sakit.
Awalnya Jalal menolak keras, tapi setelah Jodha bilang
bahwa ia hanya akan pergi 2 hari Jalal mengizinkannya. Entah mengapa
perasaannya sangat berat untuk meninggalkan putra kecilnya. Ia terpaksa pergi
untuk menjalankan tugas bukan?
“Hai, Jodha. Akhirnya kau datang juga kesini, aku kira
kau akan membiarkan nyawa kedua gadis itu melayang tapi tidak. Kau sangat
bertanggung jawab dengan meninggalkan putra kecilmu itu, apa kau yakin ia akan
baik-baik saja disana?”
“Apa maksudmu, cepat katakan dimana Alvi & Genaya
berada saat ini. Aku tidak ingin bermain-main denganmu.”
“Hahaha, kau bodoh. Apa kau percaya begitu saja denganku?
Aku tidak pernah menyekapnya, lihat saja gadis itu datang saat ini bersama
kita.”ucap Clara yang menunjuk ke arah pintu memberitahu kedatangan Alvi &
Genaya pada Jo. Setelah sebelumnya ia membuat janji agar kedua wanita itu
datang menemuinya.
“KPA Jodha? Untuk apa kau disini?”seru Alvi & Genaya
bersamaan.
“Aku yang seharusnya bertanya pada kalian mengapa ada
disini? Bukankah wanita ini telah menyekapmu?”tanya Jo.
“Tidak, ia yang menyuruh kami datang kesini untuk
memperjelas perbuatannya kemarin” jelas Genaya.
“Apa maksud dari semua ini? Kau bilang kemarin mereka di
sekap, tapi sekarang. Dan cepat katakan apa mau mu sekarang” ancam Jo pada
Clara.
“Oh tenang Jo, aku hanya ingin bermain denganmu. Memang
keadaan mereka baik saat ini, tapi apa kau tahu bagaimana keadaan putramu?”
“Apa yang kau lakukan pada putraku? Sungguh licik, kita
sesama wanita pasti tahu keadaan masing-masing. Tapi apa yang kau lakukan? Menipuku?
Wanita iblis”
“Aku telah menyuruh anak buahku untuk berkunjung dan
bermain dengan keluargamu disana. Dan mungkin beberapa jam lagi putra kesayang
mu itu akan tertidur dengan damai selamanya.”
Tawa Clara memekik di seluruh ruangan.
“Apa-apaan ini, kau tidak bercanda kan? Mengapa kau
membawa putraku dalam masalah ini?”lirih Jo.
“Sudah Jo, sebaiknya sekarang kau cepat pergi ke Jakarta
untuk mencegah kemungkinan buruk yang akan terjadi. Aku takut, perkataannya
kali ini benar” ujar Alvi.
“Tapi untuk apa dia mengancam nyawa putraku?”tanya Jo
meminta penjelasan.
“Aku juga tak mengerti, kurasa ada dendam yang ia
tunjukan pada semua anggota.”
“Baiklah, kuharap semua baik-baik saja. Ya Tuhan
selamatkan keluargaku dimana pun mereka berada.”
***
Setelah berhasil memasuki rumah megah itu dengan alasan
sebagai rekan Jodha, kedua orang ini langsung berbincang dengan Farida &
Arum tak lama pun ia langsung melumpuhkan kedua wanita ini dan memasukkannya ke
kamar dengan tangan dan kaki terikat.
Mereka berjalan menelusuri rumah ini untuk mencari Adrian
dan nanny-nya. Saat mendengar suara tangisan bayi, mereka bergegas memasuki
kamar dan meminta nanny memberikan bayi Adrian padanya. Penyekapan dilakukan
juga pada nanny, dan Adrian pun diberi sebuah cairan setelah itu mereka tertawa
puas dan merebahkan bayi itu di box bayinya.
Selama di perjalanan Jo menangis tak bersuara, bagaimana
tidak. Nyawa anak yang baru ia lahirkan beberapa minggu lalu berada di ujung
tanduk jika tidak segera diselamatkan, itu baru kemungkinan yang terjadi,
karena entah perkataan Clara itu benar apa tidak. Ia sedang berada di mobil
menuju rumahnya, jaraknya cukup jauh kira-kira 2 jam baru akan sampai. Dan
tiba-tiba handpone nya berbunyi, nama Jalal tertera disana.
“Halo Jo, cepat kembali ke Jakarta. Terjadi penyekapan di
rumah kita, Mama, Ibu, Nanny dan Adrian sekarang aman kau jangan khawatir.”
“Iya Jalal, aku akan pulang. Maafkan aku karena sudah
merepotkanmu, aku menyesali kepergianku kemarin” lirih Jo.
“Tenang Jo, kau tak perlu seperti itu. Jangan fikirkan
yang tidak-tidak aku selalu bersamamu”
“Baiklah Jalal”
***
Jo datang ke rumah, terdapat beberapa polisi disana. Ia
langsung menghambur ke pelukan Jalal, ketenangan ia dapatkan disini saat
melihat seluruh keluarganya dalam keadaan baik. “Terima Kasih Tuhan”batinnya.
Setelah itu, ia mengambil bayi Adrian dari gendongan
Ny.Farida, betapa damainya bayi ini tidur tanpa dosa dan beban yang
menghantuinya. Perasaan itu datang lagi, ya ketakutan akan kehilangan
seseorang, Jo cepat menepis ketakutan itu dengan mendekap Adrian penuh cinta.
Seakan pelukan ini tak rela ia lepas saat seseorang menepuk pundaknya.
“Jo, sebaiknya kita pergi kekamar. Kepolisian akan
mengusut tuntas kasus ini, kau tenang saja tidak ada yang harus dikhawatirkan.”ujar
Jalal.
“Iya Jalal, aku berharap akan seperti itu seterusnya dan
aku takut…..”
“Husst, jangan berkata seperti itu, aku akan terus berada
disampingmu.”
“Terimakasih
Jalal, Tapi bagaimana dengan ayah?”
“Tenang saja, aku telah mengabarkan ini pada ayah dan
papa, besok mereka akan pulang ke Indonesia.”
1 Januari
Jalal POV
Di depan sebuah makam mungil. Seorang pria menekuk
mukanya, tangis tertahan ya, itu yang sedang dilakukan seorang Jalal “Tahun baru bukan menurut kalian? tapi tidak
untukku, mungkin ini adalah tahun terburuk dalam hidupku. Kehilangan seorang
bayi bahkan saat ia belum bisa mengucapkan namanya sendiri, tanpa kehadiran Jo
disisinya. Jo stress semenjak kejadian kemarin pagi Jo menganggap ini semua
mimpi dan Jo menyalahkan dirinya sendiri”
Perlahan ia menyeka air mata yang mulai turun` dari mata
elang yang tertutup sebuah kaca hitam. Berdiri tanpa siapapun disisinya,
berharap kekasih halalnya itu akan datang. Merengkuh setiap luka, tapi harapan
akan menjadi sebuah harapan.
Jalal telah sampai di rumah, keributan terdengar di
telinganya. “Apa lagi ini, tak adakah yang bisa menghentikan waktu
mengizinkanku istirahat sejenak”
“Jo apa yang kau lakukan dengan benda itu” tanya Jalal panik.
“Tentu saja untuk bermain-main Jalal, sangat menyenangkan
bukan? saat benda ini menggores nadiku HAHAHA” tawa Jo menggelegar di seluruh
ruangan kamar mereka.
“APA KAU GILA HAHH? SERAHKAN BENDA ITU PADAKU” gertak
Jalal yang mulai kehilangan kesabaran.
“Kau kenapa Jalal? Aku memang gila. Mana bayiku? Mana
Adrian? Kau bawa kemana dia? Katakan padaku “ jawab Jo yang tak kalah sengit.
Jalal merebut gunting yang ada di tangan Jo dan langsung
merengkuh Jo dalam pelukannya
“Maafkan aku Jo, tolong terima kenyataan ini, Adrian
telah tiada. Ia telah tenang disana, kau jangan seperti ini. Fikirkan aku Jo,
aku juga membutuhkanmu” tangis Jalal tumpah dan Jo berontak agar Jalal
melepaskannya.
“Kembalikan guntingku! Apa kau bilang Adrian pergi?
Adrian tenang disana? Hahaha Kau bohong Jalal mana mungkin ia senang disana
tanpaku” tawa Jo melebur menjadi tangis yang memilukan.
“Aku disini Jo, aku selalu bersamamu. Jangan seperti ini,
aku tak bisa hidup tanpamu”
Sekian lama Jo tak menyahut perkataannya Jalal melihat Jo
yang tidur dalam dekapannya dengan tangis yang tersisa dipipinya. Jalal tahu Jo
sangat tersakiti tapi apa yang bisa Jalal lakukan. Tuhan penentu segalanya dan
Jalal hanya hamba tak bisa berbuat banyak.
Jalal baringkan Jo di kasur dan lagi Jalal bawa Jo dalam
pelukannya. Menyalurkan rasa sesak dan sedih bersama
“Jo apapun kondisinya, aku akan selalu disisimu. Jangan
lepas genggaman tanganku. Jangan pernah” bisik Jalal ditelinga Jo dan mengecup
keningnya dengan kesedihan yang mendalam.
***
Terimakasih atas waktu menunggunya.
Mohon pengertian, belakangan ini kami sibuk dan baru sempat post hari ini.