Jodha sekarang berada di halaman belakang rumahnya. Setelah
kabur dari ruangan itu, ia membiarkan mereka yang mengurusi persiapan pernikahannya.
Menerawang jauh entah apa yang dipikirkannya sekarang,
tiba-tiba uluran tangan menyentuh pundak Jo ternyata (Jalal).
Jo memang agak sebal, kemana saja pria ini saat ia di
introgasi oleh kedua orang tua mereka, tapi kata kata “introgasi” memang
terdengar berlebihan, tetap saja itu yang ia rasakan tadi.
“Jo maaf aku baru datang. Aku telah menemui mereka dan
persetujuanmu membuat ku sangat senang.”katanya.
“Apa yang membuat fikiranmu berubah? Kau bilang mau
menikah tahun depan” Jalal bahagia, terukir senyum tipis di wajahnya.
Jo memberi sedikit tempat duduk pada Jalal,“Sebenarnya
aku juga tak siap Jalal, mereka mendesakku, aku tak tega menolak usulan ayah
dan ibu apalagi mama-mu. Mereka berharap penuh padaku.”
“Lagipula dari mana saja kau, membiarkanku sendiri
menghadapinya. Aku takkan memaafkanmu setelah ini Jalal” canda Jo ditengah
keseriusannya.
“Biasa saja mukamu jelek jika seperti itu” Jalal duduk
disamping Jo,
“Kau terpaksa menerima usul mereka? Kalau kau tak siap
biar aku saja yang mengatakannya agar menunda pernikahan kita” Jalal bangkit
dari tempat yang baru didudukinya beberapa detik lalu.
Jo menarik lengan jalal, “Hei kenapa seperti itu. Kau
akan membuat mereka kecewa nantinya. Apa kau tega?”
“Lalu apa yang kau mau nona? Kau bilang belum siap, tapi
saat aku akan mengatakannya kau bilang jangan. Kau takut mereka kecewa? Tapi
apakah kau tak takut jika aku yang kecewa saat menikahimu nanti.”
Jo mengerenyitkan dahinya, “Kenapa seperti itu? Kau
kecewa menikahiku nantinya?”
Jalal menghela napas, “Tentu saja. Mana mungkin aku
menikahi seseorang yang tak siap menikah denganku.”
“Baiklah. Baiklah. Sudahi perdebatan ini.”
“Memang tidak ada perdebatan.”
“Sudah! Aku akan membicarakan sesuatu.”
“Katakan!”
“Seminggu lagi aku akan ke Papua. Ada tugas.” Jo melihat
ekspresi Jalal, “Itu yang membuat aku cemas. Mereka ingin satu bulan lagi kita
menikah, aku takut tak kembali tepat pada waktunya.”
Dari awal pertemuannya dengan Jalal, Jo belum mau bahkan
masih menutup rapat profesinya sebagai anggota PATERATA.
Takut suatu saat setelah mereka menikah, Jalal akan
memaksanya dan menyuruh Jo keluar dari keanggotan PATERATA yang selama ini ia
dambakan.
Menolak keinginan suami demi ego diri sendiri tidak akan
pernah baik bukan?
Entahlah kapan kebenaran itu akan Jo katakan atau akan
terbongkar dengan sendirinya.
1 kemungkinan yang ia tahu hanyalah Jalal akan murka
karena membohonginya bertahun-tahun,
“Ah
sudahlah, itu masih terlalu jauh untuk terlalu dipikirkan saat ini. Lagipula
ayah dan ibu juga minta menyembunyikannya dari Jalal serta orangtuanya”
Jalal menampakkan senyumnya, “Jadi karena itu.”
“Lalu bagaimana menurutmu?”
“Bagus.”
Jo bangkit dari duduknya sambil berkacak pinggang,
“Apanya yang bagus!”
“Jadi aku bisa bertemu teman wanitaku.” Jalal tak dapat
menahan tawanya.
“Bagus,” Jo menepuk kedua tangannya.
“Pergi saja dengan teman wanitamu sepuasnya.” Jo
berfikir, “Atau aku curiga sesuatu padamu.” Tatapan matanya menuduh.
“Heii apa yang kau fikirkan. Aku tak pernah melakukannya.
Aku laki-laki bertanggung jawab.” Jalal membanggakan dirinya.
“Aku mengerti sekarang,” matanya tetap menuduh.
“Jika kau melakukan itu saat aku pergi, jadi kau akan
mengganti namaku dengan nama wanita itu di undangan pernikahan kita.” Jo
menggelengkan kepalanya. “Aku tak menyangka.”
Tiba-tiba Jalal mengangkat tubuh Jo, “Turunkan Aku!” Jo
memukul dada Jalal.
“Kau sudah kelewatan tentangku Jo. Apa kau fikir aku
laki-laki seperti itu.”
“Mungkin.”
Jalal melepaskan gendongannya ditubuh Jo, menjatuhkannya kedalam
kolam. “Sesuai keinginanmu nona bawel, hahaha”
“Heii teganya kau,” Jo menarik Jalal masuk kedalam kolam.
Mereka membicarakan kehangatan pasangan suami-istri yang
akan diresmikan satu bulan lagi itu.
“Lihatlah Far, mereka memang serasi bukan?” Ny.Arum
menarik Ny.Farida dari dapur menuju halaman belakang.
“Aku tahu.” Ny.Farida tersenyum, “Kau panggilah kedua
anak itu agar masuk. Ini sudah malam, mereka bisa sakit.”
“Baiklah,” Ny.Arum melangkahkan kakinya menuju kolam.
“Kalian cepat masuk kedalam dan segera ganti baju. Jangan
terus bermain air seperti anak kecil!”
Wajahnya tertunduk malu, kejahilannya kali ini disaksikan
seseorang atau mungkin banyak orang. “Baik ma, aku segera naik. Jodha yang
membuatku seperti anak kecil,” Jalal menatap Jodha.
“Hei, kau yang salah dan kini menyalahkanku.”kata Jo lalu
mencubit lengan Jalal.
“Aku salah lagi?”
“Tentu.”
Saat mereka merangkak naik dari kolam, Jalal mengenggam
lengan Jo. “Aku cinta kamu Jo”
“Halah, gombal kamu !”
“Kenapa sih kamu gak pernah bisa romantis ke aku?”
“Karena Jodha sayang Jalal, hahaha. Daa..”katanya
diselingi tawa dan berlalu masuk.
***
20 September
Sejak kemarin Jo telah berada di Papua dengan izin kedua
orangtuanya.
Ibu berpesan agar Jo cepat kembali. Mereka cukup menyesal
atas keputusan yang ia ambil.
Berada di tengah hutan melakukan penyamaran dengan
senjata di tubuhnya.
Menghadapi para penghianat Negara yang ingin
menghancurkan negeri ini dan barang haram yang mereka bawa.
Memang ini bukan kali pertama Jo menghadapi penghianat
Negara seperti ini tapi tetap saja saat ini berbeda, mereka hampir dikenal di
seluruh Negara tetangga dan juga menjadi buronan Negara lain.
(Maaf
ya, ini cuman fiksi. Jadi kalau ada kesamaan nama, tempat kejadian, persitiwa
atau apapun yang dapat menyinggung. Mohon dimaklumi, cerita murni keluar dari
fikiran author.)
Mengenaskan bukan di Negara kita ada saja orang yang
ingin menghancurkan negrinya sendiri.
Apa tujuan mereka pun tak masuk akal, entahah dimana
logika mereka. Tak ada iman dan keteguhan yang tersisa dihati.
Hukuman apa yang diterimanya setelah habis kehidupan.
Mungkin cukup sulit untuk menangkapnya. Tapi kita lihat
saja siapa yang bisa bersembunyi lama dari PATERATA.
Jam 7 malam tiba, Jo melihat beberapa orang dengan
pakaian yang mencurigakan, mungkin salah satu anggotanya.
“Lapor PA Haswari ada yang mencurigakan disini, tolong
ikuti 2 orang di dekat jalur timur. Dan juga bawa beberapa anggota lain
Segera!!!”Jo memerintahkan kepada salah satu anggotanya
Tanpa membuang waktu lama ia berjalan mengikuti mereka dan
benar saja setelah beberapa menit mengikuti, Jo tiba di sebuah rumah tua yang
cukup besar.
Di
tengah hutan ada rumah seperti ini?
Pantas
saja buron itu sulit dilacak. Mereka tinggal di dalam hutan belantara.
Jo kini telah tahu dimana posisi mereka dan Jo cepat
menyuruh anggotanya mundur dan akan menyerang beberapa hari lagi.
“Lapor PA Haswari, PA Genaya, PA Dara PA Alvi langkah
mundur aku telah mengetahui posisi mereka. Kembali ke markas !”
Jo dan 19 anggota PATERATA lainnya telah berkumpul di
markas dekat hutan.
PATERATA berjumlah 20 orang dengan Komando Utama Jodha
Ardani.
Dan dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu Timur pimpinan Jo
dan 3 lainnya pimpinan Ulfah, Aishe dan Helen.
Dalam satu regu diketuai oleh seseoang yang disebut KPA
yang beranggotakan 5 orang.
TIMUR
KPA JODHA
|
BARAT
KPA ULFAH
|
UTARA
KPA AISHE
|
SELATAN
KPA HELEN
|
PA
Alvi
|
PA
Bisha
|
PA
Astrid
|
PA Ai
|
PA
Dara
|
PA
Gia
|
PA
Fida
|
PA Jihan
|
PA
Genaya
|
PA Shiren
|
PA
Septa
|
PA Moza
|
PA
Haswari
|
PA
Zhafra
|
PA
Zahra
|
PA Salwa
|
“Untuk semua PA, kami telah menemukan dimana posisi
musuh, kita akan menyiapkan strategi untuk mulai meringkus mereka dan aku minta
kalian semua menyiapkan fisik maupun mental yang matang untuk beberapa hari
ini.”
“Dan untuk KPA Ulfah pimpin di bagian Barat, KPA Aishe
pimpin di bagian Utara, KPA Helen aku tugaskan kau pimpin di bagian Selatan dan
aku sendiri akan memimpin di Bagian Timur.”
Semua pasukan bubar dan kembali ke tenda masing-masing. Sedangkan
Jo masih di markas ditemani oleh sahabatnya itu.
Sebenarnya Jo juga tak tega pada Ulfah yang harus
meninggalkan Fikri sendiri, padahal ia baru beberapa bulan menikah.
Jo sudah menyuruh Ulfah agar tak ikut tapi ia memaksa dan
sama seperti Jo ia tak ingin lari dari tanggung jawab walau apapun alasannya.
Dan satu lagi Ulfah menjadi salah satu KPA di PATERATA karena
kecerdikannya menyusun strategi tempur.
“Jo aku tahu kau sedih karena harus memikirkan
pemberontak itu. Padahal beberapa hari lagi kau akan menikah” Ucap Ulfah
membuyarkan lamunannya.
“Hah bukan seperti itu Fah lagi pula kau juga harus
meninggalkan Fikri sendiri bukan? Aku lebih salut padamu. Tapi hanya saja aku
takut jika kita gagal dan aku takkan kembali kepada mereka.”
“Dan juga takkan ada pernikahan antara ku dengan Jalal”
ucap Jo menatap Ulfah sendu.
“Cukup Jo jangan berucap seperti itu, aku yakin kita
semua akan selamat, hanya akan ada luka kecil ditubuh kita sebagai medali
keberhasilan kita nanti” Ulfah menyemangati Jo.
“Aku telah menyiapkan strategi yang bagus untuk meringkus
mereka semua. Yakin lah kita akan selamat Jo, ini pengalaman yang kesekian
kalinya bagi kita dan sampai saat ini tak ada kejadian yang menakutkan bukan?”
“Ya semoga tetap seperti itu Fah”
“Jangan lesu Jo, di depan semua anggota kau sangat kuat
dan tegar tapi apa ini kau lemah dibelakang mereka”
“Ah iya Fah maafkan aku, aku hanya punya firasat tapi
semoga saja firasatku tak ada benarnya. Terimakasih telah meyakinkanku Fah”
Keesokannya Jo disibukkan untuk bertemu semua Jendral TNI
angkatan Udara dan Darat untuk membicarakan tentang peringkusan yang akan
diadakan 5 hari lagi.
Jo bersama 3 KPA lainnya memberi tahu strategi PATERATA
dan juga bagaimana posisi masing-masing nantinya.
Akhirnya dengan kesepakatan bersama telah disetujui jika
tanggal 26 september. Akan diadakan peeringkusan para anggota pemberontak tak
terkecuali pemimpinnya yang terus saja bersembunyi seperti pengecut.
***
Setelah kembali dari rapat PATERATA untuk membahas tugas
mereka esok hari, Jo mengambil hp-nya dan berniat menghubungi Jalal.
Ini pertama kalinya jo menyentuh hp setelah sekian lama
diabaikan.
“Jalal
apa kabar, maaf aku baru menghubungimu. Bagaimana persiapan pernikahan kita?
Pasti sangat membosankan ya? Hahaha maaf kau harus menghadapinya sendiri. Aku
janji beberapa hari lagi akan pulang. Masih ada beberapa urusan disini. Kau
tenang saja, aku baik.”
-Jodha
“Hah
benarkah ini Jodha Ardani? Aku merasa sedang bermimpi dan mengigau mendapat
balasan darimu setelah sekian lama terabaikan. Dan kau gila Jo, sudah pergi
terlalu lama, aku tak mau tau besok kau harus pulang. Kau harus membantuku dari
ibu dan mama yang terus memaksaku ini itu. Aku butuh kau Jo Hahaha. Aku mulai
menggombal”
-Jalal
Jodha hanya tertawa melihat balasan dari Jalal.
Dan ia tak bisa membalas karena ini sudah waktunya
istirahat.
Semua anggotanya telah terlelap di mimpi mereka.
Mungkinkah akan senyenyak itu, menurut pengalaman sebelumnya.
Tidak mudah terlelap saat akan berjuang esok.
(Mungkin juga sama seperti kalian, jika esok akan melakukan sesuatu yang baru atau menantang dan berbeda. Akan sulit tertidur {imsomnia})
***
26 September
Semua anggota telah berkumpul di dalam markas PATERATA dengan pakaian lengkap dan senjata laras
pendek serta pisau mematikan di baju mereka masing-masing.
Dan tak lupa juga alat pelacak di badan, agar tak
kehilangan posisi dari pusat.
“Semua sudah siap malam ini kita akan mengerahkan seluruh
kemampuan yang PATERATA punya selama ini. Aku yakin kita semua akan bisa
mengalahkan mereka.”
“ALLAHU AKBAR ‘DEMI NEGARA ‘HIDUP PATERATA” teriak Jo
tegas, urat- uratnya pun tertarik keluar agar meyakinkan seluruh pasukannya
bahwa mereka bisa dan kita akan menang. Walau nyawa taruhannya.
“Untuk 3 KPA silahkan bawa pasukan ke titik yang telah
aku perintahkan dan aku juga akan berangkat sekarang. Kita tak boleh
menghabiskan waktu lebih lama lagi. Dan pastikan setiap anggota akan terus
terhubung. Jangan ada yang menghilang dari pantauan”
“SIAP KOMANDAN” teriak seluruh pasukan.
Jam telah menunjukkan pukul 9 malam dan Jo yakin semua
KPA telah siap bersama para pasukannya masing-masing.
Dan kini tugas terbesar Jo memancing mereka agar keluar.
“Lapor PA Timur, aku akan segera bertindak dan tolong
jangan membuat keputusan sampai aku yang memerintahkan kalian”
“Laksanakan” jawab keempat PA Timur pasukan Jo.
Perlahan Jo keluar dari tempat persembunyiannya dan masuk
kedalam rumah tua tersebut yang ternyata tak dikunci.
Jo bingung kenapa mereka tak mengunci. Ah mungkin mereka
tidak memasang pengaman lebih, mengingat keberadaannya di tengah hutan jauh
dari keramaian manusia.
Saat ia membuka pintu “Kleekk”
“Selamat datang Komandan” ucap Daelon salah satu anggota
ah bukan lebih tepatnya pemimpin pemberontak dan tak lain adalah orang yang
diincarnya kini.
“Kami sudah menunggu beberapa hari terakhir, kami kira
komandan takkan datang dan tak sia-sia penantian kami . Kau pasti akan datang
Komandan” ucap Daelon
“Apa-apaan ini, ada 10 anggota disini. Bagaimana mungkin
mereka tahu rencanaku. Bagaimana sekarang?”
Rencana awal mereka telah punah dan Jo tak mau kalah ia
ambil rencana kedua yang telah Ulfah siapkan untuk menghadapi masalah seperti
ini.
“Lapor seluruh KPA Barat Utara dan Selatan. Bagaimana keadaan
kalian. Segeraa!!!”
“KPA Selatan melapor. Maaf Komandan, kami disini sedang
bertempur bersama anggota TNI-AD lainnya. Jumlah mereka begitu banyak, kami
cukup kewalahan dan kami yakin kami akan mengalahkan mereka dengan bantuan yang
akan datang sebentar lagi,”diikuti laporan dari 2 KPA lainnya.
“Hahaha Komandan Jodha Ardani, semua bagian telah terkepung.
Kau keduluan dengan kami Komandan. Aku akan sedikit bermain-main denganmu”
ucapnya meledek.
“Kau tahu saat salah satu anggotamu membuntuti kami. Itu
hanya suatu jebakan dank au sudah keliru.”
“Dasar pria licik”
Langsung saja Jo melawan 10 anggota itu seorang diri
karena 4 PA Timur juga sedang menghadapi kelompok mereka.
Sementara Daelon hanya tertawa melihat Jo kewalahan.
Menyerah? Tentu itu bukan jiwa Jodha. Ia akan tetap
berjuang sampai titik darah penghabisan.
Sampai saat ini 5 lawan Jo telah K.O tak berdaya.
Jo memang terkenal hebat dalam bertarung diantara semua
PATERATA walau kini nafasnya mulai habis dan tersengal-sengal.
Dan tiba-tiba saja ada jarum yang menembus kulit punggung
Jo secara paksa dan sedetik kemudian kesadarannya hilang.