Tapi apakah yang akan terjadi kemudian sama dengan apa yang dipikirkan
oleh Faridha? Hahaha
^^^
Selang beberapa waktu, Faridha mendengar pintu kamar dibuka dan tertutup
kembali lalu dikunci, derap langkah serta aroma parfume yang sudah sangat ia
kenal terasa mendekat kearahnya, jantung Faridha berdebar tak menentu, untung tadi
dia membalikan tubuhnya kearah tembok sehingga Rajatha tidak tahu kalau ia
sedang pura-pura tidur saat ini.
Dengan gerakan perlahan Faridha mulai merasakan tempat tidur
disampingnya begerak
“Apa ia juga akan langsung tidur? Semoga
saja, ah tapi apa seperti ini saja malam pengantinku? Tidak ada “sesuatu” yang
akan terjadi begitu? Astaga,,, Apa yang ku pikirkan, sepertinya memakai “kain
jala” ini menimbulkan efek buruk bagi otak ku. Dasar Melanie sialannnn,,,,” Racau Faridha dalam hati, tanpa sadar ia
bergerak gelisah didalam selimutnya, tanpa diketahuinya Rajatha sejak tadi
melihat semua gerak gerik istrinya dari belakang sambil tersenyum, ia tahu
Faridha sama sekali tidak tidur namun ia lebih memilih memperhatikan istrinya.
Dan dengan mengikuti nalurinya, Rajatha mendekatkan dirinya
pada Faridha, dengan lembut Rajatha memeluk Faridha dari belakang, melingkari
perut Faridha dengan lengan kokohnya dan perlahan namun pasti ia mulai menghapus
jarak mereka berdua.
Merasakan sentuhan tiba-tiba dari Rajatha, seketika Faridha
menegang namun ia berusaha rileks kembali agar tidak menimbulkan kecurigaan
dari Rajatha kalau dia sebenarnya belum tidur, sedangkan Rajatha mulai membuka
sedikit selimut Faridha dibagian kepalanya, kemudian mencium rambut Faridha
yang beraroma memabukan, sesekali ia tersenyum.
Sungguh Rajatha sangat bahagia malam ini.
“Sayang,,,” Bisik Rajatha mesra di telinga Faridha
Faridha sudah tidak tahu harus bersikap seperti apalagi, ia berusaha setenang
mungkin walau tidak bisa dibohongi debaran di dadanya semakin menjadi saja.
Demi Tuhan, ia gugup. Tidak, bahkan dia sangat amat gugup. Walaupun Faridha
pernah menikah sebelumnya, namun Faridha sendiri tidak pernah sedekat ini
dengan Ardhan dulu.
Rajatha akhirnya membalikan tubuh Faridha, mata Faridha
masih terpejam dan kedua tangan-nya memegang erat selimut di dadanya, Rajatha
meniup wajah Faridha dengan mesra dan mengelus pipi halus istrinya dengan
sayang.
“Cantik” Kata Rajatha lagi, andai lampu di kamar ini
menyala, sudah pasti Rajatha bisa melihat rona merah di kedua pipi Faridha yang
akan membuatnya semakin gemas oleh tingkah lucu istrinya ini.
Dan dengan perlahan akhirnya Faridha memberanikan diri membuka
matanya dan menatap wajah tampan Rajatha yang sudah berada sangat dekat
dengan-nya. Mereka berdua tersenyum.
Rajatha ingin masuk kedalam selimut yang sama dengan Faridha
tapi Faridha langsung mencegahnya.
“Jangan Mas” Sergah Faridha cepat, membuat Rajatha
mengernyit bingung
“Kenapa Sayang?”
“Aku,,, eem,, Kedinginan” Faridha beralasan dan semakin mengeratkan selimutnya
Rajatha melihat gelagat aneh istrinya “Kau menyembunyikan sesuatu dariku,
Sayang?”
“IYA,, Eh,, Tidak,, Maksudnya tidak ada Mas” Kata Jodha dengan menggigit
bibirnya, ia tahu pasti suaminya ini tidak akan percaya.
Rajatha semakin gemas dengan ulah Faridha, ia kemudian
menundukan kepalanya dan bibirnya mencoba meraih bibir ranum milik istrinya,
dengan penuh kelembutan dan segenap cinta serta kasih sayang yang ia miliki, ia
coba curahkan pada Faridha disetiap kecupan-nya, Faridha terbawa dan membalas
ciuman hangat Rajatha, tangan-nya tanpa sadar mengalung di leher Rajatha
membuat mereka semakin dekat, Rajatha dan Faridha tersenyum dalam ciuman mereka.
Dan tanpa Faridha sadari tangan Rajatha mulai menyibak
selimut yang sejak tadi ia pertahankan, Rajatha menghentikan ciuman-nya dan
menatap lekat kedalam mata bulat Faridha, kemudian ia mengalihkan pandangan-nya
pada tubuh istrinya, Faridha yang baru menyadari kalau selimutnya sudah hilang
entah kemana dan ternyata sudah berada di belakang suaminya, Faridha ingin
mengambilnya kembali namun segera dihalangi oleh Rajatha.
“Biarkan aku melihatmu, Sayang” Kata Rajatha lembut dan ia
menyalakan lampu dengan remort yang berada di atas nakas tempat tidur mereka.
Saat lampu menyala reflek Faridha menutup wajahnya dengan kedua tangan-nya. Kalau
memang Faridha malu seharusnya ia menutupi tubuhnya bukan kedua matanya.
Wkwkwkwk,,,,
Rajatha meraih kedua tangan Faridha dan sedikit tertawa
melihat wajah malu-malu istrinya, Faridha dapat merasakan wajahnya semakin
memanas karena di tatap begitu intens oleh Rajatha.
“Kau memakai,,,,?”
“Ini pemberian dari sekretaris Mas itu, dia mengambil semua piyamaku dan
menggantinya dengan kain jala aneh ini”
“Kain jala? Hhahaa,,,,” Kata Rajatha senang
Faridha menatap Rajatha yang tampak bahagia, ia pun
memberanikan diri untuk bertanya.
“Emm,,, Apa Mas suka aku memakai eem,, Li-Lingerie ini?”
“Ya aku menyukainya, Sayang. Sangat menyukainya. Sepertinya aku harus berterima
kasih pada Melanie dan mungkin aku akan menambah bonus akhir tahun-nya nanti”
Faridha membenamkan wajahnya di dada suaminya karena masih
merasa malu, mereka berpelukan untuk beberapa saat. Rajatha menyembunyikan
tubuh mereka berdua dengan selimut yang tadi ia ambil dari Faridha.
“Sayangku, terima kasih sudah bersedia menjadi istriku.
Tetaplah disampingku hingga hanya maut yang dapat memisahkan kita, aku
mencintaimu istriku” Kata Rajatha sungguh-sungguh dengan masih terus memeluk
erat tubuh Faridha
“Terima kasih juga telah hadir dalam hidupku Mas, saat aku
terpuruk dan putus asa Mas datang dan menemani hari-hari ku, hingga aku mulai
terbiasa dan bergantung padamu hingga sekarang. Aku adalah wanita yang
beruntung bisa dicintai dan mencintai mu Mas” Jawab Jodha
“Semoga cinta kita di berkahi dan dirahmati oleh-Nya selalu.
Aamiin”
“Aamiin”
Faridha mendongakan wajahnya menatap Rajatha, pandangan
mereka kembali bertemu, dengan menekan rasa malunya ia mencium Rajatha lebih
dulu.
Rajatha memejamkan matanya, sebelah tangannya mencari-cari
remort di atas nakas untuk mematikan kembali lampu kamar mereka, kini kamar
pengantin mereka kembali gelap. Rajatha dan Faridha melewati malam pengantin
dengan segala cinta yang mereka miliki. Malam panjang yang menjadi saksi
bersatunya cinta mereka.
^^^
Keesokan harinya,..
“Sayang,,” Rajatha membangunkan istrinya dengan mengelus lembut sebelah pipi
Faridha
“Mmmhhh” Faridha nampak masih ngantuk dan masih meringkuk nyaman dalam pelukan
posesif suaminya
Rajatha terkekeh geli, akhirnya ia mengalah dan kembali melanjutkan tidur
bersama istrinya, biarkanlah saja dulu Papa dan Mama yang sejak tadi memanggil
mereka dari luar agar segera turun untuk sarapan.
“Maaf Mah Pah, tapi sepertinya memeluk istriku lebih
menyenangkan daripada memakan sarapan yang bahkan dimasak oleh chef terbaik
hotel ini” Gumam Rajatha dan mencium sekilas bibir istrinya yang sedikit
terbuka.
^^^
Beberapa jam kemudian, Rajatha dan Faridha akhirnya bangun juga dan telah
selesai mandi, keduanya tampak lebih segar. Rajatha tersenyum geli
memperhatikan istrinya yang tampak kebingungan memilih baju yang akan ia
kenakan, daritadi Faridha hanya mengacak-acak isi lemari dan sesekali mendengus
kesal.
“Huffhh,, Kenapa aku sampai lupa membawa salah satu sweater
ku kemarin” Keluh Faridha lagi
“Sebenarnya pakaian seperti apa yang kau cari sejak tadi, Sayang?” Tanya
Rajatha yang kini sudah memeluk Faridha dari belakang
“Sweater berkerah tinggi” Sahut Faridha sambil terus melakukan aktifitasnya
“Untuk apa? Pakai saja baju santai seperti biasanya” Usul Rajatha
“Semua gara-gara Mas, aku jadi malu untuk keluar dengan “stempel-stempel” Mas
ini” Kata Faridha dengan manjanya, Rajatha semakin mengeratkan pelukannya di
perut ramping istrinya dan mencium pipi Faridha sekilas
“Boleh aku bertanya sesuatu, Sayang?”
“Hhmm,,,”
“Apa semalam,, ehm,, yang pertama bagimu melakukan “itu” denganku?”
“I-iya, Mas yang pertama bagiku dan,,,, aku bahagia telah menyerahkan miliku
yang paling berharga untukmu, pria yang sangat kucintai” Kata Faridha dengan
sedikit terbata, ia tidak menyangka kalau Rajatha akan menanyakan hal ini
secara tiba-tiba padanya
“Tapi,, Bukankah dulu kau dan Ardhan,,?”
“Iya, tapi kami tidak melakukan apapun Mas, masalah besar langsung menghantam
rumah tangga kami yang baru berjalan beberapa jam hingga memisahkan kami
beberapa bulan lamanya dan Mas tahu sendiri bagaimana akhirnya hubungan kami”
Jelas Faridha membuat Rajatha tersenyum
“Apa sebelumnya Mas berpikir kalau aku dan Kak Ardhan sudah,,,”
Rajatha hanya tersenyum dan membalikan tubuh istrinya lalu
mencium keningnya dengan lembut
“Kenapa Mas selalu berpikir secara sepihak tanpa menanyakan kebenarannya
terlebih dulu” Keluh Faridha
“Hhhmm,,, Pantas saja semalam kau terlihat sangat gugup seperti seorang gadis
yang takut kehilangan kepera,,,” Kata Rajatha tanpa menghiraukan perkataan
Faridha barusan
“Aku memang masih perawan Mas,, Emm,,, Setidaknya sampai semalam” Potong
Faridha tapi kemudian ia tersipu malu mengingat kejadian semalam
“Iya, aku tahu. Kenapa kau tidak mengatakan-nya saja sejak awal, Sayang” Kata
Rajatha lembut
“Mas sendiri tidak bertanya, kenapa?”
“Karena aku tulus mencintaimu, Sayangku. Cintaku tanpa alasan padamu, ya aku
tidak punya alasan jika kau tanya mengapa aku mencintaimu, karena jika aku
mencintaimu karena alasan dan suatu saat alasan itu hilang atau berubah maka
tidak lama cinta ku juga ikut hilang atau berubah padamu. Aku mencintaimu tanpa
syarat dan terima kasih sudah menjadikan aku pria pertama untukmu, Sayang”
Rajatha dan Faridha berpelukan dengan mesra.
Akhirnya Rajatha dan Faridha keluar dari kamar mereka
menemui keluarga yang sejak tadi menunggu, Faridha akhirnya memilih mengenakan
syal di lehernya untuk menutupi “stempel-stempel” dari suaminya, tapi tidak
dengan Rajatha ia dengan percaya dirinya mengenakan kaos V-Neck untuk
memamerkan “stempel-stempel” hasil karya istrinya, ya memang bukan hanya
Rajatha tapi Faridha juga tidak mau kalah semalam, Faridha yang melihat dengan
jelas hasil karya dirinya di leher Rajatha jadi malu sendiri.
“Hi selamat pagi, semua” Sapa Rajatha sumringah, benar-benar
senyum khas pengantin baru
“Sejak kapan pukul satu siang masih disebut pagi, Jagoan” Sahut Jalal pada
putranya, Rajatha menyengir saja lalu garuk-garuk kepala salah tingkah
“Hi Sayang” Jalal menyapa Faridha, begitupun dengan Jodha
“Kalian sudah mau berangkat sekarang?” Tanya Jodha pada
Rajatha dan Faridha, anak dan menantunya ini akan pergi honeymoon selama satu
minggu ke salah satu pulau milik keluarga
“Iya Mah, lebih cepat lebih baik. Ya kan sayang” Jawab Rajatha pada Jodha lalu
beralih pada Faridha dengan tatapan menggodanya. Jalal dan Jodha menggeleng
melihat tingkah laku Rajatha
“Baiklah, Hasan yang akan mengantar kalian ke Bandara” Kata
Jalal kemudian memanggil Hasan.
^^^
“Hati-hati dan kami tunggu kabar gembira dari kalian” Kata Jodha lagi
Hasan, Rajatha dan Faridha sudah siap di dalam mobil namun
Hasan masih belum menjalankan mobilnya
“Apa dia tidak ikut? Aku kan sudah memintanya menemaniku tadi” Kata Hasan pada
dirinya sendiri
“Ada apa Paman?” Tanya Rajatha
“Tidak, Tidak ada apa-apa” Sahut Hasan sambil matanya sesekali mengarah ke kaca
tengah seperti menunggu seseorang
“Ayo, kita jalan saja kalau begitu”
“Eeuumm,,,,”
Faridha dan Rajatha saling berpandangan tidak mengerti, hingga terdengar teriakan
dari seseorang yang memanggil Faridha dari luar, tepat saat Hasan akan
menjalankan mobilnya.
“Melanie?” Kata Faridha, ia segera menurunkan kaca mobil
disebelahnya
“Ehm,, Ha-Hai,, Faridha,,, Sir Rajatha. Emm,,, Aku,,, Apa boleh,,,” Melanie
tidak melanjutkan kata-katanya, ia merasa tidak enak mengatakan-nya pada
Rajatha dan Faridha
“Ada apa Melanie?” Tanya Faridha tidak mengerti apa yang ingin Melanie katakan
“Ah begini Faridha, Melanie sebenarnya ingin pulang dan karena kebetulan aku
mengantar kalian ke Bandara, jadi tadi aku menawarkan padanya untuk sekalian mengantarnya
pulang setelah dari Bandara nanti. Bagaimana, tidak masalah kan?” Kata Hasan
membantu Melanie
“Tentu saja tidak Paman, ayo ikut saja dengan kami Melanie. Ayo, masuklah” Kata
Rajatha dan diangguki oleh Faridha dengan senang
Melanie masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Hasan dan
sontak hal itu membuat Hasan bersorak senang didalam hatinya. Astaga, umur
berapa dia sebenarnya, kenapa tingkahnya seperti anak ABG yang baru jatuh cinta
seperti ini. Dan dengan cekatan Hasan mulai menjalankan mobilnya
“Te-Terima kasih Faridha,, Sir” Kata Melanie pada Faridha
dan Rajatha
“Sudah berapa kali ku katakan, jangan memanggilku seperti itu jika diluar kantor
Melanie” Kata Rajatha kembali mengingatkan
“Maaf,, emm,, Tapi saya tidak enak jika memanggil nama,
karena anda merupakan Bos saya di kantor” Kilah Melanie
“Tapi dengan istriku kau bisa memanggil dia dengan namanya, padahal sekarang
dia sudah menjadi istri dari Bos mu”
“Eeuumm,,,,” Melanie jadi bingung sendiri karenanya, Bos nya ini memang tidak
pernah bisa dibantah, entah itu didalam atau diluar kantor seperti saat ini
“Panggil saja dia dengan namanya, Melanie” Kata Hasan santai
“Kau harus membiasakannya mulai sekarang bahkan sebentar lagi dia akan
memanggilmu Bibi” Lanjut Hasan lagi dengan setengah berbisik yang hanya mampu
di dengar oleh Melanie. Hasan menoleh dan tersenyum lembut kearah Melanie,
sedangkan Melanie menunduk dengan pipi yang mulai bersemu merah
Entah apa sebenarnya yang sudah terjadi antara Hasan dan
Melanie, padahal semalam mereka tampak ribut hanya karena sebucket bunga tapi
hari ini mereka tampak lebih akrab dan,,,, Manis.
Di kursi belakang, sejak tadi Rajatha menggoda Faridha tanpa
perduli ada Hasan dan Melanie di depan. Wajar saja, mereka penganti baru.
Setelah berkutat dengan kemacetan di ibukota, akhirnya
mereka sampai di bandara international Soekarno-Hatta, walau tadi sempat mengalami
macet cukup lama tapi sepertinya hal itu
tidak berarti apa-apa bagi mereka, tentu saja karena segala sesuatu yang kita
jalani bersama orang terkasih maka semuanya akan terasa begitu mudah dan
menyenangkan. Sesederhana itu dan jangan mempersulitnya.
Rajatha dan Faridha sudah check in meninggalkan Hasan dan
Melanie berdua saja diluar Bandara.
“Kita pulang sekarang?” Ajak Hasan pada Melanie
“Ya” Sahut Melanie singkat, ia gugup. Hasan tersenyum menatapnya, dibalik
kemudinya Hasan meraih jemari Melanie
“Dengar Melanie, apa yang ku katakan padamu tadi malam adalah kebenaran, aku
sungguh-sungguh dengan lamaranku padamu Melanie” Kata Hasan lalu mengecup
punggung tangan Melanie mesra
“Ta-Tapi,,, Apa ini tidak terlalu cepat, A’” Sahut Melanie. Semalam, setelah
mengobrol panjang lebar dengan Hasan, pria itu mengutarakan ingin menikahinya
dan meminta Melanie untuk mulai membiasakan dirinya dipanggil Aa.
Melanie dibuat bingung dengan semua ini, terlalu cepat
baginya tapi tidak bisa disangkal juga kalau dia nyaman bersama dengan Hasan,
sebuah perasaan yang baru pertama kali ini dirasakan-nya, terbukti ia tidak
menolak sama sekali saat Hasan menggenggam dan mencium punggung tangannya tadi.
“Love at first sight. Do you believe that? Itulah yang
terjadi padaku ketika pertama kali melihatmu, Melanie” Kata Hasan. Tidak, Hasan
tidak sedang membual saat ini, justru ia berkata jujur apa adanya dan berharap
Melanie mampu melihat kejujuran dimatanya
“Menikahlah denganku, Melanie”
“Bantu aku agar yakin menerima pinanganmu Aa”
“Tentu”
^^^
Tak terasa sudah tiga hari Rajatha dan Faridha pergi bulan madu, dan sejak itu
pula Jodha sama sekali tidak bisa menghubungi Faridha, padahal ia sudah merindukan
dan ingin bercakap-cakap dengan menantunya itu, Rajatha benar-benar
“memonopoli” Faridha untuk dirinya sendiri. Menyebalkan!
“Masih tidak bisa di hubungi, Sayang?” Tanya Jalal pada
Jodha sambil mengelus kepala Jodha yang tengah bersandar dengan manja di
dadanya, tempat favorit Jodha sejak dulu
“Belum, Rajatha seolah mengajak istrinya berbulan madu di lubang semut” Gerutu
Jodha
“Hahahaa,,, Biarkan saja, Sayang. Oh ya, bagaimana dengan “sesuatu” yang ingin
kau berikan pada Faridha itu?”
“Sudah selesai, tinggal menunggu mereka pulang saja, Sayang”
Jalal mencium mesra kening istrinya “Lalu mana “something” untuk ku, Sayang?”
“Sayangnya tidak ada something untukmu suamiku” Kata Jodha yang sudah paham apa
maksud “something” dari suaminya itu
“Baiklah,, Ayo kita tidur saja” Kata Jalal dengan kecewa karena Jodha menolaknya,
ia tidak ingin memaksa jika istrinya tidak mau melayaninya.
Jodha tersenyum geli melihat suaminya yang merajuk “There is
no something but everything, I’ll give my all to you. Only for you” Bisik Jodha
mesra di telinga Jalal dan menggigit ujungnya pelan dan membuat senyum Jalal
mengembang seketika, istrinya ini selalu tidak terduga dan membuatnya selalu
jatuh cinta padanya lagi dan lagi.
^^^
“Besok aku ingin kita pergi ke Lombok” Kata Jalal pada Jodha dengan tiba-tiba
setelah “aksi” mereka barusan
“Ke Lombok? Untuk apa?” Tanya Jodha seraya membenarkan selimut di tubuhnya
“Honeymoon” Kata Jalal dan mengedipkan sebelah matanya pada Jodha
“Honeymoon?”
“Ya, memangnya Rajatha dan Faridha saja yang honeymoon. Aku juga tidak mau
kalah, Sayang”
“Hehhee,, Aku ikut saja denganmu, Sayang”
“Tentu saja kau harus ikut, kalau kau tidak ikut aku mau honeymoon dengan
siapa,, hmm” Kata Jalal dengan mencubit pipi Jodha dengan gemas
“Ya,, Ya,,,”
_____________________________
- To Be Continue -