“Tetap disini sampai
aku menghabiskan kopi ku”
“Eh?”
^^^
Dengan tatapan bingungnya Faridha kembali mendekat kearah Bos nya itu namun
pria dihadapannya kini sudah kembali berkutat dengan laptop dan beberapa file
di mejanya, membuat Faridha enggan untuk bertanya lagi dan memilih menurut
saja, tapi dimana ia harus menunggu apa dia harus tetap berdiri dihadapannya
Bos nya ini atau bagaimana.
“Kau bisa duduk di sofa itu Faridha” Kata Rajatha tiba-tiba
tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya
“Baik Pak”
Sudah sepuluh menit berlalu namun Rajatha sama sekali belum
menyentuh cangkir kopi yang tadi dibuatkan oleh Faridha, ya tentu saja Rajatha
sengaja melakukan itu karena ia ingin agar Faridha tidak kemana-mana namun itu
ternyata membuat Faridha merasa tidak nyaman, ia tidak tahu harus melakukan apa
disini.
Karena suhu diruangan Rajatha sangat sejuk dan juga aroma
parfume yang selalu menenangkan Faridha setiap kali ia menciumnya, membuat
Faridha tanpa sadar memejamkan mata kemudian tertidur dengan begitu lelapnya di
sofa empuk tersebut. Faridha memang cukup mengantuk karena semalam ia tidur
cukup larut karena memikirkan bagaimana hari pertamanya bekerja.
Rajatha melirik sekilas kearah Faridha dan tersenyum
padanya, ia langsung bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan dengan hati-hati
mendekati Faridha, dalam tidurnya sesekali tubuh Faridha miring ke kiri dan ke
kanan, membuat Rajatha tersenyum geli melihatnya dan tanpa canggung sama sekali
Rajatha memperbaiki posisi tidur Faridha, ia membaringkan tubuh Faridha dan
mengangkat kakinya ke sofa, tampak gadis itu menggeliat dan bergumam tidak
jelas karena merasa terganggu dengan gerakan-gerakan Rajatha yang memindahkan
tubuhnya.
“Sssttt,, Tidak ada apa-apa, tidurlah” Ucap Rajatha pelan
dan menepuk-nepuk punggung Faridha guna menenangkannya dan itu berhasil,
Faridha kembali diam dan terlelap dalam tidurnya.
“Aku sangat merindukanmu Nona, dan melihatmu tidur dengan
tenang seperti ini membuatku ingin selalu menjagamu. Aku harus mencari tahu
secepatnya, aku tidak bisa dan tidak tahan lagi dengan semua teka-teki ini. Apa
sebenarnya yang sudah terjadi denganmu” Kata Rajatha lagi, ia mengelus kepala
Faridha dengan sayang.
^^^
Malam harinya, Faridha nampak berbincang-bincang dengan Lavina, sedangkan
Ardhan sepertinya ia pulang larut malam hari ini karena masih ada urusan
dikantor.
“Sekarang ceritakan padaku bagaimana hari pertama mu bekerja? Mereka tidak
membuatmu lelah kan? Apa ada dari mereka yang memarahimu mu? Kau disuruh apa
saja hari ini?” Kata Lavina dengan serentetan pertanyaannya, ada kekhawatiran di
raut wajahnya
Faridha tersenyum mendengarnya dan ia merasa Lavina begitu memperhatikan dirinya
“Jawab Faridha, jangan senyum-senyum begitu, kau tahu
seharian ini kau sudah membuatku cemas.
Walau di depan Kak Ardhan aku berusaha untuk meyakinkannya kalau kau akan
baik-baik saja tapi sebenarnya perasaanku tidak jauh berbeda dengannya, aku
khawatir padamu” Kata Lavina lagi. Faridha terkikik geli karenanya
“Hari ini,,, Hhmm,,, Aku membuat kopi” Jawab Faridha singkat, ia kembali
membayangkan apa saja yang dilaluinya hari ini di perusahaan milik Rajatha itu
“Benarkah? Kau bisa membuat kopi? Lalu apalagi?” Tanya Lavina antusias
“Membuat kopi lagi” Jawab Faridha, Lavina mengenyit bingung namun ia kembali
bertanya
“Lalu?”
“Menunggu dia menghabiskan kopi hingga aku tertidur di ruangannya?” Jawab
Faridha tenang namun ucapannya cukup membuat Lavina terbelakak tidak percaya
“Dia? Dia siapa? Ya Tuhan,, Kau tidur diruangannya? Lalu apa yang terjadi Faridha”
“Hehehe,, Tenanglah Mbak, tidak ada yang terjadi denganku, aku baik-baik saja.
Dia yang kumaksud adalah Pak Rajatha, Bos tempatku bekerja. Seharian ini aku
hanya membuatkan kopi untuknya, selain itu aku tidak melakukan apa-apa lagi,
karena ia berkata aku harus tetap disana sampai ia menghabiskan kopinya”
“Hah?”
“Iya, sudah ya Mbak, aku ke kamar dulu ingin istirahat. Selamat Malam” Faridha
pun pamit menuju kamar dengan sebelumnya ia mengecup kening Lavina dengan
sayang.
Sebenarnya Faridha tidak terlalu fokus saat berbicara dengan
Lavina tadi, ia merasa aneh dengan apa yang dia rasakan saat berdekatan dengan
Rajatha seharian ini, ia seperti sudah cukup familiar dengan sosok itu, jika ia
memejamkan mata rasanya seperti ia sedang bersama dengan Putra saja.
Faridha berjalan menuju laci yang berada disamping tempat
tidurnya, ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak dan mengambil sesuatu dari
dalam kotak tersebut, sebuah Bros.
Bros yang dulu pernah diberikan Putra padanya saat ia sudah bisa berjalan,
Faridha baru menyadari Bros itu bukanlah Bros murahan, Bros yang berkilau
dengan sebuah berlian berbentuk hati di tengah-tengah nya dan bertabur permata cantik
di sekelilingnya. Sebuah pemberian yang sangat mustahil diberikan oleh seorang
pelayan, Putra memberikan itu saat dulu dirinya masih buta jadi ia tidak
mengetahui seperti apa rupa bros tersebut jadi Faridha menerima begitu saja pemberiannya
tanpa bertanya, namun sekarang semuanya membingungkan Faridha akan kebenaran
siapa sebenarnya Putra.
Faridha bisa menebak kisaran harga bros ditangannya tersebut,
hanya orang-orang dari kalangan atas saja yang bisa membeli dan memiliki barang
mewah seperti ini dan sepertinya bros ini dibuat khusus oleh pemesannya,
Faridha cukup tahu karena ia juga memiliki beberapa perhiasan mahal seperti ini
dulunya.
^^^
Sementara di rumah lainnya, Rajatha yang baru saja sampai di rumah langsung
ditodong banyak pertanyaan dari Jodha, tentang siapa lagi kalau bukan Faridha
bahkan Rajatha belum sempat membersihkan diri.
“Ratuku sayang, tunggu sebentar okey, biarkan putra tampan mu ini membersihkan
diri dulu baru setelah itu aku akan menjawab semua pertanyaan Mama. Muach”
Bujuk Rajatha pada Jodha dan ia mencium pipi Jodha
Jodha mengerucutkan bibirnya tidak suka, tidak tahukah Rajatha kalau hari ini
terasa lama baginya demi menunggu Rajatha pulang, rasanya ia ingin datang
langsung ke perusahaan anaknya itu tapi Jalal malah mengajaknya pergi bertemu
dengan temannya yang baru datang Irlandia.
“Baiklah. 10 Menit. Mama tunggu dibawah” Kata Jodha akhirnya
lalu berjalan meninggalkan kamar anaknya
tersebut
Jodha menuju ruang tamu dan duduk disamping suaminya
“Heyy,, Jangan merajuk seperti itu Sayang, kita tunggu saja disini ya” Kata
Jalal lembut dan merangkul pundak istrinya untuk bersandar padanya, Jodha
mengangguk dan tersenyum dalam pelukan hangat suaminya, selalu seperti itu.
“Jadi seharian ini dia hanya melayanimu saja dengan membuatkan
dua gelas kopi. Astaga,,, Baru bertemu dengannya satu hari kau sudah bersikap
tidak professional, sebagai seorang Boss kau tidak boleh seperti itu Jagoan”
Kata Jalal sesaat Rajatha selesai menceritakan tentang hari pertama Faridha
bekerja diperusahaannya.
Jodha yang berada disamping Jalal, langsung menoleh kearah
suaminya dan memberi tatapan mengejek membuat Jalal mengernyit bingung
“Kenapa kau menatapku seperti itu Sayang?” Tanya Jalal pada Jodha
“Tidak usah menasehati Rajatha untuk bersikap professional, apa kau lupa dulu
bagaimana saat aku bekerja sebagai staff khususmu di The Worlds,,Hmm” Kata
Jodha menggoda suaminya
“Bukankah dulu kau selalu memanggilku masuk keruanganmu tanpa alasan, terkadang
kau juga bertanya-tanya tentang hal yang tidak penting, bahkan seringkali seharian
aku tidak bekerja sama sekali karena kau terus-terusan memanggilku. Kau ingat
itu Mister Jalal, Suamiku?” Kata Jodha kembali mengingatkan saat hubungan
mereka masih sebatas Boss dan bawahan.
“Sayang,,,” Kata Jalal memohon istrinya untuk tidak
melajutkan perkatannya
“Apa?”
“Eeumm,,, Itu,, Aku,,,Hanya,,” Jalal menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia
jadi salah tingkah dan malu sendiri sebenarnya, sedangkan Rajatha dan Jodha
berusaha menyembunyikan tawa mereka melihat reaksi Jalal
“Ehm,, Tapi tetap saja kau tidak boleh seperti itu Jagoan, kau harus
professional” Kata Jalal setelah ia cukup bisa menguasai dirinya kembali
“Tapi aku yakin Rajatha seperti itu hanya pada Faridha, tidak perlu terlalu
mencemaskannya Sayang” Kata Jodha dan tersenyum misterius pada Rajatha
“Maksud Mama?” Kali ini Rajatha tidak mengerti apa maksud dari Mamanya itu
“Sepertinya dia gadis yang istimewa bagimu, Nak” Kata Jodha lembut, lalu ia
mengajak Jalal untuk beristirahat, mereka membiarkan Rajatha memikirkan sendiri
apa maksud dari ucapannya.
Jodha sangat tahu bagaimana sifat putranya ini, Rajatha
jarang sekali bahkan tidak pernah memperhatikan perempuan sampai seperti ini,
tidak sedikit perempuan yang mendekati anaknya namun Rajatha selalu enggan
menanggapinya, dan sekarang pada Faridha, Rajatha terlihat berbeda, ada binar
bahagia diwajahnya saat menceritakan tentangnya. Oh ayolah Rajatha, kau bukan
anak kecil lagi yang tidak mengerti apa itu cinta.
Setelah beberapa saat Rajatha pun masuk kekamarnya untuk
beristirahat, tadi saat pulang kerja ia sempat mengikuti Faridha kerumahnya, rumah
yang cukup mewah dan berada di salah satu kawasan elit dan fakta itu semakin
membuat Rajatha bingung, belum lagi seorang wanita muda yang menyambut
kepulangan Faridha dengan hangat, Rajatha melihat interaksi mereka yang sangat
akrab, namun ia tidak melihat Ardhan ada disana juga sepertinya mobil yang
biasa Ardhan pakai tidak ada.
“Nanti aku akan mencari tahu lagi” Bisik Rajatha sebelum ia memejamkan matanya
untuk beristirahat malam ini.
^^^
Sudah lebih dari satu minggu ini Faridha bekerja, setelah hari dimana Rajatha
menyuruh Faridha membuatkannya kopi sampai hari ini Rajatha belum bertemu lagi
dengan Faridha dikarenakan ia sangat sibuk untuk menghadiri meeting di beberapa
perusahaan yang bekerja sama dengan “Akbar International Group”, seperti hari
ini Rajatha bahkan dari pagi hingga sore ia belum menginjakan kakinya di
kantor.
“Bagaimana kabarmu hari ini Faridha” Gumam Rajatha yang sarat akan kerinduan.
Sedangkan Faridha, pekerjaannya selalu membuat Lina
marah-marah padanya, belum lagi setiap Lina meminta ia melakukan sesuatu
semuanya harus cepat padahal ia tahu Faridha belum pandai melakukan semua itu,
hingga tidak jarang Faridha memecahkan gelas atau piring saat bekerja dan itu
semakin membuat Lina kesal padanya dan selalu mencari-cari kesalahan dari
Faridha.
^^^
Keesokan harinya Rajatha datang ke kantor, sekilas ia melihat Faridha sedang
membersihkan salah satu ruangan direksi, Rajatha memperhatikan nya sesaat,
sungguh ia tidak tega melihat Faridha yang seperti ini, ia harus melakukan
sesuatu untuk Faridha. Harus!
Setelah jam makan siang, Rajatha berjalan menuju pantry ia
berniat untuk memanggil sendiri Faridha. Saat sampai di depan pantry, ia
mendengar suara benda jatuh dan teriakan kaget dari beberapa orang didalam sana,
dengan cepat Rajatha ingin masuk kedalam namun sebuah suara menghentikannya, ia
kemudian memutuskan untuk mendengarkan lebih dulu apa yang terjadi didalam
sana.
“Kau lagi Faridha?!” Teriak Lina kesal
“Maaf Mbak” Dan itu suara Faridha yang menjawab
“Kau tahu, aku sudah tidak tahan lagi denganmu, tidak ada yang bisa kau lakukan
dengan benar selama bekerja disini” Kata Lina
“Aku benar-benar minta maaf Mbak” Kata Faridha sekali lagi
“Maaf,,,Maaf,, Sudah berapa piring dan gelas yang kau pecahkan selama bekerja
disini Faridha, kau ceroboh dan tidak bisa apa-apa, huh”
Faridha yang selama beberapa hari ini mencoba sabar atas
ocehan-ocehan Lina, kali ini ia ikut tersulut emosi dan dengan berani ia membuka
mulutnya melawan Lina, dia bukanlah tipe orang yang selalu diam saja saat orang
menghinanya.
“Dengar ya Mbak, bagaimana bisa aku melakukan apa-apa kalau kau
terus berteriak dan berteriak padaku. Kau menyuruhku melakukan ini dan itu
tanpa memberitahu bagaimana cara melakukannya, dan disaat aku melakukan
kesalahan kau kembali membentak-bentakku, seolah aku orang yang paling bersalah atas semua kekacauan itu”
Jawab Faridha lantang, dan itu membuat Rajatha yang mendengarkan diluar sana
tersenyum “Nona ku yang galak”
Batinnya
“Kau memang salah” Jawab Lina tidak mau kalah
“Kau!”
“Kau!”
Ok, sepertinya sekarang waktunya untuk Rajatha masuk kedalam
“Ehemm,,” Rajatha berdehem membuat semua orang yang berada didalam sana
terkejut terutama Faridha dan Lina yang sedang bersitegang sedari tadi
“Faridha, ke ruanganku sekarang” Kata Rajatha langsung dan meninggalkan ruangan
tersebut tanpa memperdulikan tatapan penuh tanya dari karyawannya yang lain didalam
sana.
“Aku yakin bos akan memecatmu, selamat tinggal Faridha” Kata
Lina mengejek sedangkan Faridha tidak memperdulikannya, ia meninggalkan tempat
itu mengikut Rajatha menuju ruangannya.
^^^
Sesampainya di ruangan Rajatha
“Eemm,,, Bapak, yang tadi itu,,emm,, itu tidak seperti yang bapak lihat,
sa,,saya,, tidak berniat untuk membuat kekacauan disini. Sungguh” Faridha
langsung membuka suara membela diri
“Aku tahu, lagipula aku memanggilmu kemari bukan untuk bertanya tentang itu”
Jawab Rajatha tenang
“Lalu?”
“Mulai sekarang kau hanya bekerja untukku, kau tidak ku izinkan melayani
karyawan yang lain. Dan meja itu akan menjadi tempatmu disini” Kata Rajatha
seraya menunjuk meja dan kursi yang berada disalah satu sudut ruang kerjanya
“Maksud Bapak?” Faridha masih belum paham
Rajatha lalu mendekati Faridha dan tersenyum misterius
padanya, parfume Rajatha langsung menguar memenuhi udara disekitar Faridha
membuat jantungnya berdebar lebih cepat dan ia gugup karenanya, ia menundukan
wajahnya karena malu
“Kau menjadi OG hanya untuk KU” Jawab Rajatha lembut namun diakhir kalimatnya, wajah
Rajatha sedikit menunduk agar bisa lebih dekat dengan Faridha, entah Rajatha
sengaja atau tidak melakukan itu yang jelas di dekat Faridha membuat Rajatha
mulai melakukan hal-hal diluar kebiasaannya selama ini.
“Kau mengerti Faridha?” Kata Rajatha lagi, kali ini ia meraih dagu Faridha agar
wajahnya mendongak padanya, semburat merah di kedua pipi Faridha membuat
Rajatha gemas untuk menciumnya, tapi untunglah ia masih bisa menahannya. Untuk
saat ini.
“Me,,Mengerti,,Pak” Jawab Faridha agak tersendat, berada sedekat ini dan
ditatap begitu intens oleh Rajatha membuatnya luar biasa gugup, bahkan kakinya
terasa lemas untuk menahan tubuhnya sendiri
“Bagus,,, Sekarang buatkan aku kopi seperti yang pernah kau buatkan untukku”
Kata Rajatha lalu pergi menjauh dari Faridha menuju meja kerjanya
“Tidak perlu ke pantry Faridha, aku sudah menyiapkan
semuanya di ruangan kecil yang berada di samping meja kerjamu itu” Tambah
Rajatha lagi, sungguh Rajatha tidak tanggung-tanggung untuk membuat Faridha
selalu berada didekatnya, bahkan ia rela sedikit merubah ruang kerjanya demi
menyediakan ruang kecil tersebut.
“Baik Pak” Sahut Faridha dan Rajatha tersenyum puas karenanya
Saat Faridha membuatkan kopi, Rajatha tampak menerima
telephone dari sekretarisnya.
“Ya Melanie”
“………………”
“Kontrak kerja sama yang mana yang belum aku tandatangani?”
“………………”
“Ohh,, Perusahaan penerbangan yang tempo hari meeting bersama kita di Bogor?”
“………………”
“Oke, kau atur saja pertemuan dengan mereka minggu depan. Ini pertama kalinya
sebuah perusahaan penerbangan menginginkan kerja sama dengan Akbar International
Group”
“………………”
“Hhmm,,, Tapi sebelumnya aku ingin kau cari tahu latar belakang perusahaan itu,
aku tidak mau mengambil resiko jika bekerja sama dengan perusahaan yang
bermasalah atau sedang dicekal”
“………………”
“Oke” Rajatha lalu menutup telephone nya
“Kopi nya Pak” Kata Faridha lalu meletakan cangkir kopi
tersebut di meja Rajatha
Rajatha mengangguk lalu meminum kopinya, ia mengernyit dan menatap Faridha
seolah-olah bertanya, Faridha menyadari itu.
“Eem,, Apa ada yang salah Pak dengan kopinya?” Tanya Faridha kemudian
“Apa kau melupakan sesuatu saat membuatkan kopi ini tadi?” Kata Rajatha balik
bertanya
Faridha diam sejenak untuk mengingat-ngingat, ia yakin bahwa tidak ada yang
kurang bahkan takarannya pun sama seperti sebelumnya
“Ti-tidak ada yang kurang Pak” Jawab Faridha, ia kemudian tersenyum untuk
meyakinkan perkataannya
“Nah,, Tetap seperti itu” Kata Rajatha tiba-tiba, membuat Faridha memasang
wajah heran
“Aku bilang tetap seperti tadi Faridha” Ulang Rajatha
“Ma,,Maksud Bapak?”
“Ter-se-nyum”
“Hah?”
“Tersenyum Faridha bukan melotot”
Melihat ekspresi geli dari Bos-nya itu karena kebodohannya yang malah melotot
disaat ia disuruh tersenyum, Faridha tanpa sadar tersenyum.
Rajatha meraih cangkir kopi lalu meminum kopinya tanpa sedikitpun mengalihkan
pandangannya dari Faridha yang tengah tersenyum, untuk beberapa saat mereka saling
menatap, sesuatu tanpa di komando berdenyut di hati keduanya dan yang tidak
disadari Faridha, Rajatha juga ikut tersenyum saat dibalik cangkir kopi yang
diminumnya.
“Kopi yang kau buatkan untuku harus disertakan sebuah
senyuman manis, Nona” Kata Rajatha mengembalikan gelasnya pada Faridha. Membuat
Faridha terhenyak akan kata-kata tersebut, panggilan Nona itu sangat mirip dengan
yang biasa Putra ucapkan padanya dan apa katanya tadi, “Kopi dan Senyuman” Ah,,
Ini semua membuat Faridha semakin bingung dengan apa yang dirasakannya.
“Faridha?” Panggil Rajatha kembali
“I-iya Pak” Kata Faridha lalu mengambil cangkir kopi tersebut dan menuju
mejanya
“Aku
tahu kau mungkin bertanya-tanya siapa aku, tapi tunggulah sebentar lagi aku
masih harus memastikan sesuatu” Batin Rajatha
^^^
Sore hari, Faridha sudah bersiap untuk pulang Rajatha pun demikian.
Rajatha keluar lebih dulu, ia langsung menuju mobilnya dan menunggu Faridha
keluar untuk mengikutinya lagi.
Selama ini walaupun ia sibuk, Rajatha sudah menyuruh orang
demi mencari tahu siapa saja yang tinggal bersama dengan Faridha dan dari kabar
yang ia dapat sungguh sangat mengejutkan sekaligus melegakan, mereka mengatakan
bahwa Faridha tinggal bersama pasangan suami istri muda yaitu Ardhan dan
Lavina, dan saat ini istri Ardhan tengah hamil.
Dan hari ini Rajatha ingin semua nya jelas, ia ingin melihat
dengan mata kepala nya sendiri bahwa apa yang disampaikan oleh orang-orangnya
tersebut adalah benar, bukan hanya kabar yang akan menyenangkannya sesaat. Dan
jika semua itu benar, ia akan mengatakan kebenarannya pada Faridha dan semoga
Faridha tidak marah padanya dan mau mendengarkan penjelasannya terlebih dulu
nanti.
Setelah beberapa saat berkendara, akhirnya Rajatha sampai
lebih dulu di rumah tersebut, ia keluar dari mobil dan mencari tempat
bersembunyi yang aman agar tidak terlihat.
Dari kejauhan Rajatha melihat, seorang wanita muda yang
tengah di rangkul mesra oleh seorang pria, mereka duduk di sebuah ayunan besar
yang ada dihalaman rumah tersebut, sesekali sang pria mengelus perut wanitanya
dan tak diragukan lagi mereka adalah Ardhan dan Lavina.
Dan tak lama berselang, Faridha muncul diantara mereka dan
ikut bercengkrama bersama, sesekali mereka tertawa didalam candaannya.
Yang Rajatha lihat, tidak ada tatapan sakit hati dari Faridha
pada Ardhan dan istrinya, Ardhan mengelus kepala Faridha dengan sayang seperti
seorang kakak pada adiknya dan Lavina tampaknya baik-baik saja dengan semua
itu.
“Jadi benar sekarang Ardhan sudah menikah lagi? Lalu kenapa
Faridha ikut tinggal bersamanya? Apa tidak ada rasa canggung diantara mereka
dan sepertinya Lavina sama sekali tidak masalah dengan semua itu? Tapi apapun
itu, bagiku ini sudah lebih dari cukup mengetahui Faridha yang tidak terikat
dengan siapapun. Sampai ketemu besok Nona-ku. Aku sudah tidak sabar” Kata
Rajatha lalu meninggalkan rumah tersebut dengan perasaan lega yang luar biasa.
___________________________________
- To Be Continue -