Wrriten by: Bhavini Shah
Translate by: Dewi Agasshi
Jalal dengan cinta yang mendalam berkata "Jodha, Jangan pernah
mengatakan kau membenciku, atau aku akan bunuh diri. Aku tidak bisa menjelaskan
dengan kata-kata bagaimana perasaanku, tanpamu tidak ada yang tersisa dalam
hidupku."
Jodha memeluk erat tubuh Jalal dan menjawabnya.."Jalal,
kau adalah hidupku, aku tidak bisa tinggal jauh darimu bahkan untuk kedua,
jangan pernah meninggalkan aku lagi. Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu.
Aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata seberapa besar cintaku padamu.”
Akhirnya setelah badai terbesar dalam hidup mereka, mereka
mencair dalam pelukan masing-masing..........
Jalal dengan lembut berkata sambil memeluk "Jodha, apa
kau tahu? Ini adalah pertama kalinya seseorang terutama Begumku memarahiku seperti
ini. tak ada satupun diantara mereka pernah dengan beraninya memarahiku.”
Jodha hanya menyeringai mendengar keluhanya, ia memutuskan untuk
tidak merespon. Setelah beberapa saat Jodha mengeluh, dengan suara bergumam ia
berkata "Shahenshah, aku sangat lapar." (INTERMEZZO... asliii yakkk
Jodha itu ratunya merusak suasana romantis hahahaha)
Jalal melepaskan pelukanya, dengan seringai nakal dan suara
menggoda ia menjawab.."aku juga lapar" dan mengedipkan mata padanya.
Mereka membicarakan dua hal yang berbeda (otaknya Jalal dah ngeres aja nih)
Jodha menyipitkan matanya dan dengan kesal berkata.. "Berhenti menggodaku,
aku benar-benar sangat lapar, aku belum makan apa-apa sejak kemarin pagi."
Jalal dengan tatapan mengejutkan bertanya.."Jodha, aku
telah memesan makanan khas Ameer untuk kita berdua kemarin, apakah mereka tidak
membawanya."
Dengan cemberut Jodha menjawab.."Mereka membawanya, tapi aku tidak dama
mood untuk makan waktu itu.”
Lalu Jalal bertanya kembali dengan nada putus asa "Bagaimana
dengan makan siang kemarin?."
JO: "Aku begitu sibuk dalam persiapan untuk acara malam
itu sehingga aku juga melewatkan makan siang." Jawab Jodha dengan nada
sangat menyesal
Jalal marah mendengar tindakan ceroboh Istri tercintanya ini,
sehingga ia memutuskan untuk kembali bertanya.."Bagaimana pagi ini? kau
biasanya selalu sarapan setelah menyelesaikan doa Khana-mu.” Mendengar
pertanyaan Jalal yang ini Jodha memutuskan untuk tidak menjawabnya, ia hanya
diam tenang.
Jalal dengan tatapan khawatir dan juga putus asa berkata.."Jodha, Bagaimana
kau bisa begitu ceroboh? Kau tak makan apa-apa sejak kemarin, pagi inipun kau
juga tak makan.. dan kau dengan cerobohnya berkuda sendiri kesini. Bagaimana
jika kau merasa pusing saat berkuda dan akhirnya pingsan ditengah jalan? Kenapa
kau selalu menguji kesabaranku lagi dan lagi? Mengapa kau melakukan tindakan
yang benar-benar bisa membuatku marah? Kau bukan anak kecil lagi, sehingga
orang-orang tak merasa perlu membuntutimu dengan nampan makanan ditanganya
hanya untuk membuatmu mau makan. Kau adalah Begum Shahenshah Jalaluddin
Mohammad, hidupmu benar-benar sangat berharga." Antara kesal dan khawatir
Jalal memberondong Jodha dengan pertanyaan sekaligus kuliah singkat.
JO: "Shahenshah, kau terlalu mendominasi. Kau
benar-benar tak pernah melewatkan kesempatan untuk memarahiku. Kau tak perlu
marah padaku, justru harusnya kau bangga dengan begum Rajvanshi-mu ini. lihat,
tak terjadi apapun padaku aku baik-baik saja. Ketika aku bisa mengendalikan dan
mengalahkan kemarahan Jalaluddin Muhammad, bagaimana bisa kelaparan bisa
membahayakanku?." Ia mengedipkan matanya polos dengan memasang wajah anjing imut tersenyum pada Jalal.
Melihat senyum manis dan argumen defensifnya, Jalal tidak
bisa membantah. Ia hanya bisa menyeringai ke arahnya.
JA: "Jodha, Abdul akan datang ke sini dengan makan siang
dalam beberapa jam. tapi ia akan membawa makanan untukku saja dan kau tak makan
non-sayuran jadi mari kita kembali saja ke istana dan makan siang."
Jodha menjawab dengan sedikit senyum menyungging di wajah
cantiknya.. "aku tidak ingin kembali ke istana, selain itu Abdul juga
sudah tahu bwahwa aku disini menemanimu.”
JA: "Aku memerintahkanya untuk tidak memberitahu siapa
pun tentang lokasi keberadaanku, terutama padamu dan dia bilang padamu dengan
mudahnya?.” Jalal bertanya dengan wajah bingung dan otak Jalladnya mulai
menyusun daftar hukuman yang akan diberikanya pada sontoloyo itu.
Jodha dengan lirikan misteriusnya menjawab..”Nehhi Shahenshah,
dia tidak melanggar janjinya. Dia hanya mengatakan bahwa kau sangat marah dan
pergi ke tempat dimana kau bisa mendapatkan sedikit kedamaina. Dan aku jadi
tahu kau pasti akan datang kesini.”
Jalal menatapnya dengan tampilan bangga dan menyeringai. Ia berpikir
bahwa Abdul sangat cerdas dan itu membuat daftar hukuman untuknya dihapus satu
persatu dari benak Jalal.
JA: "Jadi kau tak ingin kembali ke Istana?." Jalal
bertanya sekali lagi tapi tak mendapat respon dari Jodha.
Jalal menyeringai padanya dan berkata "Hummm Thiik’e, tunggu disini cinta
aku akan segera kembali."
Lalu Jalal bergegas masuk ke dalam pondok untuk membawa apel
dan anggur untuk mengganjal perut mereka berdua sebelum datangnya chatering
dari Abdul. Ia membawa Jodha untuk duduk dibangku dekat danau.
setelah mereka duduk Jodha langsung mengambil satu apel dengan tampilan senang
dan mulai memakanya dengan lahap sampai lupa menawarkanya juga pada suaminya.
Sedangkan Jalal hanya terus menatap Jodha, betapa polos ia menikmati apel.
Setelah semua drama besar ini dia sangat tenang dan santai, hanya sibuk makan.
Jodha melihat tatapan tajam Jalal yang membuatnya merasa canggung, Apel yang
baru sedikit digigitnya itupun ia sodorkan pada Jalal sembari bertanya.."Apakah
kau ingin makan apel?." Jalal tersenyum dan menarik tangan Jodha untuk
mencoba menggigit Apel yang ada ditanganya. Jodha merasa tersipu malu dengan
tindakan tiba-tiba ini, wajahnya memerah.
JA: "Kau tahu Shahenshah, aku biasanya tidak suka
berbagi makanan dengan siapa pun, bahkan tidak Sukanya ataupun Shivani tapi ini
sungguh mengejutkan bahwa aku tidak keberatan berbagi makanan denganmu."
Jodha berkata dengan nada riang.
JA: "Jodha, sepertinya kita memiliki masalah yang sama.
Aku tidak ingin berbagi barang-barang maupun segala hal pribadiku dengan orang
lain. Kau mungkin akan terkejut ketika mengetahui bahwa aku tidak pernah
membiarkan Begum tidur di tempat tidurku dan aku juga tidak ingin berbagi Apel
punyaku dengan siapapun." Jalal berkata dengan sedikit lirikan dan
seringai menggoda.
JO: "Ohh ... Shahenshah aku minta maaf aku tidak pernah
tahu akan hal itu. Tidak apa-apa jika kau tak ingin aku tidur dikamarmu. Tapi
kau membiarkanku tidur di ruanganmu malam itu ketika aku berpuasa dan pingsan.”
Dengan nada kecewa jodha mengatakanya.
JA: "Jodha, aku merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan. Aku
benar-benar tidak merasa bahwa kau adalah orang lain. Aku tidak tahu kapan,
tapi kau telah menjadi bagian dari diriku. Dan sekarang, aku merasa segala sesuatu
yang kumiliki adalah milikmu juga. Aku tidak pernah merasa seperti ini bagi
siapa saja sebelumnya. Aku merasa kita seperti dua hati yang berada dalam satu
tubuh... (ga usah bayangin yang enggak-enggak deh :D)
Jodha terkikik keras "Jalal aapko ke Mohabbat pe ek
kitab likhni chahiye. Aaj kal aap kitne bade Shabd istemal karne lag gaye hain.
Donnoo dil ek jaan. (Jalal, harusnya kau menulis buku tentang filsafat cinta.
Akhir-akhir ini sepertinya kau sudah mulai menggunakan kata-kata besar..”dua
hati satu tubuh” ...)." jodha yang awalnya hanya terkikik akhirnya tak
bisa menahan tertawanya, walaupun tak keras dan lebar tapi cukup untuk
memperlihatkan susunan gigi putihnya yang rapi, bibirnya melengkung indah
mmeninggalkan jejak lesung pippi dipipinya.
Jalal menyeringai dan dengan nada nakal ia menjawab
"Hmmm Waise Jodha Begum, sebenarnya hati kita menjadi satu sudah sejak
lama walaupun aku tak tahu kapan tepatnya. Tapi aku benar-benar tidak tahu
kapan tubuh kita akan menjadi satu." (dasar Jallad, selalu mengambil
kesempatan selagi ada peluang hahaha)
Jodha berhenti memakan apelnya ketika mendengar pertanyaan
tak tahu malu dari suami sablengnya ini. dia tak bisa menelan sisa apel yang
masih ada dimulutnya sehingga ia tersedak dan batuk-batuk.
Jalal langsung memberinya segelas air dan berkata dalam nada sangat tenang..
"Jodha, kau tak boleh berbicara ketika sedang makan. Lihatlah apa
akibatnya sekarang, selesaikan dulu makanmu lalu baru menjawab pertanyaanku.
Tenang saja aku tak terburu-buru." katanya dengan suara tenang tapi
diam-diam menyeringai melihat wajah gugup Jodha. **seprulll tenanan**
Jodha mengambil satu apel lagi untuk dimakanya sambil
mengulur waktu lebihhhhh dan lebihhh lama lagi. Tanpa memandang Jalal, Jodha
mulai memakan apelnya dengan tenang sambil berfikir bagaimana menjawab
pertanyaan Jalal. Setelah menyelesaikan semua buah-buahan, ia minum air.
JA: "Jadi Jodha Begum, apa kau ingin makan lagi? Aku
bisa membawakan lebih banyak buah lagi untukmu.” Dengan nada sakarstik Jalal
bertanya.
JO: "Hmmm aku sudah selesai makan.” dia menjawab dengan
nada rendah.
JA: " ehm, mari kita membahas tentang dua hati dan satu
tubuh. Jadi, kapan kau berpikir tubuh kita akan menjadi satu?." Jalal mengedipkan
matanya dengan polos dan sedikit senyum merangkak naik di bibirnya.
JO: "Nah jika kau masih meminta izinku, jadi pikirkan kapan
waktu yang tepat itu datang? Apa kau ingin tahu? aku akan membiarkan kau tahu
Shahenshah." Jodha membentak kembali padanya dengan akalnya.
Jalal bergumam dengan nada redup "Jika itu terserah
padamu untuk memutuskan maka tidak ada kesempatan dalam hidup ini."
*pasang muka ngenes*
Jodha mendengar gumamanya dan itu mengganggunya sehingga ia
bertanya.."Apa yang kau katakan Shahenshah?.” Dia menatapnya dengan mata
menyipit.
Jalal kesal bertanya "Jodha Begum, kenapa kau menatapku
seperti seekor kucing hitam?."
Jodha dengan suara mengeluh menjawab.."Oh!.. Jadi
sekarang kau memanggilku seekor kucing hitam?."
Jalal menjawab dengan nada menyesal "Maaf Jodha Begum."
Jodha menyeringai dengan kemenangan kecilnya dan permintaan
maaf Jalal itu.
Jalal dengan nada ejekan "Kamu bukan kucing hitam tapi
kupikir kau sedikit liar. Acchaa..kucing liar, itu sangat sesuai denganmu Jadi
akan sesuai denganmu. Kau adalah Junglee Billi (kucing liar)."
Jodha sangat terganggu dengan julukan Junglee Billi. Ia
bangkit dan mengambil tangan Jalal dan
menggigitnya keras, dengan gigitan tiba-tiba seperti itu Jalal memekik sedikit.
Jodha menyeringai dengan raut wajah kemenanganya dan kemudian ia berkata
"Ya saya kucing liar dan kucing liar ini telah menggigitmu.”
Sebelum Jalal bisa bereaksi, ia segera berlari menjauh
darinya. Jalal berlari di belakangnya dan berteriak.."berhenti di situ
Hamari Junglee Billi, aku akan mengajarkanmu pelajaran yang baik."
Jalal berlari di belakangnya untuk menangkapnya. Jodha menyadari
ia akan bisa menangkapnya segera, sehingga sebelum Jalal bisa menangkap ia berpura-pura
merasa pusing dan bertindak seolah-olah dia akan jatuh. Melihat itu, Jalal segera
menangkapnya dan membawanya dalam pelukannya dengan tampilan khawatir ia
berteriak "Jodha ... Jodha ..."
Jodha membuka matanya dan mengedipkanya, ia berkata nakal..
"Hmmm melihat ekspresi wajahmu .. kau memanggilku Junglee billi jadi aku
mengajarimu sebuah pelajaran." Dia tertawa polos.
Jalal menyeringai melihat tindakan nakal dan polosnya. Tindakan yang tidak
bersalah dan sentuhannya menghidupkan Jalal. Dia menatapnya dengan penuh
semangat dan kemudian dengan bisikan sensual di telinganya Berkata.."sekarang
aku tak akan melepaskanmu Junglee Billi."
Jalal membawa memeluknya kedalam pondok dan menempatkan ia
lembut di tempat tidur romantis bulat besar. Tiba-tiba detak jantung Jodha mulai
berjalan lebih cepat. Dia tidak bisa mengangkat matanya ke atas.
Jalal menatapnya nakal dan berjalan sangat dekat dengan telinga,
berbisik.."Jodha, aku mencintaimu".. ia sengaja menggesek pipi Jodha
dengan pipinya
Jodha berkata dengan suara lembut dengan blush "Shahenshah,
tolong biarkan aku pergi atau seseorang akan datang."
Tanpa melanggar tatapannya pada Jodha, Jalal bangun dan cepat
mengunci semua pintu dan jendela. Seluruh ruangan menjadi gelap dengan sedikit
cahaya, jantung Jodha berdetak sangat cepat. Tiba-tiba ia merasa tubuhnya mati
rasa, ia merasa jutaan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Keduanya berada
sendirian di ruang besar dan Dia tahu di mana Jalal memimpin dirinya. Dia
mendekat padanya dengan tatapan obsesif di wajahnya.
Jodha tiba-tiba terkejut dan bangun dari tempat tidur namun
sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, Jalal meraih pergelangan tangannya dan
menempelkanya ke dinding dan dengan sedikit berbisik berkata.."Aku tidak
akan membiarkan engkau pergi dariku, tak akan pernah."
Jodha merasa menggigil di seluruh tubuhnya. Dia terengah-engah begitu keras dan
itu jelas terdengar. Wajahnya jelas menunjukkan kegugupan ekstrimnya, maatanya
bersinar dengan kegembiraan dan ketakutan yang tidak diketahui pada saat yang
sama. Dia menutup matanya karena takut.
Jalal menatap wajah Jodha dengan tatapan sensual dan berbisik.." Jodha ..." Dia menunggu respon, tapi
Jodha tidak membuka matanya. Jalal menyeringai dan berbicara dengan nada lunak..
"Jodha, apakah kau ingin menyempurnakan pernikahan kita?.”
Jodha perlahan-lahan membuka matanya, tapi tidak memandang
Jalal. Dia merasa sangat malu dan takut, ia menjawab dalam suara gemetar.."jaaaa
lal ..." Kemudian ia memperbaiki kata-katanya, dia berbicara lagi "Shahenshah"
Dia ragu-ragu menyelesaikanya.. "Shahenshah, aku ingin berbicara denganmu..."
Jodha Nerveus
Jalal dengan lembut mengangkat wajah Jodha dan menjawab
pelan.."Jodha, lihatlah ke dalam mataku dan berbicara kepadaku."
Jodha terkejut beberapa kali.."..Shahenshah ..." .. ia berhenti berkata...
Setelah beberapa saat ia melihat Jalal dan berkata.."Kuch nahi.."
lalu menunduk lagi.
Jalal lagi meminta Jodha untuk melihat matanya. Dia mengangkat
wajahnya dan menunggu Jodha untuk menanggapi, Jodha perlahan-lahan membuka
matanya. Jalal bisa melihat rasa takut dan khawatir di wajahnya. Dengan nada
yang sangat tenang ia bertanya.."Kya baat hai Jodha ... Agar tum nahi
chahti Aage badna koi baat nahi ... hum aapki 'haan' ka intezaar karenge."
(Apa yang terjadi Jodha? Mengapa kau begitu takut dan khawatir ??? Jika kau tidak
ingin bergerak maju maka aku baik-baik saja ... aku akan menunggumu sampai
kapanpun, hidupku semuanya untukmu).”
Jodha menjawab dengan sedikit tenang "Nahi Jalal, aesi
baat nahi hai ... par hame ... (Jalal, tidak ada seperti itu ... Tapi aku
...)" kemudian dia berhenti lagi ...
Jalal dengan nada frustasi bertanya.."Par hame kya
Jodha." (Tapi apa Jodha ???)
Jodha lagi berjuang untuk mengumpulkan kata-kata .. Dia
menjawab nervously- "Shahenshah ... .hume" dia meraba-raba lagi
sedikit dan berkata "Hume dar lagta hai ..." (Saya takut ....)
Jalal mendesah dalam dan menyeringai lega kemudian menggoda
dia bertanya "Jodha, Tumhe kis se darr lagta hai ??" (Siapa yang kau
takuti Jodha?)
Jodha menatapnya dengan tampilan menjengkelkan dan
mendorongnya pergi, ia berkata.."aku tak ingin berbicara denganmu Jalal.”
Jalal menariknya lagi lebih dekat kepadanya dan menangkupkan wajahnya dengan
senyum ia berkata.."Jodha, Apakah kau tahu bahwa kau adalah penyiksaan
manisku".. Kemudian dengan nada yang sangat serius tapi lembut ia bertanya
lagi.."Jodha, kau percaya padaku? ?? "
Jodha menganggukkan kepalanya tanda ia percaya pada jalal.
JA: "Apakah engkau mengasihiku?.”
JO: “Ha.”
JA: "Apakah kau pikir aku bisa menyakitimu?.”
Jodha melihat langsung kearah mata Jalal dan menjawab..:” Nehhi.”
Lalu dengan lebih lembut Jalal Berkata.."Jika kau
percaya padaku maka kau tak boleh takut." Dengan cinta yang sangat besar
di matanya ia mengangkat wajahnya. Dia perlahan-lahan mengangkat matanya dan
menatapnya.
Jalal melihat di matanya dan berkata.."Jodha Aku berjanji,
aku tidak akan menyakitimu dan aku akan segera berhenti jika kau terluka. Tidak
ada yang akan terjadi tanpa izin dan keinginanmu."
Air mata Jodha keluar melihat pendekatan lembut ke arahnya.
Jalal menyeka air matanya dengan hati-hati dan penuh cinta, Kemudian ia kembali
menangkup wajahnya dengan hati-hati dan semakin dekat ke bibir lembut. Dia
lembut mencium bibir atasnya. Kemudian bergerak menuju bibir bawahnya untuk
mencicipi mulut manis dan lembut. Dia memperpanjang ciuman sampai Jodha menjawab
kembali, ia bergetar berpikir-kecil 'Ini dia' dan memutuskan untuk memberikan
dirinya kepadanya sepenuhnya, Dan akhirnya Malam pertama yang seharusnya sudah
terjadi sejak lama terjadi juga. (siapa yang lega? Hayoo ngacung..:D)
Mereka berdua jatuh dalam pelukan masing-masing dengan kesenangan luar biasa, perasaan
yang kekal dan sesak napas. Mereka memeluk dan mencium satu sama lain dengan
banyak cinta. Air mata Jodha yang digulirkan dalam kebahagiaan, Akhirnya dua
badan dan hati menjadi satu untuk selamanya. Dan malaikat Rahmat Dan Malaikat
Azab akhirnya telah resmi bebas masa tugas bergadang setiap malam untuk melaknat Jodha setiap kali ia menolak
Jalal.... Bersambung ke Chapter 21