By: Sally Diandra..... Siang itu sekitar pukul 1 siang, nampak sebuah mobil warna merah merapat ke pagar rumah Jodha, tak berapa lama kemudian Rukayah keluar dari jendela mobil sambil memencet klakson mobilnya “Iyaaa iyaaa aku dengar Rukayah” Jodha segera berlari menghampiri mobil Rukayah dan duduk disebelahnya “Terima kasih ya, kamu mau menjemputku”, “Memang motormu kenapa?” Jodha tersenyum sambil memperhatikan jalanan didepannya “Motorku nggak papa, cuma nanti malam aku ada acara dengan suamiku ...” Rukayah langsung memotong ucapan Jodha “Oooh aku tahu, kalian mau merayakan hari ulang tahun pernikahan kalian kan? Memangnya mau kemana?” Jodha hanya mengendikkan bahunya “Aku sendiri nggak tahu, kamu tau kan gimana Jalal, dia itu selalu penuh kejutan” Rukayah tersenyum sambil melirik kearah Jodha sambil terus mengendarai mobilnya “Kamu beruntung, Jodha”, “Kenapa?” Jodha menoleh kearah Rukayah “Yaaa ... Terus terang aku iri denganmu, kelak kalau aku menikah nanti, aku ingin calon suamiku itu seperti Jalal, seorang laki laki yang sangat mencintai istrinya bahkan rela meninggalkan semua kemewahan yang dia miliki, aku salut sama dia, sumpah!” Jodha hanya tersenyum “Aku sendiri juga nggak tahu, kadang aku merasa heran sendiri, apa sih istimewanya aku ini, sampai sampai Jalal begitu mencintaiku, kadang aku kasihan melihat dia, Rukayah” Rukayah mengernyitkan dahinya “Kasihan? Kenapa?”, “Aku kasihan kalau melihat dia harus melakukan pekerjaan rumah, ketika aku nggak bisa melakukannya, seperti waktu aku sakit, kamu ingat?” Rukayah menganggukkan kepalanya “Iya aku ingat, waktu itu dia sedang mencuci piring, menyapu dan mengepel ... waktu itu aku juga heran tapi aku kagum sama dia, Jodha ... dia nggak seperti laki laki yang lain yang nggak mau ngerti kondisi istrinya, banyak kan laki laki yang seperti itu, yang selalu menganggap bahwa pekerjaan rumah tangga itu adalah tugas istri, bukan tugas suami, tapi kalau Jalalmu itu beda”, “Itulah yang bikin aku iba sama dia, kalau dia dirumahnya nggak mungkin kan dia melakukan semua itu, tapi dia sepertinya nggak terbebani dengan semua itu”, “Kira kira ... Ada lagi nggak ya stock cowok yang kayak Jalal?” Jodha tertawa terbahak bahak “Aku doakan semoga kamu dapat laki laki yang seperti kamu inginkan, Rukayah .... Aku yakin kamu pasti bisa, kamu kan cantik”, “Aamiin ...”
Tak terasa mereka sudah sampai di halaman parkir Rumah Sakit, saat itu angin bertiup sangat kencang, hingga rambut Jodha yang terurai panjang berkibar tertiup angin “Anginnya kencang sekali, Jodha” Rukayah menggigil kedinginan “Iyaa sepertinya akan turun hujan deras sore ini”, “Ayooo buruan kita masuk” Jodha dan Rukayah segera masuk ke dalam rumah sakit sambil berlari lari kecil.
Seharian itu Jodha sibuk dengan beberapa pasien yang harus dioperasi hari itu juga, dari satu pasien ke pasien yang lain, hingga untuk istirahatpun Jodha sampai tidak sempat, untungnya ketika shift perawat berikutnya sudah datang sekitar pukul 9 malam, Jodha bisa beristirahat sejenak, tepat pada saat itu hujan turun dengan deras disertai petir yang menggelegar dilangit, Jodha segera teringat Jalal, diambilnya ponselnya lalu segera dihubunginya suaminya itu, untungnya saat itu Jalal segera mengangkat ponselnya disebrang sana “Ada apa, Jodha?”, “Disini hujan deras, Jalal ... Apa dirumah juga hujan?”, “Disini masih gerimis, sebentar lagi aku jemput kamu”, “Hati hati dijalan yaaa, nggak usah ngebut” tiba tiba Jodha merasa was was dan gelisah “Iyaaa, aku akan pelan pelan, jangan lupa dandan secantik mungkin yaaa, aku berangkat sekarang”, “Baiklah ... Hati hati yaaa, I love you”, “I love you too ... Muuuaaahhhh” Jodha tertawa geli mendengarnya lalu dipencetnya tombol off diponselnya.
Jodha segera bebenah, setelah selesai mandi dan berdandan, Jodha kembali menuju ke tempat kerjanya di ruang operasi untuk merapikan beberapa vial yang tadi belum sempat dimasukannya kedalam lemari kaca, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10 kurang 5 menit “Masih ada waktu 5 menit untuk siap siap” Jodha segera membereskan semuanya termasuk beberapa vial yang belum dimasukkan kedalam lemari kaca, namun tiba tiba petir menggelar dengan lantangnya dilangit, Jodha tersentak kaget mendengarnya hingga beberapa vial yang berada ditangannya terlepas begitu saja dan jatuh hingga hancur berserakan dilantai “ooohhh ... Apa yang aku lakukan?” Rukayah yang mendengar ada sesuatu yang jatuh segera menghampiri Jodha dan dilihatnya Jodha sedang membersihkan beberapa vial yang pecah dilantai “Ada apa Jodha? Kenapa bisa begini?” Jodha panik dan bingung “Aku tidak tahu Rukayah, tiba tiba saja tempat vial ini lepas dari tanganku begitu saja” Jodha segera memunguti pecahan serpihan kaca yang berserakan hingga salah satunya mengenai tangan Jodha “Aduuuh ...” tangan Jodha berdarah “Hati hati, Jodha ... Lalu apa yang harus kita katakan pada suster kepala, semua obat ini hancur tak tersisa”, “Aku akan bertanggung jawab, Rukayah ... Aku akan mengganti semuanya, berapapun harganya karena aku yang menjatuhkannya”, “Sudah tidak usah dipikirkan, yang penting sekarang kita beresi semua ini” Rukayah segera membantu Jodha membersihkan semua bekas obat tersebut.
Tiba tiba dari arah pintu utama ruang operasi, salah satu perawat dari ruang UGD berlari lari kearah mereka berdua “Jodhaaaa ...” Jodha yang sudah selesai mengepel dan membereskan semuanya segera menoleh dan penasaran dengan kehadiran Zeenat “Ada apa Zeenat?”, “Barusan ada pasien kecelakaan masuk ke ruang IGD dan kalau aku perhatikan sepertinya itu adalah suamimu” Jodha dan Rukayah langsung kaget “Jalal? Ada apa dengan Jalal ... Kenapa Zeenat?” Jodha segera menghampiri Zeenat dan mencengkram lengan Zeenat “Kenapa Jalal, Zeenat? Kenapa?” Rukayah segera membuntutinya “Jodha lebih baik kita lihat saja ke IGD, siapa tau itu bukan Jalal”, “Iyaa itu lebih baik Jodha” Zeenat malah bingung begitu Jodha mencengkram lengannya dengan wajah panik, saat itu sudah pukul 10 lewat 15 menit.
Jodha dan Rukayah segera berlari ke arah ruang IGD diikuti oleh Zeenat, ketika Jodha memasuki ruang Triase, ruangan pertama di IGD, Jodha tau disana tidak ada Jalal, “Jodha, laki laki itu diruang tindakan, kamu mau melihatnya?”, “Kalau kamu tidak siap, lebih baik tidak usah kamu lihat dia, Jodha” Jodha panik, gelisah dan bingung “Aku ... Aku ... Aku harus melihatnya Rukayah, aku harus memastikan apakah itu suamiku atau bukan”
Zeenat segera mengandeng lengan Jodha, perlahan lahan mereka memasuki ruang tindakan, disana nampak beberapa perawat dan dokter sedang menangani beberapa pasien korban kecelakaan hingga akhirnya Jodha melihat sesosok wajah yang sangat dikenalinya “Yaaa Tuhaaan ...” Jodha langsung terhuyung huyung kebelakang begitu melihat wajah Jalal yang bersimbah penuh dengan darah “Jodhaaa ... tenang Jodha, tenang ... Aku yakin Jalal tidak kenapa kenapa, dia pasti segera sembuh, kita berdoa saja pada yang diatas” sesaat Jodha menahan tangisnya, dadanya terasa sakit, tiba tiba saja Jodha merasa tubuhnya ringan dan pandangannya tiba tiba terasa gelap dan “Gubraaakkk!!!” Jodhapun pingsan tak sadarkan diri, semua perawat yang ada disana segera menoleh kearah mereka “Mau apa kalian disini! Lebih baik kalian keluar saja! Jangan ganggu kerja kami! Siapa itu yang pingsan? Lihat darah saja pingsan!”, “Dia ini Jodha, perawat ruang OK dan laki laki itu suaminya” Zeenat mencoba menjelaskan “Sudah! Sudah! Bawa dia keluar dan berdoa saja semoga suaminya bisa melewati masa kritisnya” Rukayah geram dengan ucapan salah seorang perawat yang ada disana “Ayoo Zeenat kita bawa Jodha keluar, lebih baik kita keluar saja, kasihan Jodha” Zeenat menuruti ucapan Rukayah kemudian membantu Rukayah memapah Jodha keluar.
Tengah malam sekitar pukul 2 pagi, Jodha baru terbangun dari pingsannya, diluar hujan sudah mulai reda, bau basah tanah sempat tercium olehnya yang terbaring ditempat tidur didekat jendela, Jodha baru menyadari kalau dirinya masih berada dirumah sakit, dilihatnya Zeenat yang sedang duduk berjaga didepan sambil menulis dan membuka beberapa file, Jodha langsung teringat dengan Jalal “Zeenaaat ...” suara Jodha lemah memanggil Zeenat, untungnya Zeenat mendengarnya dan segera berjalan kearah Jodha “Jodha, kamu sudah bangun?”, “Suamiku bagaimana, Zeenat? Bagaimana keadaannya? Apa dia sudah siuman? Jam berapa ini?” Zeenat bingung dengan pertanyaan Jodha yang begitu banyak, Jodha menanti jawabannya dengan tatapan mata yang penuh dengan kesedihan, Jodha merasa separuh nyawanya hilang begitu menyadari kondisi Jalal “Jodha, tenang Jodha ... tenang ... sekarang sudah jam 2 pagi, kondisi suami saat ini ... dia belum siuman, dia ...” Jodha sudah merasa ada yang tidak beres dengan Jalal, Jodha sudah merasa ada sebuah kabar buruk yang akan segera diterimanya “Dia dia kenapa, Zeenat? Ada apa dengan dia? Kenapa suamiku, Zeenat?” Zeenat iba melihat Jodha yang terus mencari tahu tentang kondisi suaminya “Suamimu ... koma, Jodha” Jodha langsung terdiam terpaku, dicarinya kebenaran akan kata kata yang sudah diucapkan Zeenat diwajah Zeenat, tiba tiba dada Jodha terasa sesak, ditahannya tangis yang sejak tadi ingin ditumpahkannya, Zeenat langsung merangkul Jodha “Menangislah Jodha, kalau itu yang ingin kamu lakukan, hal itu pasti akan membuatmu lebih baik” Jodha akhirnya menangis sejadi jadinya dipelukan Zeenat, hingga habis airmata yang ditumpahkannya dan tersisa isak tangis yang menusuk dadanya, namun Jodha merasa lega bisa menumpahkan semua itu “Kamu sudah lega?” Jodha mengangguk sambil melonggarkan pelukannya “Terima kasih, Zeenat ... Kamu memang teman terbaikku, dimana Rukayah?”, “Dia sudah pulang, dia mau memberitahu keluargamu” Jodha hanya mengangguk “Aku mau menemui suamiku, Zeenat”, “Kalau kamu sudah siap, kamu bisa menemuinya, dia ada di ruang Observasi saat ini, kalau dia belum bisa melewati masa kritisnya malam ini, besok dia akan dipindah ke ICU” Jodha menggangguk tanda mengerti kemudian berupaya untuk turun dari tempat tidur “Jodha ... Ada satu hal yang ingin aku sampaikan ke kamu” Jodha penasaran dengan ucapan Zeenat “Ada apa, Zeenat? Apakah ada masalah yang serius?” Zeenat tersenyum “Kamu tahu ... Saat ini kamu sedang hamil, Jodha” Jodha sangat terkejut mendengarnya “Benarkah itu, Zeenat?” Zeenat langsung mengangguk “Tadi ketika kamu pingsan, dokter memeriksa kamu dan mengabarkan hal ini, selamat ya Jodha” Jodha memeluk Zeenat erat, dalam satu kejadian yang bersamaan Jodha menerima dua buah berita yang menyedihkan dan menyenangkan, disatu sisi Jodha merasa senang karena akhirnya dirinya bisa memberikan keturunan untuk Jalal, namun disisi yang lain Jalal saat ini sedang terbaring lemah tidak sadarkan diri, dimana Jodha tidak bisa memastikan bagaimana kondisi Jalal kelak...... TBC--> Chapter 11 Klik Disini